Teladan Moralitas Sosial dan Kepemimpinan

(Maulid Nabi Muhammad SAW Mencegah Ekstremitas Kiri dan Kanan) 

Oleh :
Yunus Supanto
Wartawan Senior, Penggiat Dakwah Sosial Politik

Keberaniannya bagai ombak samudera // Memberi perlindungan keamanan kepada musuh yang takluk // Biasa menahan lapar berhari-hari, mengganjal ikat pinggang dengan kerikil // Setiap orang selalu ingin berlama-lama di dekat Nabi Muhammad SAW … //
Begitulah tabiat kanjeng Nabi SAW terhadap manusia, walau menghadapi umat yang tidak segaris sepemahaman. Keagungan akhlaq (moral) Kanjeng Nabi SAW dikisahkan dalam biografi oleh ahli dari berbagai bangsa, Arab hingga Eropa, yang muslim maupun non-muslim.
Karya sastra (pujian) Maulid mengakar kuat dalam tradisi Islam, berawal dari tradisi keluarga Nabi Muhammad Saw. Orang pertama yang menuliskan menuliskan puisi sebagai pujian bagi kelahirannya berasal dari paman tercintanya: Abu Thalib, sebagai wali sekaligus pengasuh ketiga. Dalam keadaan nabi Muhammad SAW berstatus yatim piatu).
Sebagai pengasuh ketiga, Abu Thalib, sejak lama dikenal sebagai salah seorang penyair dan sastrawan Arab. Sastra pujian oleh Abu Tholib, juga berdasar pengalamannya selama mengasuh Nabi Muhammad SAW. Termasuk bayangan pohon, dan awan yang selalu menaungi, meneduhkan. Serta tanda ke-rasulan di punggung Nabi Muhammad SAW, bagai cahaya putih (berbeda dengan warna kulit sekitarnya).
Setelah itu kisah hidup Muhammad SAW ditulis oleh ulama-ulama zaman awal (abad ke-9), serta penghimpunan sejarah hidup beliau pasca perang salib. Diantaranya yang paling masyhur adalah kitab bertajuk “Barzanji,” yang ditulis oleh imam agung Ja’far Al-Busyiri. Juga, kitab biografi berjudul “Maulid Diba’iah,” yang ditulis oleh syekh Abdurrahman ad-Diba’i, sangat kondang di Indonesia, sampai saat ini. Menjadi buku yang paling banyak dibeli (best seller).
Kitab “Maulid Diba’iyah,” menjadi buku yang paling sering dibaca di Indonesia. Sangat masyhur karena sastranya indah, terutama pada pasal 14 diktum ke-9 disebutkan: “Rasulullah SAW lahir dalam posisi sujud dan berkata-kata syukur membaca hamdalah, bersinar bagai bulan purnama.” Syekh Abdurrahman ad-Diba’i menyebut proses kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai persalinan paling agung.
Di Indonesia kitab ini dicetak ribuan kali sejak pertengahan abad ke-20, tanpa revisi satu katapun. Sangat sangat populer karena menjadi bacaan “setengah” wajib khususnya pada anak-anak dan remaja, selain membaca Al-Quran. Biasanya secara rutin dibaca berkelompok di surau, masjid, maupun di rumah-rumah. Acara pembacaan kisah kanjeng Nabi SAW itu disebut “marhabanan.” Siapa tak pernah mendengar marhabanan? Di seluruh kampung hampir sama seringnya dengan pembacaan tahlil.
Membangun Moralitas
Pada saat pembacaan pasal 14 diktum ke-9, disebut sebagai sesi mahalul qiyam. Seluruh peserta wajib berdiri, bagai menghormat datangnya tamu agung sangat dimuliakan. Itu inti acara marhabanan yang secara harfiah berarti ucapan selamat datang. Maksudnya, kedatangan (lahir) seorang manusia baru ke dunia untuk mengajarkan keagungan moralitas. Misi kanjeng Nabi SAW, sebagai pembangunan moral.
Dalam hadits dinyatakan, “sesungguhnya aku diutus terutama untuk keagungan akhlaq.” Selain karena pengaruh manajemen (kekuasaan) serta kecerdasan, kisah Nabi SAW selalu disertai keluruhan moral. Misalnya, dalam berbagai hadits dengan sanad berasal dari istrinya sayyidah Aisyah r.a., dikatakan, “Rasulullah biasa membantu cuci pakaian, perah susu kambing, membersihkan lantai, juga makan bersama pembantu dengan menu yang sama.”
Keagungan moralitas Nabi SAW tercermin kontinyu sejak masa kanak-kanaknya yang yatim piatu (sebagai penggembala ternak), hingga masa kenabian. Sejak usia 15 tahun, Muhammad SAW telah mencermati secara seksama sejarah ras Arab dan bangsa tetangga (Afrika, Persia, Byzantium dan Romawi). Kecerdasan intelektual dan spiritualnya mewarisi trah para pahlawan Quraisy, yang berhulu pada Nabi Ismail a.s.
Trah, faktor genetika itu turut membangun keberanian Muhammad SAW, yang digambarkan “bagai ombak samudera.” Biasa menghadapi musuh bersenjata dengan tangan kosong, selesai tuntas melalui diplomasi. Memang patut dicatat sebagai pemimpin terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan. Dalam rentang waktu 22 tahun lebih 2 bulan masa kenabian, coverages kepemimpinan beliau SAW telah menggantikan imperium Persia dan Byzantium.
Jika memakai ukuran “negara” pada abad ke-7, maka “negara Muhammad SAW” lebih besar dibanding Romawi beserta seluruh jajahannya. Kepemimpinannya terakreditasi mutlak, menyangkut otoritas politik sekaligus keagamaan. Namun ke-mutlak-an kekuasaannya selalu dijalankan secara santun. Kadang malah dilaksanakan sesuai permintaan (mengakomodasi) “lawan” politik.
Misalnya dalam perjanjian Hudaibiyah. Seluruh sahabat keberatan, tetapi justru kanjeng Nabi SAW menerimanya utuh. Hanya dalam waktu setahun, seluruh orang Quraisy yang bertandang ke Madinah menjadi muslim, lalu kembali ke Mekkah untuk menyebarkan Islam. Begitu pula muslim Madinah yang bertandang ke Mekkah turut menjadi missionaris yang kokoh. Sehingga Mekkah kota kelahiran Nabi SAW dapat di-muslim-kan, tanpa perang.
Dalam kitab “Burdah” imam agung Al-Busyairi yang juga sangat kondang di Indonesia, disebutkan kelembutan hati Nabi SAW bagai bunga. Rasulullah SAW membuktikan perutnya yang terbelit dengan sumpalan 5 butir batu. Itu menandakan beliau sudah tiada dapat makan selama 5 hari. Manakala terdapat makanan diberikan kepada sahabat yang kelaparan. Beliau SAW berpura-pura sudah makan.
Teladan Kepemimpinan
Terhadap sesama manusia, Nabi SAW pernah balik pulang (sebelum tiba di masjid) demi membawa makanan untuk seorang pengemis tua yang buta dan lumpuh, biasa duduk di tikungan jalan. Sejak itu, Muhammad SAW setiap hari menyuapi pengemis itu tanpa memperkenalkan diri sebagai jihan (orang agung). Karena menyuapi pengemis tua yang buta dan lumpuh, dianggap sebagaikewajiban. Sekaligus selalu sabar mendengarkan propaganda permusuhan terhadap dirinya.
Hingga Nabi SAW wafat, tugas penyuapan diwasiatkan kepada sayyidina Abubakar r.a. Setiap hari khalifah pertama ini menyuapi, selalu sang pengemis bercerita tentang berita naifnya Muhammad bin Abdullah, yang mengaku sebagai Nabi dan Rasul, berniat menguasai dunia.
Suatu hari pengemis bertanya, kemana perginya penyuap terdahulu yang makanannya lebih halus dan enak, suapannya lebih sopan, tutur katanya selalu menyejukkan. Dijawab oleh sayyidina Abubakar r.a., “Dia, Muhammad SAW pemimpin kami itu sudah wafat.” Seketika pengemis itu meronta-meronta, minta ditunjuki ke makam Rasulullah SAW untuk meminta maaf, sekaligus mengucap dua kalimat syahadat.
Ketika Nabi SAW mangkat, status beliau masih aktif dan efektif sebagai penguasa. Anehnya Nabi SAW tidak meninggalkan harta warisan. Aset pribadinya berupa uang 80 dirham dan 2 kavling tanah sudah (wasiat) dihibahkan untuk negara. Tetapi tidak ada wasiat tentang suksesi, tidak menurunkan kekuasaannya kepada kerabat maupun para sahabatnya. Juga tidak me-wasiat-kan bentuk negara berdasar agama.
Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi SAW dirayakan menjadi budaya. Terdapat Grebek Maulid di berbagai kerajat adat, serta perjamuan umum dan pesta seni budaya rakyat. Sekaligus sebagai sarana peng-akrab-an rezim (raja-raja beserta aparat) dengan rakyat di daerah. Maulid Nabi SAW telah menjadi aset (kekayaan) adat dan budaya bersendi syari’ah. Bahkan negara, pemerintahan propinsi, serta kabupaten dan kota, secara resmi menyelenggarakan peringatan maulid Nabi SAW di istana negara.
Pada masa kini, perayaan Maulid Nabi SAW aparat dengan umat, dapat menjadi kerjasama mutualisme sebagai benteng menghalau ekstremisme kiri (komunisme). Juga mencegah ekstremisme kanan (yang ber-altar keagamaan). Sebab biasanya, seluruh ekstremisme kanan maupun ekstrem kiri, tidak suka kumpul-kumpul untuk pembacaan shalawat Nabi SAW. Juga tidak suka jamaah istighotsah (kelompok doa bersama serta pembacaan surat Yasin dan tahlil).
Salahsatu ajaran moral terpenting Nabi Muhammad SAW, adalah menolak fitnah, dan kebohongan berita (hoax). Begitu pula selama hidup, tidak men-teror kelompok lain. Seluruhnya berupa kenangan manis. Moral yang “manis” itu pula yang menyebabkan ajaran Islam berkembang sangat cepat ke seluruh dunia.

——— *** ———

Tags: