Surabaya Siapkan KBM Tatap Muka

Siapkan pembelajaran tatap muka, SMPN 15 Surabaya gelar simulasi protokol kesehatan bersama tenaga pendidik.

Awal Pembelajaran Diisi 25 Persen Siswa Setiap Tingkatan
Surabaya, Bhirawa
Berbagai upaya disiapkan Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya untuk menggelar proses belajar mengajar dengan tatap muka di tengah situasi pandemi. Sejumlah sekolah yang masuk dalam 21 pilot projek melakukan simulasi di hari pertama, Senin (3/8). Diantaranya SMPN 15 Surabaya dan SMPN 3 Surabaya.
Kepala SMPN 15, Shahibur Rachman menuturkan dalam menyiapkan proses pembelajaran tatap muka, berbagai persiapan dilakukan. Mulai, memberikan arahan, menyiapkan proposal, sarana prasarana dan sumber daya manusia (SDM). Sekolah juga akan membentuk gugus tugas sebagai bentuk cluster paling kecil di pendidikan.
Untuk jumlah siswa di tahap awal pembukaan, rencananya akan dimulai dengan 25 persen siswa dari di setiap tingkatan.
“Rinciannya sesuai dengan ketentuan sekolah. Tapi rencananya akan dimulai dengan memasukkan 25 persen siswa. Kami sesuaikan dengan memasukkan 25 persen siswa kelas 7, 8 dan 9,” jabarnya.
Sedangkan untuk materi pembelajarannya, Rachman sapaan akrab nya, memberikan kompetensi dasar (KD) yang paling penting dengan jumlah jam pembelajaran yang dimampatkan. Sementara bagi siswa yang menunjukkan gejala awal, seperti demam pihaknya akan menghubungi puskesmas untuk ditindaklanjuti sesuai dengan SOP.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Menengah Dindik Kota Surabaya, Sudarminto menjelaskan, simulasi ini merupakan gambaran untuk menerapkan protokol proses pembelajaran yang sudah dibuat sejak dua bulan yang lalu. Sehingga saat siswa masuk, sekolah sudah siap dengan protokol kesehatan dan keselamatan siswa.
“Hari ini simulasinya memastikan protokol kesehatan diterapkan saat sekolah masuk. Mulai dari pintu gerbang anak di cek suhu, dan dikawal gurunya cuci tangan, disemprot disinfektan kemudian masuk kelas,” urainya usai memantau simulasi di SMPN 15 Surabaya.
Kemudian saat akan memulai pembelajaran, dilakukan simulasi guru dengan menjelaskan protokol selama di sekolah. Mulai dari physical distancing di sekolah hingga SOP saat siswa mau ke toilet hingga aktivitas di luar kelas.
“Saat pulang juga dipastikan SOP penjemputannya. Seluruh pemeran dalam simulasi ini adalah guru dan karyawan. Siswanya juga diperankan guru. Petugas yang saat ini juga akan bertugas saat sekolah mendapt rekomendasi pembelajaran tatap muka,” kata dia.
Selain simulasi, Sudarminto juga memberikan rekomendasi agar merampingkan kurikulum dan mengutamakan pelajaran esensial. Kemudian mempersingkat jam belajar.
“Tidak harus 45 menit untuk satu jam pelajaran. Untuk siswa yang masuk juga tidak harus 100 atau 75 persen. Bisa 25 atau 50 persen dulu sesuai dengan fasilitas sekolah,” jelas dia.
Dari hasil simulasi ini, pihaknya akan mengkoordinasikan dengan OPD terkait dan para ahli untuk dilanjutkan monev atau diberikan rekomendasi pembelajaran tatap muka.
“21 sekolah yang melakukan simulasi belun tentu disetujui melakukan pembelajaran. Di SMPN 15 ini kami lihat apa yang siap dan belum, dan akan dievaluasi,” papar dia.
Diharapkan dari simulasi ini bisa menyiapkan sekolah untuk menjadi tempat belajar yang aman untuk sekolah. Selain itu diharapkan siswa juga paham SOP sekolah saat pembelajaran tatap muka, karena untuk persiapan pembelajaran tatap muka ini membutuhkan persiapan anak, guru dan warga sekolah.
“Nantinya Anak dengan komorbid juga tidak diperkenankan masuk, orang tua tidak mengizinkan juga tidak bisa masuk. Tetapi kalau orang tua tidak mengizinkan ke sekolah jangan sampai anak diajak ke pasar dan ke mall juga,” tegasnya. [ina]

Rate this article!
Tags: