Wisata sudah Ramai

Relaksasi melalui pelonggaran PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), membuahkan hasil positif. Ekonomi kreatif mulai bangkit, walau dengan protokol kesehatan ketat. Area wisata sudah mulai ramai seiring persiapan menuju kehidupan tata normal baru. Di balik masker, pedagang di pusat perbelanjaan, dan mal, mulai tersenyum melayani pembeli. Begitu pula taman kota telah ramai menjadi arena tongkrongan dengan menjaga jarak antar-orang.
Bagai lepas dari kekangan (PSBB), Car Free Day di berbagai kota, dan arena sekitar stadion, menjadi arena olahraga out-door masyarakat. Jalan santai, jogging, dan senam, dilakukan berkelompok dengan mematuhi protokol kesehatan. Setiap orang mengenakan masker, dan menjaga jarak. Namun pemerintah daerah seolah-olah telah siaga dengan tren eupohoria masyarakat. Pada setiap lokasi kumpulan orang, selalu nampak petugas berseragam.
Tidak mudah hidup dalam tekanan pembatasan protokol PSBB. Bisa mengubah emosional. Maka lepas PSBB bagai melepas kerinduan ber-sosialisasi. Masyarakat mulai menggencarkan pergaulan sosial secara positif. Antara lain melalui kegiatan olahraga rekreasi komunal. GBK (Gelora Bung Karno) di Senayan Jakarta, dan Taman Bungkul di Surabaya, menjadi arena “pelampiasan” ber-sosialisasi.
Berdasar telaah konstitusi, “new normal,” merupakan amanat UUD pasal 28H ayat (1). Secara tekstual dinyatakan, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Amanat konstitusi di-breakdown dalam UU Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
UU Kekarantinaan Kesehatan pada pasal 11 ayat (1) dinyatakan, “Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan pada Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat secara cepat dan tepat berdasarkan besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya, dan teknik operasional dengan mempertimbangkan kedaulatan negara, keamanan, ekonomi, sosial, dan budaya.” Nyata-nyata secara tekstual diamanatkan mempertimbangkan kedaulatan ekonomi, sosial, dan budaya.
Walau disadari wabah pandemi virus corona masih berlangsung. Namun tekad bangkit dari ke-terperangkap-an wabah lebih kuat. Bangkit sembari memulai “new normal” (kebiasaan baru), selalu melindungi diri. Setiap orang akan nampak lebih memperhatikan mendukung kenyamanan bersama. Namun sebenarnya, kewajiban melaksanakan kebiasaan baru, bukan sekadar individual (perorangan), tetapi juga institusional. Termasuk lembaga pemerintahan, swasta, dan seluruh manajemen wahana wisata.
Manajemen arena wisata melaksanakan protokol kesehatan dengan pembatasan sangat ketat. Misalnya, di Ancol, Jakarta, hanya untuk masyarakat yang ber-KTP Jakarta. Serta cara pesan tiket melalui daring. Namun wahana pantai masih ditutup (dengan bentang tali). Serta dijaga lifeguard. Fungsi penjaga pantai bukan untuk penyelamatan insiden pantai, melainkan melarang setiap orang memasuki bibir pantai.
Wisata perairan (sebagai wahana wisata kolosal) di daerah lain, dijaga ketat petugas gabungan. Berdasar rekomendasi ahli kesehatan lingkungan, pantai (dan wahana renang bersama lainnya) dapat menjadi area pewabahan virus. Karena itu belum banyak wisata wahana air yang dibuka. Termasuk kolam renang alamiah di pegunungan, masih ditutup. Misalnya Jawa Timur, memilih me-maksimal-kan persiapan kebiasaan baru (new normal).
Kolam renang di Pacet, kabupaten Mojokerto, masih tutup. Namun masyarakat masih tetap menuju kawasan Pacet, walau sekadar ber-lalulintas, menikmati pemandangan alam pegunungan. Begitu pula kawasan Telaga Sarangan, di kabupaten Magetan masih ditutup. Pada saat buka, Telaga Sarangan mampu menyetor PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar Rp 15,7 milyar. Setoran yang sangat besar, dan menjadi andalan utama Pemkab Magetan.
Geliat ekonomi kreatif menjadi peta jalan memenuhi amanat konstitusi. Ketahanan dan perlindungan kesehatan nasional wajib dibangun bersama ketahanan ekonomi, dan budaya ke-guyub-an sosial.

——— 000 ———

Rate this article!
Wisata sudah Ramai,5 / 5 ( 1votes )
Tags: