UB Rumuskan Formula Pemberitaan Efektif Tetang Covid 19

Kota Malang, Bhirawa 
Media sebagai salah satu kekuatan dalam perubahan sosial sudah seharusnya bisa berperan lebih optimal. Dari situlah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)  dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang berkolaborasi mencari formula pemberitaan yang edukatif terkait COVID-19.

Penanggung jawab program, Anang Sujoko di Ezo Co Working Space, mengutarakan acara FGD merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat FISIP UB dengan tema “Menggagas Kontribusi Asosiasi Wartawan dalam Pemberitaan Humanis pada Kasus COVID-19 di Malang”.

FGD dihadiri para reporter dan redaktur dari beberapa media cetak dan elektronik. 

Menurut Anang Sujoko, media memiliki peran penting untuk mempengaruhi opini masyarakat secara masif. Dengan FGD, pihaknya mengajak para rekan media untuk duduk bersama memikirkan bagaimana membuat formula berita terkait COVID-19 yang efektif guna mengedukasi publik terkait pentingnya pemahaman yang benar dalam pemberitaan pendemi tersebut. 

Menurut Anang, hasil pengamatan yang ia lakukan muncul perbedaan mendasar antara pola pemberitaan di Indonesia, Vietnam, Myanmar, Amerika, Eropa, Italy, Inggris dan Tiongkok. Di Wuhan, Tiongkok lokasi asal munculnya pendemi, pemberitaan media umumnya membangkitkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan menyerahkan penanganan COVID-19 kepada pemerintah.

Sehingga masyarakat merasa tenang, dan tertib dalam menerapkan protokol kesehatan, hal tersebut berbeda dengan kondisi di Indonesia. 

Wakil Deken II, FISIP UB tersebut, lantas menjelaskan  FGD, dimulai pemaparan masing-masing media untuk menjelaskan format pemberitaan COVID-19 yang menjadi ciri khas medianya, angle berita, frekuensi pemberitaan hingga permasalahan dalam proses peliputan berita COVID-19 dilapangan. 

Setelah FGD yang menghasilkan formula pemberitaan COVID-19, dilanjutkan proses uji coba penerapan formula pemberitaan dalam waktu tertentu sesuai kesepakatan.

Kemudian direncanakan kegiatan Seminar Web atau Webinar skala Nasional dengan melibatkan Dewan Pers Pusat, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan beberapa pihak lainnya. Serta bisa mendapat publikasi Internasional melalui sebuah paper Jurnal Internasional. 

“FGD merupakan bentuk kepedulian dunia akademisi terhadap masih tingginya angka positif  dan kematian akibat COVID-19. Sehingga perlu kita evaluasi sejauh mana peran media sebagai kekuatan ke-empat Pilar Demokrasi berperan dalam menyelesaikan masalah pandemi ini. Awal kegiatan pengabdian tersebut dengan menjajagi bagaimana Media selama memberitakan COVID-19 dan bagaimana pemberitaan yang seharusnya,”tutur pria yang sedang menempuh program doktoral di University of South Australia tersebut.

Mohammad Zainuddin, Ketua AJI Malang menuturkan, pihaknya mengapreasiasi adanya FGD tersebut. Selama ini yang ada hanya perumusan bagaimana peraturan penerapan protokol kesehatan COVID-19 yang baik untuk para Jurnalis dan dibahas dalam organisasi profesi seperti AJI, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan organisasi profesi lainnya. Sehingga FGD formula pemberitaan terkait COVID-19 yang efektif adalah hal baru yang juga dibutuhkan para awak media. 

“Dengan FGD ini, saya berharap kami bisa saling berdiskusi untuk menemukan formula pemberitaan yang efektif dan sudut pandang yang sama antar media di kota Malang. Karena fakta dilapangan, banyak kebijakan media satu dan media yang lain saling bertabrakan seperti dalam pola penyebutan identitas pasien COVID-19 yang seharusnya tidak terlalu detail diterangkan dalam sebuah berita,” pungkasnya. [mut]

Tags: