Usut Korupsi, Mantan Kajati Jatim Pernah Diteror Kepala Anjing

Mantan Kajati Jatim Maruli Hutagalung diundang warga menghadiri acara Cangkrukan Anti Korupsi dalam rangka Hari Anti Korupsi Internasional , Sabtu (8/12) malam. [gegeh bagus/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jatim Maruli Hutagalung diundang warga menghadiri acara Cangkrukan Anti Korupsi dalam rangka Hari Anti Korupsi Internasional yang jatuh tiap 9 Desember. Diskusi bergaya cangkrukan khas Jawa Timur itu dihadiri ratusan emak-emak di kawasan Tambaksari Surabaya, Sabtu (8/12) malam.
Ditemani pisang goreng, kacang goreng, lumpia, roti kukus, es teh, dan kopi, diskusi tersebut berlangsung gayeng. Diskusi berlangsung dua arah selama 60 menit. Berbagai cerita mengalir, mulai dikirimi kepala anjing saat menahan koruptor sampai janji donasi setengah gaji jika Maruli terpilih sebagai anggota DPR.
“Saya 38 tahun jadi jaksa, sudah pensiun, sebenarnya ingin santai sama tiga cucu saya. Tapi karena soal ambil peran mewujudkan sistem hukum anti korupsi, saya tergerak terjun ke dunia politik dengan menjadi calon anggota DPR RI dari Partai NasDem, dari daerah pemilihan Surabaya dan Sidoarjo,” kata Maruli membuka diskusi.
Maruli kembali menyinggung komitmennya untuk mendonasikan setengah gajinya jika terpilih menjadi anggota DPR untuk masyarakat Surabaya dan Sidoarjo. Mekanismenya bisa melalui donasi ke panti asuhan dan warga kurang mampu.
“Mengapa hanya setengah gaji? Karena kalau semuanya berarti saya bohong. Kalau semua gaji saya sumbangkan, kegiatan operasional saya duit dari mana? Kan saya tidak mau main proyek,” tegas Maruli disambut tepuk tangan emak-emak.
Di tengah diskusi, sejumlah warga menanyakan suka-duka pengalaman Maruli memberantas korupsi. “Apa pernah ada ancaman-ancaman yang membuat Pak Maruli takut?” tanyaSiti Fatimah, salah seorang warga.
Maruli mengisahkan salah satu pengalamannya ketika mengusut perkara korupsi di Papua. Saat menersangkakan seorang pejabat, tiba-tiba saat bangun tidur di pagi hari, ada kepala anjing dengan darah masih segar digantungkan di pagar rumah dinasnya.
“Saya tanya ke tim, apa maksudnya ini? Dijawab, ya kira-kira nanti kepala Pak Maruli akan seperti itu kalau kasus tersebut dilanjutkan. Wah ngeri-ngeri sedap juga ya. Tapi saya cuek saja, karena toh niat saya baik. Saya bersyukur kepala saya masih menempel di leher sampai detik ini,” imbuh Maruli.
Maruli menambahkan, korupsi telah merugikan rakyat, termasuk kaum ibu. Menurutnya, emak-emak punya peran penting dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi. Emak-emak bisa mendidik keluarganya untuk selalu berperilaku jujur.
“Emak-emak punya pengaruh kuat, jadi mari ajak lingkungannya memilih wakil rakyat yang teruji berani melawan korupsi,” ajak Maruli. [geh]

Tags: