Status Kelud Turun Jadi Siaga

Radius Bahaya 5 Km, Pemprov Kucurkan Rp 100 M untuk Rekontruksi
Pemprov, Bhirawa
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Dr Surono menyatakan status Gunung Kelud yang memiliki ketinggian 1.731 mdpl sudah turun dari awas menjadi siaga. Keputusan ini diambil setelah melihat secara kontinyu kondisi Gunung Kelud yang mulai stabil.
“Setelah dilakukan pemantauan sejak erupsi Kamis pekan lalu hingga Kamis dini hari, dengan ini kami putuskan pada pukul 11.00 di Gedung Grahadi, status Gunung Kelud berubah dari awas menjadi siaga,” kata Surono kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (20/2).
Menurut dia, Gunung Kelud telah memberikan tanda kepada Tim Kementerian ESDM bahwa telah terjadi penurunan aktivitas. Di antaranya tidak ada gempa vulkanik yang bisa memicu letusan dan tremor vulkanik juga menunjukkan penurunan.
“Bukan saya yang menentukan nasib dan hak Kelud. Tapi, Gunung Kelud yang menentukan haknya dan saya tidak bisa memaksa. Oleh karena itu kami mengambil keputusan atau mendengar kemauannya kelud hari ini (kemarin, red),” kata pria yang akrab disapa Mbah Rono tersebut.
Dalam jumpa pers yang juga dihadiri Gubernur Jatim Dr H Soekarwo SH, MHum, Kepala BNPB Syamsul Maarif, Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf, Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono dan Kasdam V/Brawijaya Brigjen TNI Asmai ini, Mbah Rono juga melarang warga yang berada di kawasan Gunung Kelud untuk tidak mendekat atau beraktivitas dalam radius 5 km.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ini juga mengimbau kepada masyarakat yang berada di bantaran sungai, untuk selalu waspada akan bahaya lahar hujan. Apalagi saat ini hujan terus turun di kawasan Kelud.
Dijelaskan, pasca erupsi bakal menjadi daya tarik masyarakat untuk melihat keadaan Gunung Kelud. Kendati demikian, walaupun status telah menjadi siaga, masyarakat harus menaati keputusan yang dikeluarkan Badan Geologi. Karena tidak menutup kemungkinan  Gunung Kelud masih mengeluarkan zat beracun.
“Marilah kita menyesuaikan hidup sesuai dengan keinginan Kelud. Janganlah memaksa kehendak agar Kelud mau menuruti kemauan kita. Marilah kita berpikir menggunakan logika, janganlah hanya menggunakan hati,” pintanya.
Surono juga minta kepada wartawan agar menyebarkan informasi kepada masyarakat, memberikan motivasi agar masyarakat bersemangat untuk melakukan kehidupan pasca erupsi Gunung Kelud.
“Saya sangat bangga kepada masyarakat kawasan Gunung Kelud saat terjadi pengungsian, tak ada kepanikan, tak ada saling serobot. Saya juga bangga terhadap pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota yang sangat baik menangani ancaman bahaya Kelud sehingga tak ada korban,” katanya.
Kepala BNPB Syamsul Maarif menambahkan, dengan turunnya status Kelud itu warga yang kini tinggal di pengungsian bisa pulang dengan berbagai catatan yang harus ditaati. Di antaranya, harus selalu waspada dengan adanya ancaman lahar hujan dan ancaman ambruknya rumah yang terkena abu vulkanik.
Menurut Syamsul, masyarakat jangan menganggap sepele catatan  tersebut karena berdasarkan pengalaman hujan lahar bisa mambawa korban. Begitu juga dengan bahaya abu vulkanik yang menumpuk di atap rumah. Jika hujan turun akan menambah beban abu sehingga tiang rumah tak mampu menahan beratnya, dan akibatnya rumah itu ambruk.
“Pemerintah Pusat akan memberikan bantuan ekstrim yang tak tertangani pemda, atau mengisi celah-celah yang tak tersentuh pemda. Pemerintah Pusat juga akan memberikan pendampingan kepada pemda sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanganan Bencana pada pasal 5, yang menyebutkan pemerintah pusat dan pemda bertanggung jawab terhadap penanganan bencana,” paparnya.
Selama masa rekontruksi ini, jajaran Pemerintah Pusat seperti BNPB, Badan Geologi, Kemenpera, Kementerian PU, Kemendikbud dan Kementan akan tetap berada di Kelud untuk membantu pemerintah daerah. “Masa rehabilitasi dan rekontruksi ditarget paling cepat satu minggu dan paling lama satu bulan,” ungkapnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo SH, MHum mengatakan, penentuan status Gunung Kelud ini sangat dinantikan 87 ribu pengungsi. Demikian pula pemprov dan kabupaten/kota terdampak, karena harus secepatnya menentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat sesuai dengan harapanya.
“Dengan diturunkannya status Gunung Kelud dari awas menjadi siaga ini, para pengungsi sudah dapat kembalikan ke rumah masing-masing dengan syarat tidak boleh melebihi batas minimal yaitu lima kilomter dari kawah,” jelas pria yang karib dipanggil Pakde Karwo ini.
Pada kesempatan itu, Pakde Karwo menyampaikan, penanggulangan bencana dan penanganan pasca erupsi Kelud dapat ditangani secara cepat. Hal tersebut dapat terlaksana karena hasil kerjasama antara  Pemprov Jatim, Kodam V Brawijaya, dan Polda Jatim yang dibagi dalam tiga klaster.
Yaitu klaster pengungsi ditangani Pemprov Jatim di bawah pimpinan Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf, klaster fisik (perbaikan sarana dan prasarana) di bawah komando Pangdam V Brawijaya Mayor Jenderal Ediwan Prabowo SIP, dan klaster ketertiban dan keamanan dibawah komando Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono.
Langkah awal yang dilakukan saat ini adalah pendataan kerusakan rumah yang terbagi menjadi tiga yaitu kerusakan berat, sedang dan ringan.  Pakde Karwo berharap harus sudah selesai pada Sabtu (22/2) besok. Untuk kebutuhan perbaikan rumah khususnya perbaikan atap, genteng, dan lantai , Pemprov Jatim telah menyediakan dana sebesar Rp 100 miliar.
“Pendanaan untuk perbaikan rumah telah disediakan Pemprov Jatim sebesar Rp 100 miliar yang diambilkan dari APBD Jatim. Rinciannya Rp 65 miliar berasal dari pengalihan program rehabilitasi rumah tidak layak huni, dan Rp 35 miliar dari dana tidak terduga. Sedangkan perbaikan rumah diserahkan pada Kodam V Brawijaya,” jelasnya.
Sedangkan untuk kebutuhan air bersih, perbaikan sumur tidak dapat dipakai  dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Untuk perbaikan saluran listrik akan diperbaiki oleh PLN melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility).
“Kami berkomitmen jangan sampai bencana Gunung Kelud dapat mengakibatkan masyarakat menjadi miskin. Karena mereka telah hidup harmoni bersama Gunung Kelud sejak bumi ini diciptakan. Saya berharap perbaikan sarana dan prasarana akibat erupsi Gunung Kelud dapat  diselesaikan  minimal dua minggu sejak hari Senin (27/2) dan paling lambat satu bulan sesuai dengan harapan pemerintah pusat,” pungkasnya.  [iib]

Peringatan untuk Warga Pasca Penurunan Status Gunung Kelud
”  Warga yang berada di bantaran sungai agar selalu waspada akan bahaya lahar hujan. Apalagi saat ini hujan terus turun di kawasan Kelud. Lahar hujan bisa membawa korban.
”  Warga diminta waspada, sebab tidak menutup kemungkinan  Gunung Kelud masih mengeluarkan zat beracun.
”  Warga diminta  waspada dengan ancaman  ambruknya rumah. Abu vulkanik yang menumpuk di atap rumah, jika hujan turun akan menambah beban abu sehingga tiang rumah tak mampu menahan beratnya. Akibatnya rumah rawan ambruk.
”  Para pengungsi sudah dapat kembali ke rumah masing-masing dengan syarat tidak boleh melebihi batas minimal yaitu lima kilometer dari kawah Gunung Kelud

Rate this article!
Tags: