Ujicoba PTM SMA/SMK dan SLB Mulai 18 Agustus

Siapkan pembelajaran tatap muka, SMPN 15 Surabaya gelar simulasi protokol kesehatan bersama tenaga pendidik.

Diikuti Tiga Sekolah Setiap Daerah, PTM 25 Persen dari Jumlah Siswa
Dindik Jatim, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jatim akan melakukan ujicoba pembelajaran tatap muka (PTM) pada 18 Agustus 2020 mendatang. Ujicoba ini akan diikuti tiga sekolah jenjang SMA/SMK dan SLB baik negeri ataupun swasta di masing-masing kabupaten/kota di Jatim.
Kepala Dindik Jatim, Wahid Wahyudi menuturkan, ujicoba pembelajaran tatap muka akan mulai dilaksanakan pada 18 Agustus 2020 untuk SMA, SMK dan SLB di Jatim. Keputusan tersebut dibuat usai Gubernur Jatim mengeluarkan surat edaran. “Hari ini (kemarin, red) akan diterima (Dindik Jatim) dan teknisnya akan ditambahi dari surat Kadindik,” ujar Wahid dalam pembukaan webinar series program bidang PKPLK, Senin (10/8).
Dikatakan Wahid, selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) banyak kendala yang ditemukan. Mulai keterbatasan sarana prasarana di keluarga tidak mampu. sehingga harus pinjam handphone ke tetangganya. “Ada juga yang punya hp satu bapaknya saja, tapi anaknya banyak butuh PJJ,” tambah dia.
Selaim itu, tak sedikit pula dalam pelaksanaan PJJ, terkendala internet yang terbatas di beberapa wilayah. Serta terbatasnya SDM dalam menggunakan teknologi. Kemudian pertimbangan siswa SMA/SMK dengan kondisi fisik dan badannya sehat, pola pikirnya mampu melaksanakan protokol kesehatan. “Maka dari itu cabang dinas dan kepala sekolah kami minta koordinasi dengan gugus tugas Covid-19. Harus atas persetujuan gugus Covid,” tegas Wahid.
Wahid juga menekankan, jika saran prasarana juga harus disiapkan oleh sekolah. Mulai alat cuci tangan,disinfektas dan lainnya. Begitupun untuk tempat ibadah, ia meminta agar sekolah memperhatikan alat ibadah yang dibawa siswa. “Jangan sampai alat ibadah seperti sajadah digunakan bergantian. Harus bawa sendiri-sendiri,” katanya.
Untuk guru, lanjut dia, juga diminta jaga jarak dan tidak boleh berkeliling kelas. Kantin diminta ditutup dan siswa membawa bekal. “Jadi ada tugas double dari pihak sekolah harus menyiapakan belajar tatap muka dan PJJ, jika ada siswa yang tidak diizinkan masuk sekolah oleh orang tua. Pelaksanaan ujicoba ini selama dua minggu dan akan dievaluasi,” urai dia.
Jika dari hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka berjalan dengan baik, maka pada awal September rencananya akan dikembangkan ke kelas yang lebih besar lagi. Ia juga meminta agar semua pihak memantau pelaksanaan ujicoba pembelajaran tatap muka, sebab akan menjadi pilot projek secara nasional. “Kebijakan bu gubernur dalam ujicoba ini bisa dilakukan kecuali di zona merah,” imbuh dia.
Lebih lanjut, untuk zona oranye, Dinas Pendidikan Jatim hanya memperkenankan 25 persen siswa dari total keseluruhan secara bergiliran. Sehingga jika dalam satu kelas berjumlah 36 siswa, maka saat ujicoba hanya 9 siswa yang diijinkan masuk. “Pembelajaran tatap muka juga hanya setengah. Tidak 8 jam pelajaran, tapi hanya 4 jam. sementara zona hijau bisa 50 persen,” pungkasnya.
Sementara itu, skema pembelajaran bagi jenjang SLB, Kabid PKPLK, Suhartono menuturkan ada tiga model sistem pembelajaran bagi sekolah berkebutuhan khusus (SLB) selama masa pandemi. Yakni sistem daring, orangtua datang kesekolah dan guru melakukan home visit. tiga sistem pembelajaran ini berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dengan MKKS se Jatim dan pengawas pendidikan khusus di Jatim.
“Jadi orang tua bisa memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak-anaknya. Jika menggunakan sistem daring, maka peran guru yang didorong untuk membuat model pembelajaran inovatif sesuai kemampuan anak,” papar dia.
Namun, jika wali murid terkendala secara sarana prasarana, dengan kata lain terbatas secara kuota atau media komunikasi maka bisa menggunakam sistem kedua dengan orangtua datang ke sekolah untuk mengambil materi siswa untuk pembelajaran mandiri.
“Atau jika merasa khawatir dengan adanya Covid-19 atau kesulitan dalam pembelajaran siswanya karena hambatan tertentu, guru bisa mendatangi rumah siswa yang betul-betul tidak bisa hadir kesekolah untuk dilakukan pendampingan selama pembelajaran,” jabar Suhartono.
Diakui Suhartono, tiga cara tersebut, dinilainya mampu memfasilitasi pembelajaran dimasa pandemi. Sebab, selama pandemi controling guru juga terus dilakukan yang juga melibatkan pengawas. “Ini ada laporan. Jadi apa yang dilakukan oleh guru dan siswa setiap akhir bulan ini dilakukan laporan,” jabarnya. [ina]

Tags: