Tumbuhkan Empati dan Simpati Siswa, Kunjungi Tiga Panti di Surabaya

Plt Kepala Dindik Jatim, Hudiyono didampingi Kepala SMAN 16 Surabaya, Roosdiantini saat memberikan sambutan dan motivasi kepada siswa MPLS di Panti Werdha Hargodedali, Kamis (18/7).

Kemas MPLS Eksternal Lewat Kegiatan Sosial
Surabaya, Bhirawa
Ada beragam cara dalam mengemas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Mulai dari pendidikan di lingkup sekolah, pendidikan semi militer hingga pendidikan pelajaran hidup melalui bentuk pengabdian masyarakat.
Seperti halnya yang dilakukan SMAN 16 Surabaya. Mereka mengajak 88 siswa baru untuk mengunjungi tiga panti di Surabaya. Mulai panti Werdha, Panti Asuhan dan Panti Disabilitas.
Langkah yang di lakukan SMAN 16 Surabaya, rupanya mendapat apresiasi dari Plt Kepala Dindik Jatim, Hudiyono. Menurut nya, sudah seharusnya pengenalan lingkungan, seperti pengabdian masyarakat dilakukan dalam kegiatan MPLS. Apalagi, jika berkaitan untuk memberikan semangat, motivasi dan penguatan pribadi siswa.
“Ini pelajaran yang berharga bagi anak-anak sebelum menerima pembelajaran di sekolah. Karena ini bagian penting dari pendidikan karakter yang harus dikuatkan,” ungkap dia.
Kegiatan kunjungan ke panti-panti, dinilai Hudiyono, akan memberikan manfaat dalam memelihara hubungan dengan Tuhan. Bagaimana hal itu terhubung melalui pengabdian kepada masyarakat.
“Dengan diajak ke panti-panti ini mereka jadi paham dan tahu bagaimana menjalani kehidupan dengan berbagai tantangan. Pendidikan karakter yang bagus dibangun dari aspek internal dan hatinya,” ujar dia.
Ia menambahkan, kegiatan diluar sekolah yang berbentuk pengabdian masyarakat merupakan bagian dari hidden kurikulum. Karena berkaitan dengan kompetensi tentang pengetahuan, kompetensi karakter dan kompetensi kompetensi yang diterjemahkan dalam desain pembelajaran internal dan eksternal.
Kepala SMAN 16 Surabaya, Roosdiantini menuturkan adanya kegiatan MPLS di luar sekolah, khususnya untuk pengabdian masyarakat. Dengan hal itu, diharapkan siswa dapat mempelajari pelajaran hidup. Terutama dalam memperlakukan orang tua, anak-anak yatim-piatu dan anak-anak disabilitas.
“Mereka akan tahu bagaimana cara menghargai hidupnya. Memaknai hidup. Karena sifat empati dan simpati kita bentuk melalui ini. Juga untuk pembentukan pola pikir siswa untuk bersikap dewasa dalam menghadapi hidup,”tuturnya.
Tak hanya di Panti Werdha, pendidikan karakter untuk MPLS SMA negeri dan Swasta Wilayah Surabaya Timur yang koordinatori SMAN 16 Surabaya juga menyasar Peduli Lingkungan dan Penghijauan di kawasan Kebun Bibit Wonorejo.
“Di kebun bibit ada 324 siswa dari SMAN 14, SMAN 17 , SMAN 20 , SMA Yapita, SMA Dharma Wanita, SMA An Najiah, SMA IT Al Uswah, SMA IPIEMS, SMA Mahardika dan SMA Suryo Nugroho,”paparnya.
Selama di kebun bibit Wonorejo para siswa akan diajari pembibitan dan ikut melakukan kerja bakti di taman. Selain itu juga dilakukan bakti sosial ke sejumlah panti asuhan terdekat dengan sekolah dan kampanye lalu lintas di sekitar sekolah masing-masing.
Pelajaran hidup juga di rasakan Altafannia Zalwa (15). Siswa baru SMAN 16 Surabaya ini mengungkapkan penyesalannya kepada sang nenek. Marena tidak bisa menemaninya di akhir hayat. Dari kunjungan itu, ia mengaku akan lebih menghargai keluarganya. [ina]

Tags: