Teknik Modular Jadi Tren Baru Fashion Desain Tas

Mychella menunjukkan detail aplikasi sisik ikan pada rancangan desain busanna yang berkonsep feminim modern kepada pengunjung.

Penggunaan bahan dasar Kayu Playwood
Surabaya, Bhirawa
Inovasi di dunia fashion terus berkembang. Tidak hanya dalam penggunaan material, secara teknik dan desain pun juga harus mempunyai value keunikan sendiri untuk menunjukkan identitas desainnya. Hal ini pun yang kemudian mendorong Grace Monica untuk mengembangkan desain tas dengan teknik Modular yang sering diimplementasikan pada disiplin ilmu desain interior. Mahasiswa semester 8 jurusan Fashion Desain dan Bisnis Universitas Ciputra (UC) ini mendesain beberapa tas berbahan kayu (plywood) dengan menggunakan teknik Modular untuk tugas akhirnya (TA).
Diungkapkan Grace, sapaan akrabnya, dalam pembuatan desain tas dengan branding Moduler ini, dibuat untuk menjawab permasalahan dari masyarakat luar. Sebab, untuk bidang fashion sendiri menurut dia banyak mengeluarkan limbah yang tidak dapat terurai oleh alam. Maka dari itu, kayu daur ulang jenis playwood jadi pilihan untuk bahan dasar pembuatan tas modular. Teknik modular fashion sendiri sudah diterapkan di beberapa desain. Tapi belum ada yang bisa mengaplikasikan di kayu.
“Di dunia fashion kita jarang dan sangat susah menemukan bahan dasar tas terutama dari kayu. Tidak sedikit yang mengesankan bentuk monoton dan terkesan berat saat penggunaan bahan kayu ini yang para desainer susah untuk mengaplikasikannya,”ungkap dia.
Lebih lanjut, untuk mendapatkan kayu tersebut, Grace memperolehnya dari kayu sisa (limbah,red) produksi yang diambil dari pengrajin. Untuk kemudian di rangkai menggunakan teknik modular. Sementara bentuk tas sendiri, Grace menggunakan model tas berbentuk persegi, segitiga sama kaki dan segi enam untuk model setengah lingkaran. Dalam proses pemotongan, ia menggunakan mesin laser cut agar terlihat rapi.
“Saya merancang desainnya agar mudah dan ringan untuk dibawah,”imbuh dia. Kendati menghasilkan karya yang inspiratif dan mengesankan, diakui Grace jika karya nya tersebut butuh pengembangan lebih lanjut dari sistem sambungannya. Sebab, saat ini ia menggunakan model sistem engsel untuk menyatukan masing-masing panel hingga jadi tas. Selain itu juga bisa dikembangkan kembali dengan bahan dari akrilik.
Sementara itu, Dosen pebimbing tugas akhir Fashion Desain dan Bisnis UC, Agnes Olivia Gondoputranto menilai, jika karya tas modular yang dibuat Grace merupakan kreasi baru dalam dunia fashion. Pasalnya, teknik modular sendiri biasanya digunakan untuk interior. Sehingga, dalam penerapan untuk fashion harus dilakukan perhitungan yang mendetail untuk mengunci setiap engsel pada panel yang telah dibentu.
“Kunciannya untuk teknik modular ini belum umum. Jadi memang desainnya harus pintar dan itungannya harus pas. Makanya, kita menggunakan penggambungan beberapa disiplin keilmuan untuk penemuan baru ini di dunia fashion,”tutur dia.
Terlebih, kata dia, Inovasi ke depan ini semakin lama akan semakin susah dan terus berkembang. Jadi, pengembangan teknik modular untuk fashion ini akan terus berkembang agar menarik perhatian masyarakat.

Aplikasikan Sisik Ikan dalam Busana dan Aksesoris
Kreasi dan inovasi desain tidak hanya dilakukan untuk menjawab tuntutan kebutuhan pasar. lebih dari itu, nilai dari sebuah desain fashion terletak dalam proses pemecahan masalah yang ada di masyarakat. sifatnya, suatu karya hrus mempunyai prinsip sustainability (berkelanjutan). Seperti karya yang dibuat oleh Mychella Yohanna Sancoko yang memanfaatkan sisik ikan kakap untuk dijadikan pernik sebagai pelengkap busana yang dia desain. Tidak hanya untuk busana, remaha yang akrab di sapa Mychel ini juga bereksperimen mengolah sisik ikan menjadi aksesoris seperti, anting, bros dan japitan rambut. Hasilnya pun menawan. Tidak sedikit masyarakat yang berkunjung di booth brand Lullaby saat pameran tugas akhir mahasiswa di Ciputra World Mall, Minggu (13/5).
“Kebetulan orantua saya punya resturan shusi di Bali yang mana bahan utama nya ini ikap kakap yang mana juga akan berpengaruh pada hasil limbah sisik ikan. Di lain sisi, dalam TA (tugas akhir) ini juga dituntut untuk membuat sesuatu yang inovatif,”papar dia. Untuk membuat olahan sisik ikan menjadi pernik, Mychel terlebih dahulu mencuci sisik ikan hingga berwarna putih. Kemudian dilakukan eksperimen dengan merendam pakai cuka agar tekstur sisik ikan lebih lentur sehingga mudah untuk dirapikan, dibentuk dan diamplas. Setelah itu dilakukan pewarnaan dengan menjemur selama 5 hari kemudian di cuci kembali hingga bersih. “Jika sudah kering, dan menghasilkan warna yang indah, sisik bisa diaplikasikan di busana. Lama pengaplikasian payet tergantung dari tingkat kerumitan dan tergantung sisik yang di aplikasikan di baju. Paling cepat sehari,”ujar dia.
Ke depan, ia berencana untuk mengeksplorasi sisik ikan. Sehingga tidak hanya dari sisik ikan kakap saja, melaikan juga sisik ikan lain yang juga bisa diaplikasikan. “Lebih pada eksplorasi desain dan marketnya untuk bisa nyaman digunakan sehari-hari,”kata dia. [ina]

Tags: