Suhu di Kabupaten Probolinggo Tak Menentu, Ayam Banyak Mati

Adnan peternak ayam broiler menunjuk ayamnya yang kepanasan akibat cuaca.

Kab.Probolinggo, Bhirawa
Akibat cuaca yang tak menentu sejak sebulan terakhir, berdampak kepada peternakan ayam potong di Desa Wonogoro, Kecamatan Lumbang, dan desa lainnya di Kabupaten Probolinggo. Mengakibatkan ratusan ayam milik peternak mati karena terserang bakteri E. coli.
Budi Sujatmiko salah seorang peternak yang ayamnya diserang virus e. coli, warga Desa Wonogoro, Kecamatan Lumbang, itu mengatakan, karena cuaca yang tidak menentu membuat kondisi ayamnya memburuk dan sakit-sakitan. Jika tidak dirawat dengan benar, banyak yang mati. “Harganya sudah lumayan. Untuk harga pakan juga sudah turun. Tapi, tantangannya hari ini cuaca. Sebab, jika terlalu panas, mengakibatkan ayam bisa terserang penyakit,” ujarnya.
Budi mengatakan, selain bakteri koli, ayamnya juga mudah sesak napas. Jika sudah terkena keduanya, tidak lama ayamnya akan mati. Per hari yang mati bisa mencapai puluhan ekor. Sejak dua minggu lalu sampai Selasa 20/11, ada sekitar 350 ekor ayamnya mati karena diserang bakteri e.coli. “Karena itu, pastinya mengalami kerugian. Pada panen periode kemarin itu saya rugi sekitar Rp 5 juta,” katanya.
Menurut Budi, nasib serupa juga dialami sejumlah peternak lainnya. Karenanya, pihaknya berharap segera datang hujan. Itu, untuk mencegah terjadinya kematian ayam lebih banyak lagi. “Tunggu musim hujan dulu agar bibit yang ditaruh bisa tahan. Saat ini terlalu panas, jadi membuat ternak mudah sakit,” paparnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Probolinggo Nur Eko Widiyanto mengatakan, suhu yang tidak menentu memang membuat daya tahan tubuh hewan menurut. Karenanya, kemudian hewan mudah terserang penyakit. “Begitu memang. Kalau tidak dirawat dengan baik, hewan ternak akan mati dengan cuaca seperti itu. Jadi, harus dirawat dan dijaga dengan benar. Terus jangan sampai kekurangan makan,” ungkapnya.
Eko menjelaskan, adanya kematian ayam karena cuaca itu belum ada laporan masuk kepada dinasnya. Namun, pihaknya berencana menelusuri terkait ternak ayam yang mati itu. “Belum ada (laporan). Nanti kami telusuri terlebih dulu,” tandasnya.
Selama sebulan terakhir, cuaca di Probolinggo cukup ekstrim, suhu udara sangat panas dan tidak menentu. Akibatnya ada banyak ayam dari peternak yang mudah terserang penyakit dan akhirnya mati sebelum panen. “Kalau siang panas, sementara malam dingin banget, sehingga tidak baik bagi kesehatan ayam. Mudah terserang penyakit. Apalagi ini juga masuk musim kemarau, volume air di sumur berkurang dan biasanya ada endapan di atas air, pencemaran dari bakteri E.coli. Saat diminum, ayam banyak yang mati,” lanjutnya.
Hal yang sama di katakana Adnan yang sudah menjadi pengelola kandang ternak ayam selama 15 tahun. Ia mengaku tahu persis kondisi ayam saat musim kemarau. Musim kemarau seperti saat ini biasanya akan berlangsung dari bulan Juni – November. Selama bulan itu pula pasokan DOC (bibit ayam) dari pihak kemitraan menjadi sulit. “Bulan Juni – November musim kemarau. Kamarin, dapat info dari kemitraan katanya DOC (bibit ayam) sampai Januari ini masih sulit,” ungkapnya.
Adnan sendiri mengelola kandang ternak ayam dari bibit yang diperoleh dari perusahaan mitra. Ia hanya bertugas merawat ayam. Mulai dari persiapan kandang, bibit ayam disebar hingga tumbuh dewasa dan siap panen. “Bukan langka, tetapi dari sananya produsen pembibitan dibatasi, kuotanya dikurangi,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakannya, sulitnya bibit ayam (DOC) dari kemitraan akan berimbas pada tertundanya periode beternak. “Kandang ini panen dua minggu yang lalu. Seharusnya, setelah dibersihkan, ini sudah mulai di taruh DOC (anak ayam) lagi, tetapi sampai sekarang belum ada,” katanya. “Kandang yang kami kelola ini berkapasitas 6000 ekor ayam. Alhasil, kandang yang seharusnya sudah siap, saat ini masih dibiarkan kosong. “Sampai kapan, saya belum tahu,” tambahnya. [wap]

Tags: