12 Daerah Jatim Dilanda Banjir Rob dan Gelombang Pasang

Beberapa perahu nelayan terdampar terbawa gelombang pasang laut yang cukup tinggi hingga sampai di rumah penduduk. Pesisir pantai selatan Jatim termasuk daerah yang rawan terjadi rob dan gelombang tinggi.

Beberapa perahu nelayan terdampar terbawa gelombang pasang laut yang cukup tinggi hingga sampai di rumah penduduk. Pesisir pantai selatan Jatim termasuk daerah yang rawan terjadi rob dan gelombang tinggi.

Aktivitas 200 KK di Probolinggo Lumpuh
Pemprov, Bhirawa
Prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memperkirakan bakal terjadi gelombang tinggi dan pasang laut naik akhirnya terjadi. Beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jatim mengalami banjir rob dan gelombang pasang yang  mengakibatkan sejumlah bangunan rusak parah.
Berdasarkan data sementara dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), terdapat 24 kabupaten/kota di Indonesia yang mengalami banjir rob dan gelombang pasang. Sementara khusus di Jatim, sebanyak 12 daerah yang mengalami bencana ini.
Daerah-daerah yang mengalami banjir rob dan gelombang pasang di Jatim yaitu Pacitan, Banyuwangi, Jember, Trenggalek, Malang, Tulungagung, Lumajang, Gresik, Tuban, Surabaya, Pemekasan, Probolinggo. Sementara daerah di luar Jatim yakni Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Pekalongan, Purworejo, Wonogiri, Semarang dan Jakarta.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran persnya, Kamis (9/6), menyebutkan daerah pesisir di selatan Jawa mengalami dampak yang lebih parah akibat gelombang pasang dan banjir rob. Ratusan bangunan meliputi rumah, gazebo, warung, talud pantai dan bangunan di pantai mengalami kerusakan. Bahkan di Lumajang terdapat 300 jiwa anak-anak dan perempuan yang mengungsi.
“Di Pantai Karangrejo dan Pantai Boom di Kabupaten Banyuwangi terdapat 73 rumah rusak parah terkena gelombang. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Tapi diperkirakan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah,” kata Sutopo.
Menurut dia, penyebab fenomena gelombang tinggi adalah pengaruh astronomi terjadinya bumi, bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus mengakibatkan naiknya tinggi muka laut. Hal ini bersamaan dengan terjadinya anomali positif tinggi muka air laut sebesar 15-20 cm. Selain disebabkan dua hal tersebut juga diperkuat dengan adanya penjalaran alun yang dibangkitkan dari pusat tekanan tinggi sub tropis di barat daya Australia.
Diperkirakan gelombang tinggi dan banjir rob masih berpotensi hingga beberapa hari ke depan. BMKG telah memprediksi hingga, Jumat (10/6) hari ini gelombang tingggi 2,5 – 4 meter berpotensi terjadi. Yaitu di Laut Andaman, Perairan utara dan barat Aceh, perairan barat Kepulauan Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan Bengkulu, Samudera Hindia barat Aceh hingga Bengkulu, Selat Bali bagian selatan, Perairan selatan Sumbawa hingga Pulau Sumba.
“Sedangkan gelombang setinggi 4-6 m berpotensi di Perairan Enggano, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Lombok, Samudera Hindia selatan Bengkulu hingga NTT,” jelasnya.
Munculnya bencana ini,  Sutopo mengimbau masyarakat untuk selalu waspada. Khusus bagi para nelayan dilarang melaut saat gelombang tinggi. “Masyarakat yang melakukan aktivitas di pantai hendaknya selalu waspada dan hati-hati. Wisatawan di pantai juga harus hati-hati. Ikuti larangan dan semua aturan yang ada,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jatim Sudarmawan mengakui, jika di Jatim ada sebanyak 12 kabupaten/kota yang sedang dilanda gelombang pasang dan banjir rob. “Peringatan ini juga berdasarkan informasi BMKG yang terjadi gelombang tinggi di laut sekitar Jatim,” ujarnya.
Banjir rob dan gelombang pasang ini, kata dia, terjadi pada 7-12 Juni 2016 dengan berbagai ukuran tinggi gelombang di laut Jawa. “Di perairan utara Pulau Jawa (Laut Jawa), tinggi gelombang mencapai dua meter, sedangkan di perairan selatan (Samudera Hindia) tingginya mencapai 2,5 hingga empat meter,” ucapnya.
Bahkan, kata dia, di Pantai Karangrejo dan Pantai Boom di Banyuwangi terdapat 73 rumah rusak parah terkena gelombang sehingga menyebabkan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah. “Memang banyak rumah terimbas, namun bukan karena air laut, tapi luapan Sungai Blambangan yang kebetulan lokasinya berada di muara,” katanya.
Terkait logistik bantuan para korban mengungsi di Lumajang, Sudarmawan mengatakan tidak ada masalah. Sebab logistik tersebut sudah tersedia di daerah masing-masing. “Kalau bantuan selalu kita tempatkan di daerah. Jadi sewaktu-waktu dibutuhkan selalu siap dan cepat,” tandasnya.

Tambak Gagal Panen
Di Probolinggo sudah enam hari ini sejak Sabtu kemarin hingga Kamis (9/6) kemarin banjir rob masih menerjang permukiman warga di Desa Kalibuntu dan Desa Sidopekso Kecamatan Kraksaan serta Desa Randutatah Kecamatan Paiton. Akibat tanggul yang jebol, membuat aktivitas 200 KK lebih lumpuh. Bahkan puluhan hektare tambak ikan gagal panen.
Hingga Kamis kemarin banjir rob masih melumpuhkan aktivitas warga setempat. Banjir rob yang diperkirakan hanya berlangsung selama 4 hari ini, ternyata berlangsung selama 6 hari.
Camat Kraksaan Sugeng Wiyanto mengatakan semula hanya warga Desa Kalibuntu  yang menjadi korban banjir rob. Namun sejak kemarin banjir rob sudah mulai merata, yang semula hanya 3 dusun saat ini sudah mencakup keseluruhan dusun. Pada saat bersamaan pemerintah juga akan membangun tanggul yang jebol.
Demikian pula dengan warga Desa Sidopekso, akibat banjir rob tersebut aktivitas warga lumpuh, bahkan puluhan hektare tambak ikan milik warga gagal panen, “Sementara saat ini pemerintah melakukan pembangunan tanggul. Namun akan lebih dimaksimalkan penambahan tanggul pada 2017 mendatang, khusus di Desa Kalibuntu,”ujar Sugeng.
Terpisah Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandy mengaku bahwa peristiwa tahunan ini biasanya tidak berlangsung lama. Namun, saat ini melebihi jangka waktu seperti biasanya. Bahkan, saat ini rob di Kabupaten Probolinggi terjadi di 3 titik, yakni di Kalibuntu, Randu Tatah Paiton dan Pajurangan Kecamatan Gending.
“Kami masih melakukan pendataan untuk kerugian material milik warga yang menjadi korban banjir rob ini. Sementara untuk bantuan untuk warga dan kerugian material akan kami ajukan dulu ke Pemprov Jatim,”kata Dedy.
Sementara itu korban banjir akibat gelombang air laut pasang atau rob di Kec Kraksaan, Kab Probolinggo mulai terserang berbagai penyakit. Di antaranya  gatal-gatal, demam, batuk dan sakit perut. Selain itu genangan air setinggi satu meter sejak beberapa hari lalu masih merendam permukiman hingga mengganggu aktivitas warga.
Berdasarkan data dari Puskesmas Kraksaan, saat ini warga sudah mulai ramai mendatangi petugas kesehatan untuk berobat. Namun, sejauh ini belum ada penyakit yang sangat membahayakan warga.
“Banyak warga kena penyakit kulit, kami biasanya menyebutnya dermatitis, karena kontak lama dengan air yang sudah tercemar oleh sampah. Ada beberapa penyakit baru akhir-akhir ini, tapi selama ini belum ada angka kesakitan penyakit tersebut yang dibawa ke kami, saya rasa yang paling berdampak di sana adalah penyakit kulit,” kata Kepala Puskesmas Kraksaan dr Agus Ciptosantoso.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dwijoko Nurjayadi mengimbau masyarakat mengantisipasi siklus ini. “Agar tidak menimbulkan korban jiwa,” katanya.
BPBD Kabupaten Probolinggo menyiapkan bantuan sembako bagi warga yang jadi korban banjir rob di Desa Kalibuntu dan Sidopekso, Kecamatan Kraksaan serta Desa Randutatah Kecamatan Paiton. “Kami telah meminta camat untuk mendata warga terdampak. Nanti BPBD membantu sembako untuk mengurangi penderitaan mereka,” paparnya. [iib,wap]

Tags: