Unair Temukan Mutasi Virus Covid-19

Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih

Prof Nyoman: ‘Ini Baru Pertama Ditemukan di Surabaya’
Surabaya, Bhirawa
Mutasi virus baru tipe Q677H pada kasus Covid-19 ditemukan di Surabaya. Hal ini dungkapkan pakar Biomolekular Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih.
“Jadi selain mutasi D614G, ada istilahnya bukan virus khas Surabaya tetapi ada strain virus yang baru ditemukan di Surabaya. Mutasi tipe Q677H sama seperti tipe D614G yang sekarang sedang dibicarakan di berbagai negara atau secara internasional,” kata Prof Nyoman di Surabaya, Selasa(1/8).
Lebih lanjut ia menjelaskan, mutasi virus Corona tipe Q677H yang baru ditemukan di Surabaya ini, ditemukan di lokasi spike yang sama dengan mutasi D614G. Mutasi D614G dan Q677H menunjukkan lokasi yang sama dari mutasinya yakni perubahan asam amino pada lokasi D614G dan Q677H.
“Ini baru pertama ditemukan di Surabaya karena data Indonesia masih sangat sedikit. Mutasi ini belum tentu di tempat lain atau di wilayah lain di Indonesia belum ditemukan. Hanya saat ini belum ditemukan karena datanya sangat terbatas,” ujarnya.
Prof Nyoman menjabarkan, mutasi D614G dan Q677H telah terjadi di negara lain. Dari data yang ada, mutasi Q677H telah ditemukan pada bulan Mei di enam negara termasuk di Indonesia. Tepatnya di Surabaya dan saat ini telah berkembang di 24 negara.
“Ini kan artinya menarik, dari enam di bulan Mei kemudian sekarang berkembang menjadi 24 dan keberadaan Q677H yang kedua ini. Tempat ditemukannya di Surabaya itu adalah bersama-sama dengan D614G yang artinya di wilayah spike itu ada dua muatan yang saling berdekatan dan juga dekat dengan protein sel inang manusia. Mereka membantu memotong spike itu menjadi dua sub unit yakni S1 dan S2,” katanya.
Prof Nyoman mengatakan tim peneliti Unair telah mendeteksi pengaruh penyebaran mutan tersebut. Saat ini tim peneliti sedang melakukan blocking di daerah mutasi itu. Namun terganjal kendala pada bahan yang belum juga datang.
Terkait mutan yang lebih dominan antara Q677H dan D614G, pihaknya belum bisa menginformasikan karena mutan
Q677H baru ditemukan. “Jadi perlu diteliti lebih lanjut pola interaksi protein-protein, antara protein sel inang (purin) dengan protein virus,” tambah dia.
Wanita yang juga Wakil Rektor I Unair tersebut juga akan meneliti mutan Q677H apakah berpengaruh pada penyebaran virus corona yang lebih cepat. “Apakah mutan-mutan ini ada pengaruh terhadap peningkatan angka kematian itu belum ada bukti sampai hari ini. Publikasi internasional juga belum ada mekanisme yang menyatakan bahwa ini menyebabkan kefatalan atau lebih berbahaya atau lebih mematika. Yang jelas penyebarannya lebih cepat dengan adanya mutan ini,” katanya.
Dijelaskan Prof Nyoman mutan D614G mengisi 77,5 persen mutasi dari data virus yang ada di database global atau GISAID.
Artinya keberadaan strain virus ini sudah ada di mana-mana “Di GISAID sudah hampir 80 persen dari semua virus yang sudah terdata, jadi ini kan menunjukkan bahwa mutan ini menyebar cepat,” katanya.
Sedangkan untuk mutan Q677H, karena baru ditemukan di Surabaya bisa jadi datanya yang belum ada. “Hal tersebut akan dipelajari seperti membuat blok di wilayah itu. Kami juga akan mengkaji secara protein interaction dan tentu dengan pemodelan yang ada berdasarkan motif pemotongan protein purin terhadap spike untuk menjadi S1 dan S2,” ujarnya. [ina]

Rate this article!
Tags: