Unmeetned Masih Tinggi, Perlu Kesadaran Masyarakat

Surabaya, Bhirawa
Sebagai provinsi terbesar penduduknya nomor dua di Indonesia, Jatim masih mempunyai angka Unmeetneed (Pasangan usia subur yang tidak ber KB, red) yang cukup tinggi. Tingginya angka Unmeetneed disebabkan kurang sadarnya masyarakat dalam mengikuti program KB.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim, Suhartuti MM , Kamis(6/3) menyatakan, saat ini jumlah Unmeetneed mencapai kurang lebih 800.000 orang dari total Pasangan usia subur kurang lebih 7 juta orang. Saat ini Unmeetneed Jatim masih tinggi yaitu 10 persen dari total pasangan usia subur.
”Tahun 2014 kita dapat target Unmeetneed 5,1 persen sehingga BKKBN Jatim harus bekerja keras,” jelasnya.
Suhartuti mengatakan, dalam menurunkan Unmeetneed, BKKBN akan memaksimalkan kinerja Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan bekerjasama para stakeholder, PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana), Untuk stakeholder BKKBN akan berkerjasama dengan Ormas (Organisasi Masyarakat) seperti Fatayat, Aisyiah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga pemerintahan atau lembaga pendidikan seperti Korpri, Bhayangkari, PKK dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN-PTS) di Jatim dan sejenisnya.
”Nantinya para stakeholder ini, yang akan membantu BKKBN dalam mengatasi masalah unmet need di Jatim,”ujarnya.
Selain itu upaya BKKBN Jatim dalam menurunkan Unmeetneed dengan cara menyosilisasikan program KB ke pasangan usia subur  dan masyarakat luas. BKKBN akan menyosilisasikan program KB lewat media elektronik dan cetak agar masyarakat luas tahu manfaat mengikuti KB. Sebagai baromater Indonesia bagian timur, diharapkan Jatim dapat memberikan contoh bagi provinsi lainnya.
Lebih lanjut Suhartuti mengungkapkan, tingginya angka Unmeetneed disebabkan karena banyak faktor diantaranya kekurang pahaman pasangan usia subur dalam mengikuti program KB. Banyak pasangan usia subur menganggap menggunakan alat kontrasepsi dapat menyebabkan kemandulan dan perubahan fisik pada wanita sepeti gemuk, keputihan dan sejenisnya.
”Jadi anggapan yang salah tentang penggunaan alat kontrasepsi inilah yang harus diluruskan ke pasangan usia subur ,”tuturnya.
Sementara itu salah satu pasangan usia subur Surabaya, Sumiarti mengatakan, dirinya tidak mengikuti program KB atau alat kontrasepsi dikarenakan ingin mempunyai anak lagi. Menurutnya, adanya dorongan dari suami agar dirinya memiliki anak kembali. ”Saat ini anak saya baru dua dan keinginan suami tiga anak. Jadi mau tidak mau kita harus memprogram anak lagi agar suami senang,” jelasnya.  [dna]

Tags: