SKK Migas Jabanusa Dukung Peningkatan Kompetensi Wartawan

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi saat menyerahkan cinderamata pada narasumber oleh Dr. Nanang Krisdinanto, Drs., M.Si. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Tuban, Bhirawa
Di tengah masa pandemi tak menghalangi para jurnalis menambah kapasitas keilmuan mereka di dunia jurnalistik. Keterbatasan ruang gerak justru membuat semangat para pewarta semakin meningkat.

Kali ini, SKK Migas dan KKKS Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabanusa) memfasilitasi peningkatan kapasitas wartawan ini melalui webinar khusus.

Sedikitnya ada 70 jurnalis dan 30 praktisi humas SKK Migas dan KKKS Jabanusa yang ikut dalam webinar ini dan setiap pekannya menawarkan kompetensi yang berbeda-beda.

Melalui ajang pelatihan webinar ini, Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi berharap upaya peningkatan kompetensi bisa tetap berjalan lancar dan mematuhi standar pencegahan Covid-19.

“Saya berharap, meski tidak bisa bertemu dalam satu lokasi, namun acara ini bisa meningkatan hubungan baik antara SKK Migas dan KKKS Jabanusa dengan teman-media. Lebih dari itu, semoga ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi peserta,” kata Nurwahidi, Rabu (9/9).

Sementara itu, pada pekan pertama pemateri kegiatan di asuh oleh Dr. Nanang Krisdinanto, Drs., M.Si. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya mengisimateri Menulis Features.

Di tengah serbuan media social yang membuat semua orang mengunggah informasi, kata Nanang, keberlangsung industry media dan jurnalis ditentukan oleh kemampuan menghadirkan karya jurnalistik yang mampu menyentuh jiwa pembaca melalui karya features.

Dipaparkan, jurnalis harus mampu mengolah kata-kata. Salah satu tipsnya, wartawan harus bisa menghindari penulisa kata-kata sifat seperti cantik, bagus, indah, heboh, ramai dan sejenisnya.

Diskripsikan kata sifat itu sehingga pembaca benar-benar merasakan secara spesifik tentang apa yang ingin digambarkan.

“Intinya, jurnalis harus bisa membuat orang yang membaca, termasuk orang yang buta, bisa merasakan keindahan, kecantikan atau kebagusan dari olahan kata-kata yang Anda sajikan,” ungkap Nanang.

Sedangkan materi tentang bagiamana menghasilkan informasi melalui foto disajikan oleh fotografer senior Jawa Pos, Beky Subechi. Peraih penghargaan beberapa lomba foto ini menjelaskan bagaimana sebuah foto mampu menjelaskan banyak informasi.

“Jika dulu hobi maupun pekerjaan fotografi menjadi pekerjaan yang mahal, karena kameranya saja mahal. Tetapi dengan perkembangan teknologi, semua bisa memotret dengan gadget dan hasilnya pun sudah banyak yang bagus,” tutur Beky.

Beky pun menjelaskan beberapa tips memotret yang ideal sehingga kita mampu menghasilkan foto yang baik. Salah satunya adalah sudut pandang, cara pengambilan angle yang ingin ditonjolkan hingga pentingnya melihat cahaya matahari untuk warna yang akan ditanggap oleh kamera.

“Salah satu tantangan terbesar lainnya membuat foto saat acara seremonial. Seorang jurnalis harus mampu membuat foto yang punya nilai jurnalistik, jangan seperti orang awam,” jelasnya. (Hud)

Tags: