Yayasan Rumah Sakit Islam Jawa Timur Dukung Klinik NU Jadi RS Ibu dan Anak

Ketua Yarsis Jatim, Prof Mohammad Nuh saat meninjau langsung Klinik RSNU Bondowoso melihat fasilitas-fasilitas yang ada. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsis) Jawa Timur mendukung penuh Yayasan Klinik NU Bondowoso dalam peralihan status Klinik RSNU menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA NU). Gagasan yang diambil dinilai sudah tepat. Mengingat, dengan persoalan yang sedang dihadapi Bangsa ini yakni pelayanan kesehatan.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Yarsis Jatim, Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh saat meninjau langsung Klinik RSNU Bondowoso yang beralamat di Tangsil Wetan, Traktakan, Wonosari, Sabtu (26/9). Dalam kunjungannya, ia pun melihat fasilitas-fasilitas yang ada, bahkan melihat langsung kesiapan lahan yang akan dibangun disekitar Klinik RSNU itu.

Prof. M. Nuh menyampaikan, bahwa berdasarkan kajian sementara dari rasio jumlah penduduk Bondowoso yang ada di angka 800-900 ribu, sementara jika melihat kapasitas bet yang ada, ternyata masih kurang sekitar 300-400 bet. Akan hal itu, kehadiran RSNU ini yang dimulai dari Poli Klinik menjadi Rumah Sakit agar menambahkan daya tampung pelayanan kesehatan.

Prof M Nuh menyarankan, untuk desain IGDnya harus ada negative pressure (ruangan penekanan negatif), guna menangani penyakit menular seperti TBC dan penyakit menular lainnya. “Oleh kerana itu, nanti desain dari rumah sakit NU ini, mulai dari IGD itu yang paling awal. Harus sudah kita desain ada negative pressure-nya,” katanya.

Juga untuk ruangan operasi, menurut Prof. M Nuh, harus merupakan ruangan dengan negative pressure. “Sehingga rumah sakit NU ini, rumah sakit yang friendly terhadap pandemi, penyakit menular. Karena semuanya sudah disiapkan dengan baik,” urainya.

Dijelaskannya, ruangan dengan negative pressure (ruangan pertekanan negatif) adalah ruang yang didesain untuk mensterilkan pasien dari virus. Yang di dalamnya telah terpasang filter virus. “Hepa filter namanya, itu yang menyaring virus, mikro organisme dari kuman-kuman. Jadi aman, karena sudah disaring hepa filter itu,” jelasnya.

Diterangkannya, dalam transisi ini harus ada empat tahapan yang diperhatikan. Yakni pertama aspek legal atau perijinan. Yang kedua adalah kesiapan fisik atau bangunan. Idealnya bukan berbentuk poli klinik lagi. Termasuk juga, spesialis-spesialis dasar harus ada. Tidak hanya dokter umum, dan satu dua spesialis.

Selain itu, dari segi manajemennya juga yang harus dirubah, dan dikembangkan lagi. Karena manajemen klinik dan rumah sakit sangat berbeda. Yang nantinya juga sandingkan dengan BPJS dan asuransi-asuransi. “Secara otomatis sekalian juga IT nya pun kembangkan. Semuanya serba otomatis, orang daftar sudah pakai online. Seorang keluarga pasien pun harus bisa memonitor lewat HP. Indikator medical record bisa akses. Namun demikian ada indikator yang sifatnya privasi,” sambungnya.

Pihaknya berharap, di Kabupaten Bondowoso ini, ada Rumah Sakit NU modern. Karena kata dia, Kota Tape ini merupakan daerah jembatan atau diapit oleh beberapa Kabupaten, seperti Jember, Situbondo, Probolinggo dan Banyuwangi. “Maka diharapkan pengelolaan RS ini nanti modern. IT base. Selain dokter yang ada, karena ada RS yang bagus dokter yang lain, ya ada gula ada semut,” ulasnya.

Pada kesempatan itu, pihaknya pun memberikan support dengan menyuguhkan berupa alat kesehatan, pasukan, infrastruktur dan sebagainya. “Kita ingin berkembang bersama-sama. Sebenarnya kita ingin menyajikan dalam rangka 100 tahun NU (Nahdlatul Ulama). Sehingga 5 tahun kedepan, itu kalau segera dimulai 2021 atau 2022 sudah jadi. Sehingga 2026 sudah ada semua. Ada rumah sakit NU di Bondowoso yang top,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Tim Transisi RS NU Bondowoso, H Ahmad Dhafir mengatakan, bahwa yang perlu disiapkan adalah fasilitas dan mengorganisir kembali. Agar bisa menjadi rujukan, khususnya warga NU. Kata dia, ada luasan lahan tambahan yang disiapkan untuk RSIA NU ini, sekitar dua hektar lebih.

Pihaknya berkomitmen siap membangkitkan RSAI NU tersebut, dengan memberikan subsidi kepada tenaga medis. “Siap mensubsidi gaji tenaga medis selama setahun, dimulai bulan ini, sehingga para medis aktif selama 24 jam. Bahkan spesialis kandungan siap buka praktik di sini,”jelas pria yang juga Ketua DPRD Bondowoso itu.

Dhafir mengaku, bahwa untuk ijin peralihan status dari Klinik NU ke Rumah Sakit Ibu dan Anak NU Bondowoso, sudah ada selesai. “Izin Rumah Sakit Ibu dan Anak sudah terbit, maka kami sudah boleh berpraktik,” terangnya.[san]

Tags: