Banyak Petani Menjual Keluar Daerah, PG Situbondo Kekurangan Bahan Tebu

Suprihargito Kabid Metrologi Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Situbondo bersama staf saat meninjau alat penimbangan tebu yang dilakukan pedagang asal luar daerah Situbondo. [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Saat ini yang sudah memasuki puncak panen tebu di Kabupaten Situbondo justeru Pabrik Gula (PG) yang ada di Kota Santri mengalami kekurangan bahan baku gula yakni tebu. Ternyata penyebab utamanya dipicu oleh banyaknya tebu petani yang dijual ke luar daerah Situbondo dengan harga yang mahal (diatas harga pembelian Pabrik Gula). Akibatnya, tak hanya berpengaruh terhadap kemampuan giling Pabrik Gula, melainkan juga berpengaruh bagi angka inflasi yang menurunkan PDRB atau Produk Domistik Regional Bruto Situbondo.

Salah satu petani tebu Situbondo H Faisol menilai wajar petani menjual tebunya ke luar daerah karena mereka ingin mendapatkan penghasilan yang tinggi. Apalagi, sebut H Faisol, musim tanam tebu hanya tiba setiap setahun sekali. “Bagi petani, untuk mendapatkan hasil yang tinggi sangatlah wajar sehingga petani tebu banyak menjual ke luar daerah,” ungkap H Faisol.

Masih kata Haji Faisol, saat ini harga jual tebu di PG Asembagus Situbondo hanya dipatok 60 ribu tiap kuintal. Sedangkan pedagang luar daerah berani membeli seharga 74 ribu hingga 82 ribu perkuintal. Menurut Haji Faisol, ketimpangan harga tersebut membuat petani tebu di Situbondo memilih menjual tebunya ke luar daerah. “Saya taksasi ada sekitar 8.000 sampai 10.000 hektar lahan tebu yang sudah terjual hasil panennya ke PG di luar daerah Situbondo,” ujar Haji Faisol.

Akibatnya bisa ditebak, sebut Haji Faisol, Pabrik Gula di Situbondo terancam kekurangan bahan baku gula yakni tebu. Dengan demikian, kupas Haji Faisol, PG Asembagus hanya bisa giling tebu hingga satu bulan kedepan karena mulai saat ini sudah kekurangan bahan baku tebu. “Itupun hanya dengan kapasitas giling 3.500 ton perharinya. Bukan 6.000 ton sebagaimana kapasitas giling yang ditargetkan oleh PG Asembagus,” papar Haji Faisol seraya mengaku ikut prihatin karena petani tebu Situbondo diserang pedagang dari luar daerah dengan harga menjanjikan.

Dalam pandangan Haji Faisol, PG PG di Situbondo dapat mempertahankan tebu di Situbondo dengan cara menaikan harga beli kepada para petani. Disebutkan Haji Faisol, jika pedagang dari luar daerah mampu membeli seharga 74 ribu perkwintal, seharusnya PG di Situbondo juga bisa membeli dengan harga yang sama atau sedikit lebih murah. Kondisi ini dinilai bagus, tutur Haji Faisol, karena petani tidak perlu mengeluarkan biaya operasional pengiriman tebu yang diketahui cukup besar. “Menyikapi ini kami sudah menghubungi Direksi PTPN XI terkait banyaknya tebu Situbondo yang terjual ke luar daerah,” kupasnya.

Masih kata Haji Faisol, kebijakan menaikan harga tebu sebenarnya tidak hanya diserahkan kepada General Manager sejumlah Pabrik Gula (PG) yang ada di Kabupaten Situbondo saja melainkan harus ada keterlibatan dari Pemkab Situbondo. “Seharusnya Pemkab Situbondo bisa melakukan intervensi terhadap kebijakan masalah harga jual beli tebu ini. Selain itu pimpinan PG juga bisa membendung pedagang tebu dari luar daerah yang akan masuk ke Situbondo,” pungkas Haji Faisol. [awi]

Tags: