Terbukti Sukses, Kini ISNU Bondowoso Panen Padi di Daerah Kering

Ketua PC ISNU Bondowoso, Moch Abdul Halik (kiri) bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Halil (tengah) dan Kades Gayam (kanan) saat melakukan panen padi hidroganik. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Sistem teknologi pertanian Hidroganik sebagai bentuk gerakan ketahanan pangan berbasis keluarga, khususnya di daerah yang mengalami kekeringan atau sulit akan kebutuhan air di lahan pertanian, yang gagas oleh PC ISNU Bondowoso di Desa Gayam Kecamatan Botolinggo Kabupaten Bondowoso kini benar-benar sukses.

Terbukti bahwa sebelumnya telah melakukan panen raya tanaman sayur pertanian Hidroganik. Dan keberhasilan ini pun terbukti pada Kamis (4/6/2020) PC ISNU Bondowoso melakukan panen perdana tanaman padi hidroganik.

Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Bondowoso Moh Abdul Halik, S.Sos.I mengatakan, hasil panen perdana padi hidroganik ini mencapai sekitar 40kg dengan luasan lahan 2x12meter.

“Perolehan padinya sama dengan tanam biasa. Dengan luas lahan di tanah hampir sama seperti itu,” ungkapnya saat di konfirmasi, Jum’at (5/6/2020).

Halik menjelaskan, bahwa untuk keunggulan padi hidroganik ini adalah non residu, non pestisida, non kimia.

“Sistem hidroganik itu sangat memungkinkan ditanam di segala musim. Untuk kesehatan jelas padi organik itu lebih bagus untuk kesehatan,” jelasnya.

Kata dia, pertanian hidroganik ini sebagai bentuk gerakan ketahanan pangan. Jadi, pihaknya akan terus melakukan gerakan ini dengan sistem hidroganik itu. Apalagi bila melihat kondisi saat ini yakni menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19, ketahanan pangan perlu juga untuk di kedepankan.

Karena keberhasilan ini sambung Khalik, adalah merupakan terobosan baru yang mana selama ini diketahui bersama bahwa di Desa Gayam Kecamatan Botolinggo tidak bisa melakukan pananaman padi dimusim kemarau. Akan tetapi ISNU dapat membuktikan keberhasilannya dengan panen perdana tanaman padi hidroganik tersebut.

“Jadi kita bisa tanam padi dimanapun, walaupun di lahan kering. Nanti kita akan bentuk gerakan pangan yang lain. Kalau tanam padi saja bisa, maka tanam yang lain juga bisa,” terangnya.

Khalik mengaku, bahwa kedepan ISNU akan terus mengembangkan sistem ketahanan pangan ini, tidak hanya padi saja. Akan tetapi, juga akan melakukan uji coba pangan yang lain. Seperti, labu madu, labu Jepang, kacang tanah.

“Jadi targetnya, ISNU bisa tanam diwilayah yang selama ini tidak bisa ditanami karena faktor kekeringan,” urainya.

Akan keberhasilannya ini, ISNU Bondowoso pun berkomitmen akan terus menambah lahan untuk sistem pertanian hidroganik tersebut. Bahkan saat ini, warga Desa Gayam pun dengan sukarela menghibahkan tanahnya sekitar 1.000 meter persegi, untuk dikembangkan oleh ISNU.

“Jadi kita disana bukan sewa. Masyarakat menghibahkan tanah itu untuk dikembangkan sebagai alat perjuangan ISNU dalam hal pengembangan pangan,”akunya.

Masih kata Khalik, bahwasanya Kepala Desa Gayam sendiri sangat mensupport apa yang di gagas oleh PC ISNU Bondowoso. Karena hal tersebut adalah salah pintu keluar dari ketertinggalan desa Gayam dan menjadi sumber ekonomi baru bagi warga setempat.

“Masyarakat disana itu, mereka bisa bekerja diwaktu musim hujan, untuk bisa tanam disawah. Jadi tanah disana (Gayam-Red) itu, sekitar 7 bulan gak dipakai,” jelasnya.

Desa Gayam yang menjadi pilot project ISNU untuk menggagas sistem pertanian hidroganik tersebut dan terbukti menuai keberhasilan. Maka warga setempat pun merespon dengan baik. Kedepan, ISNU Bondowoso akan melibatkan di lahan warga setempat dengan sistem organik.

“Jadi kita ajari masyarakat gayam itu pola tanam nya, budidaya baik sayur, padi dan lain-lain tetap sistem organik semua,”pungkasnya.

Informasi, untuk harga beras hasil pertanian hidroganik yang di gagas oleh PC ISNU Bondowoso ini di bandrol Rp. 20rb per-kg.[san]

Tags: