Transportasi Penyebab Inflasi Jatim Naik 0,21 Persen

3-rapat-inflasiPemprov, Bhirawa
Inflasi Jatim selama Mei 2014 sebesar 0,21 persen atau lebih tinggi dari inflasi periode yang sama hanya 0,16 persen. Inflasi Jatim pada Mei 2014 dinilai lebih tinggi dari nasional,  tetapi kinerja ekonomi berjalan cukup baik.
Penyebab dari kenaikan inflasi di Jatim diduga karena naiknya tarif transportasi baik udara, darat, dan laut. “Apalagi ditunjang dengan banyaknya hari libur pada Mei lalu. Sehingga, tarif yang dikenakan tinggi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim M Sairi Hasbullah di Surabaya, Senin (2/6).
Sairi mengatakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh BPS.
Dari hasil pemantauan harga pada Mei 2014 Jatim mengalami inflasi sebesar 0,21 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 111,30 pada April 2014 menjadi 111,53 pada Mei 2014. Perjalanan series data inflasi selama tahun 2003 sampai dengan 2014, pada Mei terjadi inflasi sembilan kali, dan tiga kali deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1,19 persen, dan inflasi terendah terjadi pada 2009 sebesar 0,02 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi pada 2003 sebesar -0,27 persen dan deflasi terendah terjadi 2005 sebesar -0,09 persen.
Dari 8 kota IHK di Jatim, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jember 0,43 persen, diikuti Malang 0,37 persen, Madiun dan Surabaya masing-masing 0,17 persen. Kemudian Probolinggo 0,12 persen, Sumenep 0,08 persen, Banyuwangi 0,06 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kediri 0,02 persen.
Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok kesehatan 0,86 persen, kelompok sandang 0,51 persen, kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,42 persen.
Disusul kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,31 persen, kelompok perumahan 0,26 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,04 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga/deflasi adalah kelompok bahan makanan 0,39 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah kenaikan daging ayam ras, telur ayam ras, angkutan udara, tarip kereta api, upah pembantu rumahtangga, tomat sayur, seragam anak sekolah, minyak goreng, pelembab dan cat tembok.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah turunnya harga cabai rawit, beras, cabai merah, ikan mujair, buah pepaya, telepon seluler, wortel, daun bawang, daging sapi, dan kentang.
Dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Serang 0,42 persen, diikuti Semarang 0,25 persen, Bandung 0,19 persen, Surabaya 0,17 persen, dan inflasi terendah terjadi di Jakarta dan Jogjakarta masing-masing 0,05 persen.
Dari 82 kota IHK nasional 67 kota mengalami inflasi dan 15 kota mengalami deflasi, 5 kota yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Pematang Siantar 1,61 persen. Diikuti Bau Bau 1,40 persen, Singaraja 1,36 persen, Lhokseumawe 1,16 persen dan Bima 1,11 persen.
Sedangkan 5 kota yang mengalami deflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 1,27 persen, diikuti  Tanjung Pinang 0,62 persen, Bengkulu 0,59 persen, Singkawang 0,54 persen dan Bungo 0,51 persen. Laju inflasi tahun kalender mulai Desember 2013-Mei 2014 Jatim mencapai 1,80 persen sedangkan laju inflasi year on year Mei 2014 terhadap Mei 2013 Jatim 7,04 persen. [rac]

Inflasi di Kabupaten/Kota di Jatim
No.   Kota/Kabupaten    Kenaikan Inflasi
1.  Jember       0,43 %
2.  Malang       0,37 %
3.  Madiun       0,17%
4.  Surabaya       0,17 %
5.  Probolinggo       0,12 %
6.  Sumenep       0,08 %
7.  Banyuwangi       0,06 %
8.  Kediri         0,02 %.

Tags: