Mendesain Lingkungan Belajar Anak

Oleh :  
Moh. Mahrus Hasan
Pengurus PP. Nurul Ma’rifah Poncogati Bondowoso dan Guru MAN Bondowoso

Lingkungan adalah tempat sesungguhnya bagi anak-anak. Lingkungan adalah kenyataan sistem informasi dan ilmu pengetahuan bagi anak-anak. Untuk itu, tugas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah kemampuan mendesain, merekayasa, mengeksplorasi lingkungan belajar yang menarik bagi anak-anak, sekaligus menciptakan kondisi lingkungan psikologis dan sosial yang mampu meningkatkan fokus dan motivasi anak-anak untuk belajar.
Maka, harus diperhatikan beberapa hal berikut. Pertama, filosofi lingkungan yang kuat dalam belajar anak yang dipengaruhi oleh desain lingkungan anak-anak. Untuk itu, pembelajaran yang efektif adalah sesuatu kegiatan kreatif dalam mendesain dan mengondisikan lingkungan anak-anak untuk belajar.
Melalui pengamatan, pendengaran, dan merasakan lingkungan ini, anak-anak (dengan dibantu) penjelasan orangtua dan guru akan berusaha mengonstruksi objek-objek tersebut menjadi pemahaman atas dunia, informasi, dan ilmu pengetahuannya.
Kedua, dengan dibentuk kesadaran peran lingkungan yang utama dalam belajar, akan menimbulkan implikasi anak-anak lebih tertarik pada lingkungan. Lingkungan bagi anak-anak adalah hal menantang yang tidak hanya diketahui oleh anak-anak, tetapi menjadi sesuatu yang harus ditaklukkan dan dimaknai sepenuhnya untuk diri anak sendiri.
Ketiga, melalui ketertarikan pada lingkungan ini, anak-anak kemudian mengembangkan seperangkat metode belajar dalam memahami informasi dan pengetahuan lingkungan melalui kegiatan bermain. Karena, hakikat belajar anak adalah beraktivitas, bergerak, bahkan bermain.
Keempat, dengan serangkaian kegiatan bermain dalam mengeksplorasi sistem ilmu pengetahuan yang ada pada lingkungan, proses pembentukan kreativitas terjadi. Kegiatan anak-anak dengan lingkungannya selalu dilakukan secara berulang, intensif, inovatif, dan terorganisasi dengan baik.
Dan kelima, dengan proses kreativitas yang intensif terhadap lingkungan ini, anak-anak selanjutnya, akan terbentuk kecerdasan dan karakternya. Kecerdasan anak terbentuk karena melalui serangkaian kegiatan kreatif terhadap lingkungan ini, anak-anak diajak berpikir untuk menemuka pola-pola tertentu sehingga kecerdasan anak terlibat secara aktif.
Pengenalan Macam Lingkungan Belajar
Maka, dibutuhkan lingkungan (alam) sebagai ‘kelas pembelajaran’ anak. Setidaknya, ada tiga macam lingkungan (alam) sebagai tempat pembelajaran anak,  yakni:
Kelas Alam Natural. Yaitu teritorial-ruangan belajar yang berupa alam natural, yaitu alam yang keberadaannya yang bersumber dari kodrat proses alami kehidupan yang given. Seperti halaman rumah atau sekolah, sungai, hutan, kebun, sawah, peternakan, dan sebagainya. Maka, sekolah yang sudah berani melakukan pembelajaran di luar ruangan kelas, sudah dikategorikan sebagai sekolah alam, walau tanpa label “sekolah alam”.
Kelas Alam Sosial Kultural. Kelas ini adalah kelas alam masyarakat, berupa ruangan sosial yang terjadi interaksi sosial antarindividu. Jika di kelas alam natural berfokus pada keadaan alam, kelas alam sosial kultural ini berfokus pada keadaan masyarakat. Di ruang kelas ini, anak-anak disuguhkan sekelompok manusia (masyarakat) yang sedang melakukan kegiatan tertentu. Maka, ajaklah sekali waktu anak-anak kita ke sawah, melihat para petani mengolah sawahnya, misalnya.
Dan Kelas Alam Artifisial adalah kelas alam buatan. Kelas ini didesain sedemikian rupa supaya menyerupai alam sosial dan natural yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak untuk belajar. Bisa saja suatu waktu, ruangan kelas didesain layaknya pasar, misalnya. Anak-anak bisa berbagi berperan, sebagai penjual dan pembeli, dan sebagainya.
Lingkungan Belajar Harus Menyenangkan
Dulu, secara filosofis, Ki Hajar Dewantoro menamai lembaga pendidikan yang didirikannya (3 Juli 1922) itu dengan Taman Siswa. Kata ‘taman’ merujuk tempat bermain, tempat yang penuh dengan warna-warni tanaman (bunga) dan aneka keberagamannya. Sedangkan kata ‘siswa’ mengacu pada pebelajar, siswa, murid, dan anak-peseta didik. Paduan kedua kata melahirkan ‘taman siswa’, merangkai konsep tempat yang menyenangkan untuk belajar di segala jenjang sekolah. Menyenangkan secara internal karena siswa bisa bermain dan terhibur dalam pembelajarannya, serta secara eksternal (lingkungan yang dilambangkan dengan warna-warni dan keberagaman bunga).
Selanjutnya, “Sekolah harus diubah menjadi tempat yang menyenangkan, di mana kalau siswa ke sekolah pasti ingin kembali bukan ingin segera pulang,” demikian dikatakan Anies Baswedan,Mendikbud Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (2014-2016), pada Konferensi Kerja Nasional II PGRI 2015 di Padang, Sumatera Barat, 24-1-2015 yang lalu.
Hal itu mengacu kepada makna ‘sekolah’yang berasal dari kata escoleyang artinya tempat bermain. Itu berarti sekolah merupakan tempat yang sangat nyaman dan menyenangkan untuk belajar dan bermain atau bermain dan belajar. Jika demikian, sekolah, rumah, atau suatu tempat belajar anak, harus menjadi biopsikologis atau lingkungan belajar yang menarik dan menyenangkan bagi anak, bukan menjadi “tempat angker” bagi anak.
Maka, lingkungan belajar yang menyenangkan bukan hanya menjadi nama dan label semata, seperti kata Taman Kanak-Kanak (TK). Atau kata-kata lain yang secara kebahasaan mengacu pada ‘taman’ atau ‘kebun’, seperti Raudlatul Athfal(taman anak-anak) dan Bustanul Athfal(kebun anak-anak), serta Raudlatul Ulum dan Bustanul Ulum, yang artinya taman ilmu dan kebunilmu. Tetapi, harus betul-betul berwujud lingkunganbelajar anak yang nyaman, senyaman taman (kebun) bermain. Dan para guru, orang tua, atau pendamping belajar anak harus menjadi layaknya ‘pemandu wisata’ yang ramah, sehingga membuat anak semakin betah di ‘tempat wisata edukasi’ tersebut.
Pastinya, kita (guru, orangtua, dan masyarakat) wajib menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak kita. Selebihnya, yakinlah bahwa usaha ini termasuk ibadah dan amal jariyah kita. Semoga berkah.

                                                                                                             ———- *** ————

Rate this article!
Tags: