10.697 Sapi di Probolinggo Terpapar PMK

Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Probolingggo melakukan vaksinasi sapi. [wiwit agus pribadi]

Di Kota Probolinggo Mencapai 813 Kasus
Probolinggo, Bhirawa
Penyebaran kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten/kota Probolinggo terus meningkat. Hingga Rabu (22/6), ternak sapi yang terpapar PMK tembus 10.697 ekor. Bahkan, ternak sapi yang mati karena PMK sudah ada 88 ekor. PMK di Kota Probolinggo semakin meluas, kini mencapai 813 kasus.
Banyaknya hewan ternak yang terpapar membuat Pemkab Probolinggo mengharapkan kiriman vaksin dari Pemprov Jatim. Untuk saat ini, melalui Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Probolinggo, pemkab terus melakukan pemberian obat, vitamin dan lainnya pada ternak sapi yang sedang sakit.
Hasyim Ashari selaku Wakil Ketua Satgas Penanganan PMK di Kabupaten Probolinggo, Rabu (22/6) mengatakan, jumlah ternak di Kabupaten Probolinggo, yang terpapar PMK terus bertambah. Terutama ternak sapi, yang terus meningkat mencapai 10.697 ekor. Untuk sapi potong ada 8.335 ekor dan 2.362 ekor sapi perah yang terpapar PMK.
“Ternak sapi yang mati karena PMK juga bertambah. Hingga hari ini (20/6), sudah ada 43 ekor sapi potong dan 45 ekor sapi perah yang mati karena PMK,” katanya.
Disperta mencatat sapi potong yang terindikasi PMK sebanyak 8.335 ekor atau 2,66 persen dari populasi 312.932 ekor. Dari jumlah tersebut, sembuh 556 ekor, mati 43 ekor. Untuk sapi perah yang terindikasi sebanyak 2.362 ekor atau 33,18 persen dari populasi 8.160 ekor. Di mana 73 ekor sembuh, dan 45 ekor mati.
Selanjutnya, domba yang terpapar sebanyak 50 ekor atau 0,81 persen dari populasi 76.721 ekor. Kemudian kambing yang terpapar sebanyak 58 ekor atau 1,96 persen dari populasi 54.923 ekor.
Sementara itu, terkait dengan ternak yang mati karena terpapar PMK, Medik Veteriner Muda Diperta Kabupaten Probolinggo Nikolas Nuryulianto mengatakan, selama ini Diperta selalu melakukan pengobatan kepada ternak yang sakit. Namun semua itu tergantung kepada imunitas tubuh hewan.
“Imunitas tubuh hewan ini tergantung dari higiene sanitasi yang dilakukan oleh para peternak. Serta asupan makanan yang diberikan kepada ternaknya. Dinas Pertanian, khususnya petugas teknis peternakan kecamatan di lapangan sudah melakukan upaya optimal untuk memberikan terapi obat-obatan maupun penyemprotan disinfektan kepada ternak,” katanya.
Niko mengimbau ke peternak untuk segera melaporkan apabila ada salah satu ternak di sekitar kandang miliknya sendiri ataupun tetangganya yang mengalami gangguan seperti leleran berlebih, tidak mau makan dan kepincangan, lesi-lesi di sekitar mulut dan ada luka di kuku.
“Diharapkan peternak itu setiap hari menjaga higiene sanitasi kandang, peralatan ternak serta siapapun yang masuk keluar kandang tersebut. Penyemprotannya bukan hanya sekali, tetapi tiap hari. Sebab virus ini menyebarnya bisa juga lewat udara. Jadi tidak bisa hanya satu lokasi yang disemprot. Semuanya harus dilakukan penyemprotan supaya memperkecil penyebaran virus PMK,” harapnya.
Temuan PMK hewan ternak di Kota Probolinggo meluas. Sejauh ini tercatat ada 813 kasus. Kecamatan Mayangan, yang sebelumnya aman, kini mulai muncul.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (DPKPP) Kota Probolinggo Aries Santoso, Rabu (22/6) mengatakan, sapi masih menjadi ternak yang paling banyak terpapar PMK. Rinciannya, ada 807 kasus. Dari jumlah itu, 497 ekor masih sakit dan 302 ekor sudah sembuh. Serta, lima ekor lainnya mati dan tiga ekor lagi dipotong paksa.
Sedangkan, domba ada enam ekor yang terpapar. Empat ekor masih sakit dan dua sudah sembuh. Untuk kambing, belum ada yang terpapar. Kini, kasusnya juga semakin menyebar di semua kecamatan di Kota Probolinggo. “Kecamatan Mayangan yang sebelumnya tidak ada temuan PMK, kini ditemukan satu ekor sapi yang mengalami sakit. Jumlah ternak yang mati masih tetap lima ekor dan seluruhnya adalah sapi,” jelasnya.
Mantan Kepala Diskominfo Pemkot Probolinggo ini menjelaskan, kegiatan di Pasar Hewan Wonoasih tetap berjalan seperti biasa. Meski kasus PMK meningkat, pihaknya belum berencana menutup pasar hewan. Namun, jumlah ternak memang sedikit berkurang.
Sebagai upaya agar kasus PMK tidak semakin luas, DPKPP telah melakukan pembatasan bagi ternak yang ingin masuk ke pasar ternak. Mereka harus lolos pemeriksaan di check point. “Check point ini ada pintu masuk pasar. Kalau ada tanda-tanda ternak mengalami gejala PMK, tidak diperkenankan masuk. Petugas akan langsung melakukan pemeriksaan medis. Karena penyebaran PMK ini sangat cepat,” tambahnya. [wap.wwn]

Tags: