12 Tahun Desa Besuki Terendam Lumpur Lapindo

Wakil Bupati Sidoarjo H Nur Ahmad Syaifuddin SH ikut larut di tengah-tengah warga saat doa bersama untuk memperingati 12 tahun semburan lumpur Lapindo. [achmad suprayogi]

Keharuan, Kebersamaan, Guyub Rukun Tidak Bisa Ditenggelamkan
Kabupaten Sidoarjo, Bhirawa
Ribuan warga Desa Besuki, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo sebelumnya kondisinya aman dan damai. Tiba-tiba dikagetkan oleh semburan lumpur hingga menenggelamkan desa yang sangat tentram tersebut. Akibatnya mereka harus berpencar mencari tempat tinggal sendiri-sendiri, di luar wilayah Porong hingga sampai Pasuruan.
Namun, semburan lumpur tidak bisa menenggelamkan rasa persaudaraan, keabraban dan persatuan mereka. Terbukti, sudah 12 tahun desa mereka terendam lumpur. Tetapi mereka tetap bersatu, bersaudara, bahkan sangat terlihat guyub rukun penuh kebersamaan.
Kondisi itu ditunjukkan dalam peringatan 12 tahun semburan lumpur Lapindo di makam Dusun Babatan, Desa Besuki, Kecamatan Jabon Sidoarjo, Kamis (10/5) lalu, yang dihadiri Wakil Bupati Sidoarjo H Nur Ahmad Syaifuddin SH.
Mereka melakukan doa bersama-sama, yang dilanjutkan ziaroh ke makam-makam saudara masing-masing. Mereka juga melakukan tradisi ‘Barikan’ yakni semua warga membawa makanan, tukar menukan makanan. Selain itu juga ada tumpengan yang dimakan secara bersama-sama.
Salah satu tokoh masyarakat Desa Besuki Sutikno mengatakan, acara ini menjadi ajang temu kangen dengan warga besuki, yang sudah terpisah sejak 12 tahun lalu akibat semburan lumpur Lapindo.
Menurutnya, warga besuki terpisah berpencar tempat tinggalnya, ada yang tinggal di Pasuruan, Bangil, Porong, Krembung, Tanggulangin, Candi dan wilayah Sidoarjo lainnya. “Saya sangat merasa terharu, tadi kangen-kangenan ketemu dengan tetangga yang dulu tinggal bersama di sini (Dusun Babatan ini), sempat menangis ingat masa lalu, ingat tanah kelahiran yang sekarang sudah tidak terlihat karena tertutup lumpur,”kenang Sutikno.
Sutikno berpesan kepada warga, agar tetap menguri-uri (merawat) makam leluhur desa dan kelurga desa Besuki. ” Doa bersama dan syukuran ini mari terus kita lestarikan, selain untuk tempat silaturahim juga untuk menguri-uri makam leluhur kita”, ujar mantan Kades Besuki ini.
Kegiatan seperti ini akhirnya menjadi tradisi rutin yang dilakukan setiap tahun menjelang Ramadan. Meskipun seluruh warganya sudah tidak lagi tinggal di desa Besuki, karena tempat tinggal mereka sudah terendam lumpur Lapindo.
Wakil Bupati Nur Ahmad Syaiffudin juga terharu melihat warganya yang sangat guyub rukun, walaupun desanya tenggelam. Menurutnya acara doa bersama dan tasyakuran ini juga menjadi tempat reuni warga Dusun Babatan Besuki. “Mereka rela datang jauh-jauh untuk ke makam leluhur, sekaligus ingin bertemu dengan tetangganya dulu yang sama – sama tinggal di kampung halaman ini,” katanya.
Hikmahnya dari kejadian ini adalah hubungan silaturahim semakin kuat, meski tempat tinggal tidak lagi berdekatan. ” ini semua ujian, orang yang berhasil melewati ujian derajatnya akan ditinggikan oleh Allah, kita harus melihat semua ini adalah takdir Allah maka kita akan menemukan hikmahnya,” tutur Cak Nur, sapaan akrabnya.
Sementatara itu, Ketua Panitia Kegiatan Sampun Hadi Prayitno mengaku sangat bersyukur karena makam leluruh mereka kondisinya sudah ditinggikan. Sebelumnya kami tidak bisa melakukan ziarah karena tenggelam lumpur. Hampir dua tahun sejak tenggelam, kami bersama para warga terus berjuang agar makam leluhur ini bisa ditinggikan, dan Alhamdulillah sudah berhasil sampai sekarang ini. “Jadi kami melakukan tradisi ini sekitar 10 tahun yang lalu. Semoga apa yang kita lalukan ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama warga setempat yang sudah lama berpisah,” jelasnya. [Achmad Suprayogi]

Tags: