Sukses Bisnis Peminjaman Buku Online Usai Gagal Cari Kerupuk

11-Preneurs-Youth-Leader-ExchangePeraih Juara III ASEAN Preneurs Youth Leader Exchange (AYLE)
Kota Surabaya, Bhirawa
Kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Kata-kata sederhana namun sarat makna itu kenyataannya bukan sekadar motivasi. Bagi Rendy Aries Fajrin, kegagalannya mencari kerupuk di Singapura justru berbuah ide yang mengantarnya sebagai Juara III wakil Indonesia di ASEAN Preneurs Youth Leader Exchange (AYLE) pada akhir Januari lalu.
Cara Rendy dalam menemukan ide untuk memulai bisnisnya terbilang cukup unik. Dia yang kini berstatus sebagai mahasiswa di Institut Teknik Sipil (ITS) jurusan Teknik Industri,  mengaku gagal mencari makanan favoritnya, yaitu kerupuk. Karena kegagalan itulah, dia kemudian berpikir membuat alat yang dapat memudahkan seseorang mencari makanan favoritnya.
Dalam bisnis itu, dia dan kawan-kawan satu tim menciptakan peminjaman makanan yang dikemas secara online. Percaya atau tidak, ide Rendy untuk menggagas usaha tersebut terbilang sangat unik. Kelangkaan kerupuk yang menjadi makanan favoritnya di Singapura, menjadi inspirasi pemuda asal Pasuruan itu memutuskan membuka bisnis peminjaman buku online.
“Sebenarnya saya memiliki ide lain selain peminjaman buku. Idenya sendiri terinspirasi gara-gara mencari kerupuk. Di Singapura saya susah banget nyari kerupuk. Maka, saya berencana membuat sebuah bisnis yang berhubungan dengan pencarian makanan melalui internet, namun sayang ide tersebut sudah ada yang punya,” tutur Rendy.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama lima hari itu, para peserta sebelumnya diajak untuk fokus pada masalah pengembangan bisnis baru yang dikelola oleh kawula muda. Bahkan, ada simulasi yang membuat seolah-olah para peserta acara itu harus mempresentasikan bisnis yang mereka punya ke hadapan para investor.
Di acara tersebut para peserta harus menceritakan dan meyakinkan para investor yang ada. ”Dari simulasi ini saya mendapat beberapa masukan agar bisnis kita bisa menarik perhatian para investor,” jelasnya.
Sebelum melakukan simulasi, para peserta pun diajak berkeliling ke tempat-tempat bisnis yang masih berkembang di Negeri Singa itu. Bisnisnya pun rata-rata dimiliki oleh para pemuda dari negeri tersebut. Dari kunjungan itu, Rendy pun mendapatkan ide untuk menciptakan bisnis yang bergerak di bidang peminjaman buku. Buku berupa novel, text book, dan buku lainnya yang berhubungan dengan buku bacaan.
Dengan bisnis peminjaman buku itu, Rendy menempati peringkat ketiga pada ajang tersebut. Namun, dia mengaku puas karena bisa menambah teman dari negara yang ada di Asia Tenggara.
Pada acara tahunan salah satu unit kegiatan mahasiswa National University of Singapore (NUS), Rendy bersama 23 mahasiswa asal Indonesia lainnya bersaing dengan 35 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara. Keberadaan kawan-kawan sebangsa itu ternyata menjadi motivasi Rendy untuk meraih juara.
“Saya sempat kaget, pas tahu kalau yang dikirim dari Indonesia ada 23 orang. Saya merasa termotivasi karena banyak teman-teman asal Indonesia yang ikut. ITS sendiri mengirimkan empat orang,” ujar Rendy.
Rendy yakin, rekan-rekan di ITS bisa menjadi seorang entrepreneur andal. “Mahasiswa dan alumni ITS pasti bisa menjadi seorang entrepreneur, cuma mungkin yang perlu diatasi adalah rasa percaya diri yang kurang. Poin penting bagi pebisnis itu jangan malu untuk menawarkan karya kita,” sarannya.
Dia menambahkan, masih banyak potensi bisnis yang belum digali oleh orang-orang Indonesia. Apalagi bisnis yang berhubungan dalam masalah Informasi dan Teknologi (IT). “Dalam hal penjualan lewat IT, saya rasa Indonesia masih kalah jauh dibandingkan Singapura,” kata Rendy.
Terakhir, dia berharap agar teman-teman di ITS bisa mengikuti langkahnya merambah dunia bisnis. “Sudah seringlah kita mendengar ITS juara di masalah keteknologian dan lain-lain, tapi untuk entrepreneur saya rasa masih kurang,” tuturnya. [tam]

Tags: