1.283 Guru Jatim Tak Lulus PLPG

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Daftar guru belum tersertifikasi di Jatim dipastikan akan semakin panjang. Ini lantaran masih banyak guru yang belum bisa memanfaatkan program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dengan baik. Bahkan dari jumlah ketidaklulusan PLPG, guru asal Jatim dinyatakan paling tinggi.
Seperti yang terjadi di rayon 114 Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Terdapat 1.283 guru asal Jatim yang dinyatakan tidak lulus dalam PLPG. Jumlah itu tertinggi diantara 16 provinsi yang kini ditangani di rayon tersebut. Ke-16 provinsi tersebut antara lain Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Sulawesu Barat, Papua, Papua Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Jatim.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 280 ribu guru di Jatim yang hingga kini belum dapat mengikuti program sertifikasi yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Fakta ini diketahui dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim tahun 2013/2014. Secara rinci, Dapodik menyebut ada 210.803 guru jenjang TK, SD, SMP,SMA,SMK dan SLB baik negeri maupun swasta yang telah tersertifikasi. Sedangkan jumlah guru di Jatim sendiri mencapai 491.154 orang untuk jenjang yang sama. Dengan begitu, masih ada 280.351 guru yang hingga kini masih menunggu giliran program sertifikasi.
Ketua PLPG Rayon 114 Alimufi Arief mengatakan, total ketidaklulusan mencapai 34,58 persen dari jumlah peserta yang hadir ujian sebanyak 4.014 orang. Jumlahnya secara keseluruhan mencapai 1.388 orang dan 1.283 diantaranya berasal dari Jatim.
“Peserta yang tidak lulus ini paling banyak jeblok saat ujian tulis lokal. Jumlahnya mencapai 652 peserta, ujian tulis nasional 131 peserta serta tidak lulus kedua-duanya 575 peserta,” tutur Alimufi, Minggu (5/10).
Umumnya, para guru ini lemah dalam analisa kasus yang menjadi materi dalam ujian tulis lokal. Padahal analisis ini diperlukan untuk kurikulum 2013 sehingga menjadi syarat mutlak seorang guru lolos PLPG. “Mereka ini kebanyakan sudah tua dan sudah berulangkali tidak lulus,”kata Alimufi.
Kegagalan ini, kata Alimufi, masih bisa dilakukan perbaikan. Ribuan peserta yang tidak lulus itu dapat mengikuti ujian ulang pada 11-12 Oktober 2014. Sedan gkan bagi peserta dari luar jawa timur, ujian ulang dilakukan di masing-masing Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) seperti LPMP Sulawesi Selatan untuk Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Maluku, Sulbar, Papua dan Papua Barat.
Sementara untuk peserta dari Jatim (selain dari Bawean, Gresik) ujian ulangnya dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unesa. Sedangkan untuk bawean, ujiannya dilakukan di wisma pekerjaan umum, Surabaya bersama dengan peserta dari DKI, Jateng dan Kalsel. Ujian ulang ini akan digelar dua kali. Jika keduanya tetap tidak lulus, maka peserta akan dikembalikan ke dinas pendidikan kabupaten/kota masing.
“Karena tahun depan tidak ada lagi PLPG, jadi kami tidak tahu mereka yang tidak lulus ini akan kemana. Tergantung kabupaten/kota nya,” terang doktor ilmu Fisika, Unair.
Selain 1.388 peserta yang tidak lulus, ada juga ratusan peserta yang tidak lulus sebelum mengikuti ujian. Mereka ini absen dengan alasan, absen tanpa alasan dan belum memenuhi persyaratan. Khusus peserta yang belum memenuhi persyaratan, ini kebanyakan karena masalah ijazah. “Ada yang ijazahnya belum keluar meski dia sudah dinyatakan lulus dan sudah yudisium. Ini jelas tidak bisa karena aturannya yang bisa ikut PLPG harus sudah memiliki ijazah,”terangnya.
Selain itu ada juga peserta yang ternyata masih honorer (guru tidak tetap). Padahal sesuai ketentuan yang mengikuti sertifikasi harus guru PNS atau guru tetap yayasan. “Ada juga peserta yang masih D2. Sebenarnya dia bisa ikut anadaikan usianya sudah 50 tahun dan mengabdi 20 tahun. Tetapi kebanyakan mereka belum berusia 50 tahun,”katanya.
Di bagian lain, pengumuman kelulusan PLPG disambut deg-degan para peserta. Seperti yang dirasakan Ulikah, Sunarti dan Ririn Julaika, tiga guru TK asal Wringinanom, Gresik. Saking penasarannya mereka sampai mendatangi rayon 114 Unesa untuk menanyakan hasilnya. Ulikah mengaku khawatir tidak akan lulus karena ini PLPG terakhir. “Kalau sampai tidak lulus, terus bagaimana. Kami akan sulit dapat sertifikasi sementara proses ini sudah saya tunggu sejak 10 tahun lalu,”katanya. [tam]

Rate this article!
Tags: