Surabaya Peringkat TBC Tertinggi di Jatim

brt422462263Surabaya, Bhirawa
Sebagai Kota Pahlawan, Surabaya mempunyai Pekerjaan Rumah (PR) yang besar dalam menyelesaikan masalah kesehatan.Sebab sampai saat ini, Surabaya menduduki peringkat tertinggi untuk penyakit Tuberkolosis (TBC atau TB), disusul kemudian Jember.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim dr Harsono mengungkapkan hingga 2013,  jumlah penderita atau pasien TBC di Surabaya mencapai 4.335 orang, sedangkan Jember 3.104 orang dan angka ini turun dibandingkan pada 2012 yaitu Surabaya 4.532 orang  dan Jember 3.309 orang.
Menurut pengamatannya, banyak dari penderita TBC di Surabaya dan Jember dikarenakan kurang pedulinya masyarakat dalam menjaga kesehatan seperti menjaga kerbersihan lingkungan dan perilaku yang kurang sehat. ”Penyakit TBC ini sangat mudah menular dan menyebar jika masyarakat tidak waspada dalam mencegahnya,” ujarnya, Kamis (6/3).
Mantan Bupati Ngawi ini menjelaskan penularan penyakit TBC sangat mudah, bisa lewat  batuk dan bersin. Untuk sekali batuk, penderita TBC akan mengeluarkan 3.000 kuman, sedangkan untuk sekali bersin penderita TBC akan mengeluarkan 3 juta kuman. ”Jadi dapat dibayangkan jika satu orang batuk dan bersin berkali-kali, berapa kuman yang harus keluar dari hidung dan mulut penderita TBC. Bisa jutaan kuman yang keluar,” jelasnya.
Untuk mengatasi agar penyebaran dan penularan kuman tidak menyebar, menurutnya, penderita TBC harus berupaya keras untuk menghindari kontak langsung dengan penderita saat saat batuk atau bersin. Penderita harus membelakangi dan mengambil posisi yang berlawan dengan orang lain. Selain itu penderita wajib menggunakan masker atau alat pelindung pada saat batuk dan bersin. ”Jangan sampai batuk dan bersin hanya ditutupi dengan tangan karena tangan tidak mampu menghilangkan kuman penyakit TBC,” jelasnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim Setyo Budiono menyatakan, penularan penyakit TBC sangat cepat . ”Memang berat menghilangkan penyakit TBC di masyarakat karena selain faktor perilaku,  faktor lingkungan turut mendukung penyebaran dan perkembangbiakkan bakteri TBC,” terangnya.
Menurutnya, mudahnya perkembangan bakteri TBC disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti, tidak adanya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah, ruangan atau rumah dalam kondisi lembab dan sanitasi atau ventilasi rumah yang buruk. ”Jika rumah selalu dalam tertutup rapat tanpa ada sinar matahari yang masuk maka bakteri  akan cepat berkembang,” ujarnya.
Ke depan Setyo meminta dengan ditemukannya penderita TBC yang cukup banyak di Surabaya dan Jember diharapkan ada partisipasi masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu kepada daerah lain di Jatim untuk mewajibkan masyarakat yang terkena penyakit TBC segera berobat ke rumah sakit atau puskesmas.
Kepala Dinkes Surabaya Febria Rahmanita mengaku tingginya penderita TBC di Surabaya selain disebabkan perilaku dan kondisi lingkungan yang tidak sehat, juga dikarenakan jumlah penduduk yang sangat banyak. Sebagai kota terbesar di Jatim, jumlah penduduk di Surabaya lebih banyak daripada kota/kabupaten lain. ”Jadi semakin besarnya jumlah penduduknya,  penularan dan persebaran penyakitnya semakin luas,” jelasnya. [dna]

Tags: