Surabaya dan Sidoarjo Tak Dapat Izin Uji Coba PTM

Para siswa duduk dengan penerapan physical distancing saat ujicoba PTM di SMAN 4 Sidoarjo, kemarin (11/8).

Sebaran Kasus Covid-19 Masih Tinggi
Uji Coba Sekolah Dimulai Secara Terbatas

Pemprov, Bhirawa
Uji coba proses belajar mengajar secara tatap muka di sekolah akan dimulai hari ini, Selasa (18/8). Uji coba akan dilaksanakan secara terbatas dan fleksibel. Khususnya bagi SMA/SMK yang berada di bawah naungan Pemprov Jatim.
Pada hari pertama uji coba tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa direncanakan meninjau pelaksanaan sekolah tatap muka di dua lokasi sekolah, yaitu SMAN 2 Probolinggo dan SMKN 2 Probolinggo.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, daerah yang sudah diperbolehkan untuk melakukan uji coba terbatas sekolah tatap muka adalah daerah yang berstatus zona oranye dan kuning. Sedangkan yang masih zona merah belum diperbolehkan menggelar uji coba.
Untuk itu, dua daerah seperti Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo dipastikan belum diizinkan melakukan uji coba terbatas sekolah tatap muka. Begitu juga dengan daerah lain yang masih zona merah. “Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo belum karena masih zona merah,” kata Wahid, Senin (17/8) usai upacara Hari Kemerdekaan RI yang ke 75 di Gedung Negara Grahadi.
Lebih lanjut dikatakan Wahid, untuk uji coba terbatas ini sifatnya sangat fleksibel dan dapat berubah jika memang status risiko dampak penularan daerah berubah warna. Sementara untuk daerah yang diperbolehkan menggelar uji coba maksimal hanya di tiga sekolah. Satu SMA, satu SMK dan satu SLB baik negeri maupun swasta tergantung dengan kesiapan sekolah yang bersangkutan. “Siswa yang mengikuti uji coba terbatas sekolah ini memiliki syarat wajib yaitu mendapatkan izin dari orang tua,” tutur Wahid.
Siswa yang masuk juga akan dilaksanakan secara bergiliran. Sedangkan siswa yang tidak giliran masuk dalam uji coba terbatas ini juga akan tetap mengikuti kegiatan belajar di rumah melalui sistem daring.
Sehingga dalam masa uji coba ini guru mendapatkan tugas dobel yaitu memberikan kegiatan belajar mengajar tatap muka dalam jumlah terbatas dan juga memberikan kegiatan belajar online bagi yang belajar di rumah. “Uji coba sekolah tatap muka dilakukan tiga jam sehari dengan empat jam pelajaran. Uji coba ini akan dilakukan dalam waktu dua pekan ini,” tutur dia.
Dikatakan Wahid, bahwa siswa SMA SMK yang melaksanaka uji coba terbatas sekolah tatap muka dinilai telah cakap dalam melaksanakan protokol kesehatan. “Selama ini banyak yang ikut sekolah daring di warkop dan bergerombol. Maka daripada tidak terkendali maka kita melakukan uji coba sekolah tatap muka. Hasilnya kita akan evaluasi di akhir Agustus,” pungkas Wahid.
Sementara itu, Di SMKN 6 Surabaya yang menjadi pilot project untuk persiapan PTM mengaku masih belum mendapat izin untuk pembukaan sekolah. Hal ini karena sebaran kasus Covid-19 di Surabaya yang masih tinggi. “Bedasarkan SE Cabdin (Cabang Dinas) satuan pendidikan di Surabaya masih belum bisa dan belum mendapat izin untuk digelar PTM,” ujar Kepala SMKN 6 Surabaya, Bahrun.
Kendati begitu, dari simulasi yang dilakukan Minggu lalu, Bahrun mengaku mempunyai pengalaman ketika PTM diizinkan untuk dibuka. ”Bagaimana menangani siswa ketika masuk, harus gimana, ini kami sudah tahu dari evaluasi yang dilakukan selama empat hari itu,” tegasnya.
Sebelumnya, dalam simulasi PTM SMKN 6 Surabaya, pada Selasa (11/8) lalu, telah menyiapkan berbagai Sarpras untuk tetap membuat sekolah aman dengan memperhatikan kesehatan siswa juga tenaga pendidik dan kepedidikan. Mulai penyediaan sembilan thermo gun dan 30 lebih wastafel di sudut sekolah. Tetapi ia juga mengakui kebiasaan baru untuk menjaga jarak antar siswa masih belum bisa dilakukan secara disiplin.
“Dari evaluasi kami, saat pulang sekolah masih ada gerombolan orang tua atau Ojek Online yang jemput. Ini jadi warning bagi kami. Dan memang ini kebiasaan baru. Karena masih belum terbiasa, jadi para guru juga sering mengingatkan untuk tetap menjaga jarak,” kata dia.
Di samping itu, pihaknya juga telah membuat skema PTM jika bisa dilaksanakan. Yakni materi yang disampaikan akan berfokus pada teori dan pembelajaran adaptif-normatif. Pasalnya, pembelajaran tatap muka maksimal hanya tiga jam pelajaran.
“Ada pemampatan Kompetensi Dasar (KD) materi yang akan disampaikan. Kami sudah koordinasi dengan guru Mapel (Mata Pelajaran) karena waktunya hanya 4 jam, maka ini tugasnya para guru untuk berkreasi dengan materi dan waktu yang diberikan terbatas,” tambah dia.
Namun, untuk pembelajaran materi produktif atau kejuruan, pihaknya akan menggunakan metode center of teacher. Dimana, ketika praktikum guru yang akan mempraktikkan dan siswa menganalisanya.
“Untuk metode itu akan diterapkan di jurusan-jurusan yang praktekkan mandiri seperti kecantikan. Tapi untuk praktik yang dilakukan secara kelompok ini beda lagi. Maka siswa yang melakukan praktik sendiri. Jumlahnya tergantung tingkat kompleksitas praktik, minimal dua siswa. Tergantung peralatan praktiknya juga,” jelasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan SMAN 15 Surabaya. Kendati tidak ada simulasi untuk PTM. Namun secara sarana prasana sudah disiapkan. “Kami tidak sempat mengadakan simulasi lagi. Dulu pernah membuat simulasi itupun untuk lomba video kesiapan new normal dari provinsi. Tapi saat ini kami tak melakukan PTM. Karena dari surat gubernur juga tidak diizinkan untuk satuan pendidikan di Surabaya menggelar PTM,” katanya.
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacabdindik) Jatim Wilayah Surabaya dan Sidoarjo, Lutfi Isa Anshori menuturkan, berdasarkan update data dari peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Surabaya dan Sidoarjo masih belum bisa menggelar PTM. Karenanya, SMA/SMK/PKLK tetap melakukan pembelajaran daring.
“Kami belum bisa melaksanakan PTM. Untuk Sidoarjo juga sama, masih belum bisa. Tapi persiapan dan simulasi protokol kesehatan tetap dilaksanakan di sekolah,” ungkap dia kepada Bhirawa, Senin (17/8) kemarin.
Kesiapan yang dimaksud Lutfi sapaan akrabnya, mulai sarana prasarana seperti tempat wastafel untuk cuci tangan yang harus disesuaikan dengan rasio siswa, kantin sekolah harus dikontrol bagaimana pelayananannya, penyediaan masker cadangan. Kedua, perampingan jam mengajar dan materi pembelajaran. Terakhir, jumlah siswa yang terbatas.
“Sesuai dengan instruksi Kepala Dinas Pendidikan, sekolah tetap diminta untuk menyiapkan sarana prasarana, untuk persiapan sewaktu-waktu jika sudah memenuhi syarat dilaksanakannya pembelajaran tatap muka,” jelas dia.
Lutfi juga meminta agar kepala sekolah bersama komite terus melakukan sosialisasi terkiat pembelajaran tatap muka terbatas kepada orang tua dan siswa. ”Sembari kita menunggu perkembangan kategori zona, sekolah tetap melaksanakan pembelajaran daring atau PJJ dengan mempertimbangkan efektifitas pembelajaran dan ketercapaian kurikulum,” pungkas dia. [tam.ina]

Tags: