Syukuran Melaut, Nelayan Pasuruan Melarung Kepala Kerbau

7-FOTO KAKI 0203-larung sesaji petik laut2.JPG (1)Pasuruan, Bhirawa
Ratusan nelayan yang hidup di pesisir pantai utara Kota Pasuruan menggelar ritual petik laut atau sedekah laut, Sabtu (1/3). Prosesinya diakhiri dengan nelayan melarung sesajen ke tengah laut di dekat perairan Madura. Ritual petik laut ini merupakan ungkapan rasa syukur para nelayan atas hasil tangkapan mereka yang melimpah sejak beberapa bulan terakhir.
Larung sesaji berupa kepala kerbau jantan, jenang beras merah dan bunga tujuh rupa ditaruh dalam sebuah replika perahu berukuran panjang 2 meter dan tinggi 50 cm yang terbuat dari sterofoam dan sudah dihias. Sebelum upacara ritual dimulai, seorang ustad bernama Maksum memimpin doa bersama di dekat perahu sesaji. “Semoga keberkahan atas rasa syukur ini dapat terkabul. Dan pelaksanaan ini supaya berjalan dengan lancar tanpa hambatan,” kata Maksum.
Usai berdoa bersama, sejumlah pemuda memakai pakaian sakera mengangkat perahu larung ke sebuah kapal milik nelayan. Arak-arakan pun dimulai bibir pantai dari Pelabuhan Kota Pasuruan tepatnya di Kelurahan Ngemplakrejo, Kecamatan Purworejo menuju tengah laut sekitar dua kilometer. Tampak di atas kapal, para tokoh agama dan pejabat daerah seperti Wali Kota Pasuruan maupun jajarannya.
Sejumlah rombongan juga menyaksikan secara langsung belasan perahu nelayan berjejer membentuk formasi lingkaran besar guna memberikan ruang bagi pelaksanaan pelepasan sesaji kerbau yang dibawa. Pelaksanaan petik laut itu juga dijaga oleh anggota Polairud dan TNI AL dengan menggunakan kapal patroli.
Tujuannya, mereka ikut memantau prosesi petik laut berjalan lancar. “Tujuannya agar tangkapan ikan ke depan bisa melimpah sampai ke anak cucu. Selain itu juga sebagai ungkapan syukur kepada sang pencipta,” tandas Ahmad Gatot, panitia pelaksana petik laut.
Di tengah laut, puluhan anak-anak dan remaja yang ikut dalam rombongan tersebut langsung menceburkan diri dari atas kapal ke tengah laut. Mereka saling memperebutkan kepala kerbau dan sesajen lain yang ada di dalam perahu larung. Sementara itu, para nelayan yang ikut melarung, langsung mengambil air laut dan menyiramkannya ke atas perahunya masing-masing.
“Air laut yang sudah dicampur kembang tujuh rupa akan mendatangkan hasil tangkapan yang berlimpah serta dihindarkan dari kerusakan. Makanya kami langsung berembut air itu,” kata Amali, nelayan asal Kelurahan Ngemplakrejo usai berebut air laut yang bercampur kembang tujuh rupa.
Ritual petik laut yang bertepatan dengan Hari Jadi Kota Pasuruan ke 328, juga dihibur dengan berbagai hiburan rakyat pada 1-2 Maret 2014.
Sementara itu, Wali Kota Pasuruan H Hasani menyampaikan petik laut ini selain akan menghidupkan budaya masyarakat nelayan pesisir pantai Pasuruan, juga untuk potensi ekonomi wisata sekaligus investasi yang harus dikembangkan.
“Budaya petik laut ini bisa dijadikan agenda wisata nasional tapi semuanya itu harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Sebagai pihak pemerintah, kami sangat mendukungnya sebagai potensi wisata,” ujar Hasani. [hil]