100 Tim PPKST Pisahkan Nurul-Rahma

Nurul Anindya Vina Maulida dan Rahma Anindita Vany Maulida bersama dengan kedua orangtuanya, Selasa (12/8).

Nurul Anindya Vina Maulida dan Rahma Anindita Vany Maulida bersama dengan kedua orangtuanya, Selasa (12/8).

Surabaya, Bhirawa
Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD  dr Soetomo Surabaya melakukan pemisahan bayi kembar siam dari Banyuwangi Nurul Anindya Vina Maulida dan Rahma Anindita Vany Maulida di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo, Rabu (13/8) ini. Sebanyak 100 tim PPKST yang terdiri dari tim bedah anak, bedah anestesi, anestesi, toraks kardiovaskuler, bedah plastik, bedah saraf, radiologi, patalogi dan anatomi, instalasi rawat intensif dan reanimasi, keperawatan, forensik, farmasi dan lainnya siap melakukan operasi pemisahan.
Ketua Tim PPKST RSUD dr Soetomo Surabaya dr Agus SpA (K) mengatakan sebelumnya tim PPKST memutuskan untuk memisahkan Nurul dan Rahma pada 21 Juni lalu. Setelah melihat kondisi bayi tidak baik maka rencana pemisahan itu dibatalkan. Dengan melihat kondisi bayi sekarang yang sudah baik maka pemisahan dapat dilakukan. “Rencananya memang 21 Juni lalu, tapi kita batalkan karena Nurul dan Rahma terserang batuk. Kendati mundur, tim PPKST sudah mempersiapkan pemisahan bayi yang masing-masing memiliki berat 17 kg itu sejak sebulan lalu,” ungkap dr Agus.
Bahkan menurutnya, Selasa kemarin gladi bersih untuk operasi pemisahan pun digelar bersama semua tim di ruang pertemuan GBPT. Hadir pula Sika Jayanti dan Yuda Winarno, orangtua kedua bayi kembar siam. Keduanya menandatangani surat persetujuan tindakan bedah dan anestesi yang merupakan tindakan berisiko besar. “Kasus Nurul dan Rahma ini sangat kompleks. Yang Rahma memiliki kelainan jantung parah, Nurul buta permanen. Risiko pemisahan juga cukup besar, apalagi Rahma yang sewaktu-waktu bisa mengalami gangguan pernafasan dan pendarahan,” ungkap dr Agus.
Dengan  kondisi ini hampir semua tim yang menangani sudah merancang dan mempersiapkan tindakan kepada kedua bayi tersebut. “Sejak pukul 17.00 (Selasa) kita sudah sterilisasikan ruang 609 dan 607. Besok (hari ini, red) sudah siap pakai,” ungkap Koordinator perawat ruang GBPT RSUD dr Soetomo, Choirul Anam.
Anggota tim bedah Dr Lucky Andriyanto SpAn mengatakan hampir sebulan timnya melakukan analisis dan persiapan untuk menganastesi Nurul dan Rahma. “Sebenarnya kita sudah paham karakter Nurul dan Rahma saat kita melakukan katerisasi 10 Juni lalu,” ungkap dr Lucky.
Yakni pada penanganan katerisasi, tim anestesi melakukan induksi terhadap Nurul terlebih dulu. Ternyata, Rahma mengalami desaturasi atau penurunan oksigen. Jika tidak bisa distabilkan, risiko terbesarnya adalah kematian. Akhirnya, pada pemisahan kali ini, tim bedah anestesi akan melakukan induksi kepada Nurul terlebih dahulu. Sebab, kondisi fisik Nurul lebih bagus dibandingkan Rahma. Pasca tim bedah anestesi melakukan induksi dan intubasi kepada Nurul dan Rahma, barulah tim bedah anak akan melakukan desinfeksi atau sterilisasi bagian tubuh bayi yang dibedah.
Ketua Tim Bedah Anak, dr IGB Adria Hariastawa SpBA (K) menjelaskan bagian yang didesinfeksi yakni bagian anterior yakni dari colli terus ke bawah hingga ujung kaki kanan dan kiri. “Kita akan angkat bayi dan diberi cairan desinfesi dan  kita keringkan agar tidak terjadi hipotermi,” ungkapnya.
Setelah itu bayi akan diletakkan di atas doek dan steril dan underpad untuk mendesain insisi yang akan dipotong.
Ketua Tim Bedah Plastik, Prof M Sjaifuddin Noer, Sp BP-RE (K) memaparkan usai didesain, timnya akan memperdalam insisi atau supaya dinding abdomen terbuka. “Setelah terbuka kita akan melakukan pemisahan hepar,” ungkapnya.
Dijelaskannya Rahma mengalami kelainan jantung kompleks. Di mana, aliran darah yang seharusnya dipompa oleh bilik kiri malah dipompa oleh atrium kanan yang membawa darah kotor. Padahal, bilik kanan bertugas untuk memompa darah bersih dari jantung, maka pembedahan dilakukan oleh tim bedah Thorax Kardiovaskuler (KDV). Kedua bayi akan dieksplorasi vaskuler dan jantung. Tapi pemantauan lebih dalam kepada Rahma yang kondisi jantungnya kompleks.
Setelah terpisah, tim bedah plastik akan melakukan penutupan luka dengan defek post. Kemudian dilakukan penjahitan kulit dan subkutis pada badan yang sudah terpisah. “Jika masih ada defek atau luka, maka tim bedah anak akan menutupnya dengan lokal flap pada masing-masing bayi. “Infeksi akan sering muncul saat ada luka, maka itu kita akan menutupnya dengan tulle, kassa dan transparent film,” ungkapnya.
Ketua Tim Instalasi Rawat Intensif dan Reanimasi (ICU), dr Hardiono, Sp An KIC KAKV menambahkan, usai dioperasi, timnya di ICU juga sudah mempersiapkan semua perlengkapan yang diperlukan untuk perawatan intensif. “Yang kita tidak punya seperti pengering luka sudah kita persiapkan semuanya,” ungkap dr Hardiono. [dna]

Rate this article!
Tags: