Waspada Gelombang Pantai Malang Selatan

Pasca gelombang besar di di Desa Sejati Camplog, Kabupaten Sampang. [Nur kholis]

Tangkis di Camplong Sampang Ambrol
Kab Malang, Bhirawa
Bencana alam tsunami di perairan Selat Sunda pada Sabtu (22/12), yang telah memakan korban jiwa ratusan orang meninggal dunia dan ribuan orang luka di lima kabupaten yaitu Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran. Hal ini telah membuat Stasiun Geofisika Klas III Badan Metereologi Kilimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang mengeluarkan himbauan pada masyarakat di sekitar pantai dan para wisatawan yang berlibur di kawasan Pantai Malang Selatan, agar selalu mewaspadai ketinggian gelombang air laut.
Sedangkan di Sampang terjadi gelombang besar yang membuat rusak tangkis laut pemukiman warga yang tinggal di pesisir pantai Desa Sejati, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang.
Kepala Stasiun Geofisika Klas III BMKG Karangkates Musripan menjelaskan saat ini ketinggian gelombang laut di perairan Selatan Jatim berkisar pada angka 2 sampai 3 meter atau masih dalam level waspada. Namun, masyarakat yang berada di sekitar pantai, serta pengunjung wisata pantai terus harus meningkatkan kewaspadaan. Sebab, selama libur Natal dan Tahun Baru ini, tempat wisata pantai di perairan laut Pantai Malang Selatan dipenuhi pengunjung.
“Kami menghimbau kepada semua pihak, terutama pada masyarakat Kabupaten Malang yang bertempat tinggal di pesisir pantai untuk waspada dengan potensi timbulnya bencana alam tsunami seperti di perairan Selat Sunda,” kata Musripan, Selasa (25/12).
Oleh karena itu, tegas Musripan, selain pihaknya terus melakukan pemantauan peningkatan gelombang laut di perairan Pantai Malang Selatan, dirinya pun terus menghimbau kepada masyarakat yang bertempat tinggal di pesisir pantai maupun pada pengunjung wisata pantai, serta pengelola wisata pantai agar selalu berhati-hati dan waspada akan naiknya gelombang laut. “Pengelola pantai harus terus mengingatkan kepada para pengunjung agar tidak mandi terlalu jauh dari bibir pantai. Hal ini untuk mengantisipasi adanya peningkatan tingginya gelombang air laut,” paparnya.
Hal lain yang harus diwaspadai adalah terjadinya gempa bumi yang berdampak pada gelombang tsunami. Karena di Pulau Jawa ini memang cukup besar berpotensi terjadi gempa bumi. Dan itu disebabkan adanya pertemuan lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eu-Rasia menjadikan wilayah Jawa rawan terjadi gempa.
Potensi gempa di wilayah Kabupaten Malang yang kami ketahui, jelas Musripan, yakni cukup tinggi. Karena pusat pertemuan itulah yang selama ini sebagai sumber gempa yang cukup kuat atau diistilahkan dengan zona Subduksi atau Megatrust. “Untuk gempa di kedalaman laut sangat sulit kami prediksi, namun kami pastikan jika untuk saat ini masih terbilang aman, namun harus tetap waspada,” tandasnya.
Secara terpisah, Kapolsek Bantur AKP Yatmo membenarkan, jika di kawasan wisata pantai di perairan Pantai Malang Selatan selama libur Natal dan Tahun Baru 2019 selalu dipadati pengunjung. Seperti di tempat wisata Pantai Balekambang, Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, dipadati pengunjung. “Bahkan arus lalu lintas yang menuju Pantai Balekambang terjadi kemacetan. Sehingga dirinya menghimbau agar wisatawan yang akan menuju kawasan tempat wisata pantai untuk menghindari kemacetan,” tegasnya.
“Kemacetan kendaraan yang menuju Pantai Balekambang atau kawasan pantai yang lainnya di wilayah kerjanya, jika musim liburan selalu terjadi kemacetan. Dan agar mengurangi kemacetan, maka dirinya meminta pengemudi untuk melewati JLS,” tutur Yatmo.
Sementara itu, gelombang besar membuat kerusakan tangkis laut pemukiman warga yang tinggal di pesisir pantai Desa Sejati, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang.
Tak hanya itu, ambrolnya tangkis laut atau yang biasa disebut dengan istilah pancong tersebut, juga disertai oleh longsornya lahan reklamasi milik warga setempat. Yang lebih parah lagi, lahan ternak udang windu warga, jembol hingga mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
“Kejadianya hampir bersamaan dengan tsunami di selat Sunda kemarin, saat itu ombak warna putih suaranya bergemuruh dan akhirnya merusak tangkis laut kami,” kata Sahrul (30) warga setempat, Selasa (25/12).
Sementara, untuk mengantisipasi kerusakan tangkis laut agar tidak semakin parah, warga setempat mulai bergotong royong untuk memperbaiki pancong.
“Kalau dibiarkan bisa semakin rusak dan kami berharap tsunami sekala kecil ini tidak terulang lagi,” ujar Siri sembari mengangkat batu-batu tangkis laut yang jebol.
Hingga berita ini ditulis warga di pesisir pantai Desa Sejati, masih memperbaiki tangkis laut dan kerusakan kerusakan akibat ombak besar beberapa waktu lalu itu. [cyn,lis]

Tags: