Tingginya Angka Penderita Kusta Bukti Sumenep Aktif

Sumenep Bhirawa
Angka penderita kusta di Kabupaten Sumenep sangat tinggi. Pada tahun 2013, jumlah penderita kusta mencapai 475 orang (bukan 420 seperti diungkapkan Dinkes Provinsi Jatim). Ratusan penderita itu terdiri dari tipe kusta PB sebanyak 115 orang dan tipe MB sebanyak 360 orang.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep, Anugrah Rizka Rahadi, melalui Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK), Dwi Regnani mengatakan, dari Januari-Juni 2013 jumlah penderita kusta memang mencapai angka 420 orang, tapi dari Januari-Desember 2013 mencapai 475 orang.
Dari 475 penderita kusta yang tersebar di kecamatan Arjasa, Talango dan Pragaan itu terdiri dari penderita lama dan baru. Penderita kusta baru tipe PB umur 0-14 tahun mencapai 21 orang, umur 14 tahun keatas sebanyak 94 orang. Sedangkan kusta tipe MB umur 0-14 tahun sebanyak 31 orang, umur 14 tahun lebih sebanyak 329 orang.
“Total jumlah penderita kusta di Sumenep ini mencapai 475 orang, kalau 420 penderita sebagaimana dikatakan Dinkes Jatim itu data dari Januari-Juni 2013, tapi jumlah total hingga Desember mencapai 475 penderita,” kata Dwi Regnani, Rabu (12/02).
Menurutnya, tingginya angka penderita kusta di ujung timur Madura ini salah satu penyebabnya para petugas kesehatan memang aktif turun ke bawah, mencari penderita untuk dilakukan pengobatan. Bukan semata-mata karena jumlah penderitanya yang memang tinggi.
“Salah satu faktor kenapa Sumenep bisa tinggi, ya petugasnya memang aktif bekerja mencari penderita kusta. Sebab, mereka (penderita, red) juga mempunyai hak yang sma dengan yang lain dalam pendapatkan pelayanan kesehatan dan banyak masyarakat yang mulai sadar akan kesehatannya sehingga datang ke pusat pelayanan kesehatan untuk berobat,” ujarnya.
Dari 475 penderita kusta, sebanyak 21 orang (4,49 persen) meninggal dunia, sebanyak 17 orang 3,6 persen mengalami disabilitas atau cacat. Kematian lantaran penyakit kusta itu karena daya tahan tubuhnya tidak mampu, kemudian tertindih penyakit lain. “Sebenarnya, penyakit kusta itu tidak mematikan, masih bisa diobati dengan minum obat selama 1 tahun berturut-turut,” ungkapnya.
Dia memaparkan, penyakit kusta itu disebabkan karena sanitasi yang jelek, kurang mandi dan mereka beraada didaerah kualitas air mengalir lebih lambat. Sedangkan potensi penularannya dengan cara kontak dalam satu keluarga. “Tapi jangka penularannya sangat lama, masa berkembang penyakit itu mencapai puluhan tahun,” jelasnya.
Lebih lanjut Dwi Regnani menegaskan, jika dalam satu keluarga terkena kusta, bukan berarti ada indikasi faktor keturunan tapi adanya faktor kontak setiap hari dalam keluarga itu. “Tidak ada penyakit turunan itu, kalau memang dalam satu keluarga terjangkit penyakit kusta secara keseluruhan, kemungkinan penyebabnya adanya penularan melalui kontak,” ungkapnya.
Salah satu gejala penyakit kusta adalah bercak putih seperti panu tapi seperti mati rasa. Jika terjadi seperti itu perlu diwaspadai dan segera diperiksa ke pusat pelayanan kesehatan. “Kalau gejalanya memang seperti bercak putih menyerupai panu tapi saat disentuk tidak terasa. Jika terjadi seperti itu, parlu secepatnya dilakukan pemeriksaan,” tuturnya.
Sebelumnya, lima kabupaten jumlah penderita kusta tertinggi di Jatim, diantaranya kabupaten Sampang mencapai 725 orang, Sumenep 420 orang, Bangkalan 340 orang, Jember, 304 orang, dan Lamongan sebanyak 288 orang. [sul]