Teladan Nabi SAW

Semarak Maulid Nabi Muhammad SAW, diperingati umat muslim sedunia. Biasanya, peringatan Maulid dirayakan secara sambung menyambung sampai sebulan. Sebagian besar masjid di Indonesia menyelenggarakan acara pembacaan shalawat. Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW nampak lebih semarak di berbagai keraton kerajaan di Indonesia. Pembacaan shalawat diiringi adat budaya, mempertemukan raja dengan rakyat, dalam jamuan bersama.
Negara (dan pemerintah RI) secara resmi juga memperingati hari besar kelahiran Nabi Muhammad SAW, sejak tahun 1963. Konon, presiden Soekarno terpesona penyelenggaraan di istana Kairo, Mesir. Peringatan Maulid Nabi SAW, diselenggarakan sebagai “obor” semangat kejuangan. Tak kalah gengsi, presiden Soekarno bercerita kepada presiden Mesir, Gamal Abdul Naseer, tentang perayaan Maulid oleh raja-raja di Indonesia. Tetapi di istana kepresidenan RI belum pernah diselenggarakan.
Seketika itu pula presiden minta Menteri Agama RI menyelenggarakan mauludan secara rutin di istana Merdeka, Jakarta. Menteri Agama (Prof. Saifuddin Zuhri, dari NU) tidak sulit mempersiapkan acara Maulid. Berlanjut hingga kini, setiap Presiden RI, selalu memberikan sambutan kenegaraan. Tahun (2019) ini, presiden Jokowi memberikan tugas sambutan Maulid Nabi Muhammad SAW kepada Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, sesuai asas kompetensi.
Berbagai cara memperingati Maulid, terutama dengan pembacaan kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, sejak lahir sampai wafat. Diantara kitab yang paling masyhur mencertikan keagungan Nabi SAW, ditulis oleh imam besar Syekh Abdurrahman ad-Diba’i. Kitab (buku-bukunya) sangat masyhur karena sastranya indah, terutama yang memuat biografi berjudul “Maulid-Diba’iyah.” Pada pasal 14 diktum ke-9 disebutkan: “Rasulullah SAW lahir dalam posisi sujud dan berucap hamdalah.”
Dalam berbagai hadits dikisahkan keseharian beliau SAW sebagai kepala rumahtangga. Dengan sanad berasal dari istrinya sayyidah Aisyah r.a., dikatakan, “Rasulullah biasa membantu cuci pakaian, perah susu kambing, membersihkan lantai, juga makan bersama pembantu dengan menu yang sama.” Pada saat paceklik, ikat pinggangnya diganjal lima biji batu, menandakan beliau tidak makan selama lima hari. Padahal beliau seorang pemimpin negara!
Dalam beberapa hadits shahih dikabarkan, bahwa Nabi SAW, sangat santun terhadap musuh. Tetapi tidak pernah gentar dalam perang mempertahankan diri. Begitu pula dalam perjanjian Madinah, misalnya, umat Yahudi (dan non-muslim lainnya) lebih diuntungkan. Walau di-kritisi para sahabat, namun Nabi SAW menyetujui “draft” yang disodorkan kamu non-muslim. Tak lama terbukti, Nabi SAW lebih benar.
Selama hidup, Nabi Muhammad SAW tidak men-teror kelompok lain. Seluruhnya berupa kenangan manis. Moral yang “manis” itu pula yang menyebabkan ajaran Islam berkembang sangat cepat ke seluruh dunia. Ketika Nabi SAW mangkat, tidak meninggalkan harta warisan. Aset pribadinya berupa uang 80 dirham dan 2 kavling tanah sudah dihibahkan untuk negara.
Keteladanan Nabi Muhammad SAW, dikisahkan sebagai biografi oleh berbagai ahli dari berbagai bangsa, Arab hingga Eropa. Salahsatunya ditulis Michel G Hart, (dalam “Seratus Tokoh Paling Berpengaruh”). Buku ini menjadi best seller selama dua dekade (tahun 1980-an hingga penghujung 1990-an).
Peringatan Mauludan, dapat dijadikan sebagai sarana peng-akrab-an aparat dengan rakyat. Terutama untuk mem-bentengi masyarakat terhadap paham radikalisme, dan ekstremisme. Bisa bermuara pada terorisme ber-altar keagamaan. Bisa dipastikan, seluruh radikalis dan teroris, tidak suka kumpul-kumpul untuk pembacaan shalawat Nabi SAW. Juga tidak suka jamaah istighotsah.
Keagungan moralitas beliau SAW, wajib diteladani pejabat, dan rakyat. Nabi SAW tidak pernah ber-wasiat menurunkan kekuasaan kepada anak maupun kerabat. Serta tidak ber-wasiat tentang bentuk negara (khilafah) untuk negeri mayoritas muslim.

——— 000 ———

Rate this article!
Teladan Nabi SAW,5 / 5 ( 1votes )
Tags: