Unair Resmikan Lima Prodi Sains-Teknologi Multi Disiplin Ilmu

Rektor Unair, Prof Nasih saat meresmikan lima prodi unggulan sains-teknologi, Senin (11/11).

Dorong Jurusan Teknik Kolaborasi dengan Berbagai Fakultas
Surabaya, Bhirawa
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya resmi meluncurkan lima Program Studi (Prodi) unggulan sains dan teknologi, yang akan dibuka pada pendaftaran mahasiswa baru tahun ajaran 2020 mendatang. Kelima prodi itu antara lain Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan, Rekayasa Sains Data, Rekayasa Nano Teknologi, Teknik Elektro dan Teknik Industri.
Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih menuturkan, dibukanya kelima Prodi ini merupakan bentuk kontribusi Unair untuk kemajuan Indonesia. Pasalnya, sebagai perguruan tinggi, pihaknya menilai Unair belum berimbang antara sosial sains dengan life sains dan health sains. Sedangkan sosial sains sudah terlalu banyak.
Di sisi lain, Prof Nasih juga menilai jika Unair belum optimal dalam menghasilkan produk di aspek teknologi. Padahal, di aspek kesehatan, dan sosial hal itu sudah proven (mapan). Di laboratoirum sains pun sudah siap. Tinggal di teknologi yang menurut penilaian kami harus kejar dan dorong lagi. Ini menjadi bagian dari kontribusi Unair. Sebagaimana Menristek juga menyatakan, ke depan teknologi inovasi harus ditingkatkan. Karena kualitas SDM (sumber daya manusia) banyak ditentukan oleh bagaimana penguasaan itu.
Dengan dasar itulah, kelima Prodi nantinya akan dioperasionalkan dan tergabung dalam multi disiplin keilmuan. Dan akan mendorong prodi teknik untuk berkolaborasi atau kombinasi dengan fakultas yang sudah ada. Seperti kedokteran, kesehatan, ekonomi dan psikologi. Nasih mencontohkan kolaborasi multi disiplin ilmu yang dimaksud misalnya AI (Artificial Intellegence) atau kecerdasan buatan dan sains data yang akan didorong ke prodi kesehatan.
Seperti pengembangan Virtual Reality (VR) di bidang anatomi dan gigi bekerjasama dengan ITB. Teknologi itu sangat bermanfaat bagi dokter PPDS atau profesi, karena tidak boleh bersentuhan langsung dengan pasien. Sehingga mahasiswa profesi bisa mempelajari dan menangani pasien dengan menggunakan teknologi VR, yang akan didesain secara visual bisa menangis, menjerit dan sebagainya. Termasuk pengembangan sains data yang terkait dengan data pasien dan penyakit sehingga dokter bisa mensimulasi.
“Sekali lagi orientasi kita ke kesejehteraan dan kesehatan umat manusia bukan ke teknologi yang justru, akan memperparah jurang pemisah antara pemilik modal dan bukan pemilik modal,” katanya.
Selain itu, juga ada prodi ekonomi dan psikologi. Untuk kolaborasi teknik dengan psikologi ini, Nasih menuturkan jika hal itu perlu dilakukan. Sebab, era saat ini, masyarakat banyak yang ‘terhipnotis’ dengan berbagai macam produk dari berbagai negara. Dengan ilmu psikolgi, ini akan menganalisa. ”Ilmuhipnotis dan mempengaruhi ini dipelajari di jurusan psikologi. Bagaimana mempengaruhi orang beralih pada satu brand tertentu ke brand yang lain. Ini yang juga akan kita pelajari,” ujarnya.
Terkait tenaga dosen, Prof Nasih mengatakan, jika pihaknya sudah merekrut sejumlah dosen asing melalui kontrak. Ada pula dosen tetap yang merupakan lulusan ITB dan ITS. [ina]

Tags: