UMKM, Jangkar Perekonomian Layak dapat Stimulus

Prof Firmansyah.

Jakarta, Bhirawa.
UMKM dan Koperasi merupakan pilar perekonomian bangsa dan merupakan jangkar perekonomian Indonesia. UMKM memiliki peran besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Khususnya ditengah pandemi Covid-19 ini, UMKM jadi penopang perekonomian yang ter-kontraksi. Walaupun UMKM bukan menjadi sektor utama pertumbuhan ekonomi, namun layaklah bila UMKM dapat stimulusi. 

“Krisis yang terjadi saat ini, berbeda dengan krisis yang terjadi pada 1998 lalu. Krisis pada 1998, yang terpukul hanya pada sektor perekonomian. Sedang krisis 2020 ini, oleh dampak pandemi Covid-19, bukan hanya merontok kan sektor ekonomi, tapi juga kesehatan,” jelas anggota MPR RI Dr Herman Khaeron (Demokrat) dalam diskusi 4 Pilar MPR RI dengan tema “Optimalisasi Pemberdayaan UMKM Ditengah Pandemi”, Senin sore (31/8). Nara sumber lain, 3 orang Profesor yakni Prof Hendrawan Supratikno, anggota MPR dari PDIP, Prof Firmansyah, Rektor Unv Paramadina dan Prof Rully Indrawan, Sekretaris KemenKop dan UMKM.

Herman Khaeron lebih jauh, untuk menumbuhka kembali sektor ekonomi dan usaha, pemerintah dan masyarakat, harus menyelesaikan masalah tanpa segmentasi. Kalau mau menumbuhkan dunia usaha dan perekonomian, harus diatasi dulu pandemi Covid-19. Harus ada kerja yang komprehensif, baik untuk mengatasi pandemi, serta memulihkan dunia usaha maupun UMKM. Faktor penurunan daya beli masyarakat dan kontraksi ekonomi, perlu peningkatan dunia usaha.

Prof Firmansyah, yang Rektor Paramadina menilai: UMKM memiliki peran yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai lebih dari 60%. UMKM juga menyerap banyak tenaga kerja. Model perekonomian Indonesia, berbeda dengan model perekonomian sesama negara ASEAN. Di manca negara ASEAn itu, model perekonomian nya ber orientasi ekspor. Sedang di Indonesia, model perekonomian kerumunan. 

“Model perekonomian kerumunan, yakni 99% adalah UMKM. Maka, UMKM di Indonesia menjadi penopang perekonomian. Perekonomian tumbuh atau tidak, tergantung sektor UMKM ini. Namun, model perekonomian kerumunan ini memiliki sisi positif dan negatif. Yakni, kalau satu gulung tikar, masih banyak yang lain, yang bisa menopang. Berbeda dengan ekonomi yang berbasis konglomerat. Satu konglomerat gagal, akan berpengaruh pada ekonomi yang lain. Seperti yang terjadi pada krisis tahun 1998 lalu,” papar Firmansyah.

Ditandaskan, untuk optimalisasi UMKM, pemerintah perlu memberi stimulus pada UMKM. Lalu, dana yang sudah dianggarkn bagi UMKM, harus segera direalisir. Stimulus yang ada harus tepat sasaran, harus kontekstual, artinya ada daerah-daerah dimana populasi UMKM nya, perlu menjadi fokus dari kebijakan stimulus. 

“Ada model perekonomian kerumunan di Aljazair. Pada 1998, Aljazair mem-formalkan ekonomi kerumunan. Agar ekonomi kerumunan bisa terstruktur. Caranya dengan formalisasi dunia usaha. Saya yakin, bila vaksin Corona sudah bisa dipakai, maka masyarakat akan terbebas dari kontraksi ekonomi,” jelas Firmansyah.

Prof Hendrawan Supratikno menyebutkan, sektor UMKM memiliki kelebihan dibanding dengan perusahaan besar. Yakni, UMKM memiliki fleksibilitas, inilah keunggulannya.Ada UMKM yang memiliki prospek yang berkembang baik, ada juga yang pasarnya mandeg atau stagnan. Sebenarnya, masyarakat yang masuk dunia UMKM, disebabkan mereka tidak bisa masuk ke sektor formal. Jadi, semakin bertambah banyaknya jumlah UMKM, dikhawatirkan kemiskinan semakin tinggi.

Prof Rully Indrawan Sekretaris KemenKop dan UMKM menilai, UMKM sering dianggap  sebagai pahlawan di saat krisis ekonomi. Sayangnya, setelah krisis ekonomi berlalu, UMKM dilupakan. Padahal di negara maju Jepang, Singapura bahkan AS, sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar dan sangat signifikan. Standar UMKM di Indonesia dibawah Rp50 juta, sedang di negara maju, standar nya lebih dari Rp50 juta. (ira).
     

Tags: