SMK Negeri Jabon Sidoarjo Kekurangan Guru – Sarana

373505_160161284018967_1720419793_nSidoarjo, Bhirawa
Formasi guru memang sangat dibutuhkan di Kab Sidoarjo. Termasuk di SMKN Jabon sebagai sekolah negeri kejuruan tingkat atas yang pertama ada di Kec Jabon, sejak sekolah itu berdiri lima tahun lalu hingga kini, kekurangan dua tenaga guru disana masih juga belum terisi.
Menurut Kepala SMKN Jabon, M Yajid, masing-masing guru jurusan kriya tektil dan guru jurusan desain produksi kriya kulit. Karena dua guru jurusan itu belum ada, terpaksa sementara ada yang diisi oleh guru seni rupa dan diisi intruktur kulit dari Tanggulangin yang kita jadikan guru honorer, Meski sudah diusulkan ke Pemkab tapi masih juga belum diberi,” ujar MYajid, saat menerima tim monitoring dan evaluasi pelayanan public dari Pemkab Sidoarjo, Senin (2/6) kemarin, di kantornya.
Disampaikan Yajid, SMKN yang ada di Desa Pangreh, Jabon, itu memiliki enam jurusan. Diantaranya, jurusan teknik kendaraan ringan, jurusan tekenik elektronika industri, jurusan multimedia, jurusan desain produksi, jurusan kriya tektil dan jurusan desain produksi kriya kulit.
Meski keberadaan dua guru jurusan itu hingga kini belum terisi, namun penerimaan peserta didik baru (PPDB) tiap tahunnya jalan. Pada tahun ajaran 2014/2015 ini, PPDB di SMKN Jabon akan mulai dibuka pada bulan-bulan Juni ini.
Menurut anggota LSM yang tergabung dalam tim monitoring dan evaluasi Pemkab Sidoarjo itu, Sulistyo Harsono, kekurangan tenaga guru maupun kekurangan sarana yang masih ada di SMKN Jabon harus menjadi perhatian Pemkab Sidoarjo.
Disampaikan Sulistyo dalam monitoringnya kemarin, selain kekurangan guru pada sejumlah jurusan, SMKN Jabon juga kekurangan sarana pada sejumlah jurusannya. Soni menyebut seperti pada jurusan multimedia.
”Ada ruangan untuk jurusan multimedia tapi kosong tak ada sarananya, bangku saja tidak ada, sehingga siswa tak bisa praktek multimedia, padahal sekolah kejuruan itu diharapkan punya nilai lebih dibidang ketrampilan, bila dibanding sekolah umum, di SMKN Jabon ini target itu menurut saya tak tercapai,” pendapat Sulistyo, yang bernaung dalam LSM Komonitas Madani Sidoarjo itu.
Menurut pendapatnya, apabila sebuah sekolah membuka jurusan, maka  harus siap dengan guru dan sarana dan fasilitasnya. Kalau tidak seperti istilah pepesan kosong atau sama dengan juga bohong. [ali]

Tags: