Viral, Siswa ABK Dikeluarkan dari Sekolah Hanya Miskomunikasi

Hj Haeriyah Yulianti SSos, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso. [ihsan kholil]

Bondowoso, Bhirawa
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Bondowoso telah mengundang dan memanggil Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Tamanan, dan beberapa guru, serta Pengurus PGRI guna mengklarifikasi viralnya salah satu siswa yang dikeluarkan dari sekolah.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Hj Haeriyah Yulianti SSos menjelaskan, pihak SMP Negeri 2 Tamanan tak pernah merasa mengeluarkan salah satu siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yakni, Ananda Muhammad Hendra Arisyanto. Dan hal itu hanya miskomunikasi saja.
“Kejadian ini hanya miskomunikasi saja. Jadi, kemarin hanya kesalahpahaman saja. Alhamdulillah sudah diluruskan,” jelasnya saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Kamis (6/8).
Diakui Hj Haeriyah, pihaknya telah memerintahkan pihak sekolah dan Guru SMPN 2 Tamanan guna meluruskan kepada pihak wali murid. Dimana, pihak sekolah sebetulnya mengharapkan peran serta orang tua yakni dengan ikut bersama-sama membantu pihak sekolah untuk proses pembelajaran siswanya.
“Sebetulnya mereka (guru, red) hanya menyampaikan bahwa sekolah ini tidak ada guru pendamping khusus. Sehingga butuh keterlibatan pihak orang tua,” katanya.
Dijelaskannya, pihak wali murid sempat menanyakan kepada pihak sekolah, tentang adanya sekolah yang menangani khusus. ”Nah itu dijawab, ada di SLB. Barangkali jawaban itu yang dianggap oleh mereka mengarahkan kesana. Sebenarnya tidak. itu hanya jawaban dari pihak sekolah bahwa memang ada sekolah yang menangani anak – anak yang berkebutuhan khusus,” jelasnya.
Sehingga, mungkin dari hal itu adanya miskomunikasi yang dianggapnya pihak sekolah menolak. ”Tidak ada penolakan. Kalau memang menolak tentu sudah dari awal. Tetapi selama dicanangkannya pembelajaran secara luring. Pihak sekolah atau dari guru datang kerumah siswanya untuk memberikan pembelajaran,” terangnya.
Hj Haeriyah berpesan, agar lembaga – lembaga sekolah di Bondowoso yang menangani pendidikan Inklusi. Agar lebih bijak menyampaikan pesan – pesan kepada wali murid. ”Agar tidak ada lagi kesalahpahaman atau ketersinggungan,” pesannya.
Disisi lain, Plt Kepala Disdikbud ini menerangkan, jika telah ada Perbup tentang pendidikan Inklusi. Dimana, ada beberapa lembaga sekolah yang telah diprogramkan untuk sekolah inklusi. Salah satunya termasuk juga di SMP Negeri 2 Tamanan. Sehingga pihak sekolah menerima anak yang berkebutuhan khusus untuk masuk disana, mengikuti pembelajaran sebagaimana siswa lainnya.
Hj Haeriyah mengaku saat ini di lembaga – lembaga sekolah di Bondowoso, belum ada pendamping atau guru khusus yang mempunyai kualitas untuk menangani siswa yang berkebutuhan khusus. Yang ada hanya sifatnya guru umum atau guru mata pelajaran. Memang kendala ya disana.
“Kenapa pihak sekolah butuh kerjasama dengan orang tua. Karena memang tak ada guru khusus untuk menangani itu. Beda dengan Lembaga SLB (Sekolah Luar Biasa) suatu misal, disana gurunya khusus,” tandasnya.
Kedepan, pihaknya berencana akan mengadakan pendamping atau guru khusus di sekolah dengan harapan sekolah inklusi ini bisa menangani secara maksimal siswa yang berkebutuhan khusus, sebagaimana seperti halnya di SLB.
“Setidaknya di sekolah inklusi ada satu guru yang mempunyai kompetensi untuk itu. Sehingga lebih memudahkan untuk pendampingan terhadap anak – anak didiknya. Dan sementara untuk saat ini tidak ada guru khusus, untuk saat ini ditangani guru mata pelajaran,” tandasnya. [san]

Tags: