14 SMP di Surabaya Jadi Pilot Project Uji Coba PTM

Siswa kelas 9 SMPN 28 Surabaya mengikuti ujicoba pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan Senin (7/12). [Oky abdul sholeh]

Hanya Diikuti Kelas IX, Siapkan Satgas Covid-19 dan Guru Mapel Tiap Kelas
Surabaya, Bhirawa
Ujicoba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) jenjang SMP di Kota Surabaya dilaksanakan Senin (7/12). Hanya 14 sekolah negeri dan swasta yang menjadi pilot project untuk persiapan PTM yang rencananya akan dibuka secara serentak pada awal Januari mendatang.
Di SMP 17 Agustus 1945 Surabaya (Smptag) misalnya, sebanyak empat kelas disediakan dengan kapasitas masing – masing 15 siswa kelas IX untuk mengikuti Penilaian Akhir Semester (PAS) dengan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) seperti bermasker dan jaga jarak.
Menurut Kepala SMP 17 Agustus 1945 Surabaya, Wiwik Wahyuningsih, dalam uji coba PTM yang digelar Senin (7/12), hanya 58 siswa kelas IX yang mengikuti uji coba. Dari jumlah ini akan terbagi untuk 4 jelas. Di mana setiap harinya akan disediakan dua ruang kelas dengan maksimal 15 siswa.
“Dari 68 siswa kami di kelas IX, hanya 58 siswa yang diizinkan orang tua untuk ikut PTM. Dan mereka sudah mengikuti tes swab sebelumnya yang digelar Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya,” ujar Ketua MKKS Wilayah Surabaya Timur ini, Senin (7/12) kemarin .
Sedangkan bagi siswa yang tidak bisa mengikuti PTM, pembelajaran akan dilakukan secara Daring. Dalam pelaksanaan uji coba PTM ini, Wiwik mengaku telah menyusun Prokes disetiap kegiatan dan tempat. Tak hanya itu, baik tenaga pendidik ataupun kependidikan difasilitasi untuk Rapid Test dan Swab Tes secara berkala. ”Mereka juga diberi vitamin dan rutin olah raga untuk menjaga imun tubuh,” ujar dia.
Wiwik menjelaskan, dilaksanakannya uji coba PTM di SMP 17 Augustus, tak lain karena pihaknya menilai motivasi belajar siswa mulai menurun, tingkat kejenuhan tinggi dan seringnya tidak mengikuti pembelajaran Daring. Meski begitu, berbagai model pembelajaran juga telah disiapkan para guru, namun tak memberi solusi.
“Kami terus memperbarui model pembelajaran dua minggu sekali, tapi juga tidak maksimal karena siswa mulai bosan. Keluhan orang tua juga masuk kepada kami. Persoalan – persoalan ini yang membuat kami prihatin, akhirnya dibuat PTM ini. Jika nanti dilaksanakan awal Januari pun, kami minta di minggu ke tiga untuk PTM agar anak – anak bisa isolasi mandiri setelah libur panjang,” jabarnya.
Uji coba PTM juga dilaksanakan SMPN 28 Surabaya. Hanya 154 siswa dari 451 siswa kelas IX yang mengikuti uji coba ini. Sedangkan sisanya akan mengikuti pembelajaran secara Daring.
Kepala SMPN 28 Surabaya, Triworo Parnoningrum menambahakan, mereka yang tidak mengikuti PTM di hari pertama selain karena tidak diizinkan orang tua juga karena mempunyai kormobid atau (penyakit penyerta) dan konfirmasi. Di samping itu juga menunggu jadwal giliran simulasi PTM.
“Per kelas ada dua guru pengampu Mapel dan satu guru pendamping dari Satgas Covid 19 sekolah. Setiap hari ada 10 petugas Satgas Covid 19 yang melayani screaning dan memantau kesehatan dan disiplin prokes siswa dan guru kary yang hadir saat itu,” jawabnya.
Lebih lanjut, untuk kapasitas pembelajaran 30% setiap kelas. Di mana setiap harinya hanya dua Rombel (Rombongan Belajar). Setiap Rombel kelas IX yang mengikuti PTM Bulan Desember ini hanya 14 orang saja per Rombel, sementara yang lainnya bergiliran. Pembelajaran dilakukan hanya tiga jam dalam sehari. Setiap guru akan mengajar Daring dan Luring.
Dijelaskan Woro jadwal PTM dilaksanakan selama tiga jam setiap hari dengan rincian kegiatan 30 menit untuk screaning kesehatan dan pembiasaan pagi, dua jam untuk pembelajaran dan 30 menit untuk screaning kesehatan dan pembiasaan sebelum pulang sekolah.
Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan inklusif, pihaknya juga menyiapkan model pembelajaran bagi 39 siswa disabilitas. Model pembelajaran ini disesuaikan dari hasil asesmen untuk melihat kesiapan siswa secara psikis.
“Kami akan tahu bagaimana kesiapan mereka. Jam pembelajaran siswa (difabel) juga tidak seperti anak reguler. Mereka mengikuti perkembangan psikis. Jadi jika mampu satu jam maka diberikan satu jam saja,” pungkas dia.

Analisis Karakteristik Siswa dalam Penerapan Prokes
Sementara itu, Kepala Dindik Kota Surabaya, Supomo menyebut, simulasi hanya dilakukan di 14 sekolah yang tersebar di Surabaya untuk melihat karakteristik siswa di berbagai wilayah. Maka pihaknya akan mengetahui penerapan Prokes di setiap sekolah. Bagaimana aktifitas siswa saat berkumpul. Misalnya anak istirahat di kelas, saat ke kamar mandi dan sebagainya.
“Jadi bisa dievaluasi untuk menghindari penyebaran Covid dalam sekolah. Rencana kami adakan dua minggu,” kata Supomo.
Supomo juga menambahkan, siswa yang mengikuti PTM harus sehat dengan dibuktikan tes swab negatif. Kemudian persetujuan orang tua dan dukungan komite sekolah. ”Selebihnya sarana prasarana Prokes disiapkan dengan jumlah murid yang ada. Prokes kami terapkan dengan menggandeng beberapa lembaga yang konsen dalam hal ini untuk mendapat masukan,” tagasnya.
Supomo juga menghimbau agar sekolah khususnya Satgas Covid-19 konsisten melakukan pengawasan dan jujur mencatat, apabila terjadi pelanggaran oleh siswa. Sedangkan untuk 36 siswa yang dinyatakan positif dari hasil tes swab, penanganan dilakukan dengan Prokes sesuai dengan standart penanganan Covid 19.
“Kami sudah bekerja sama dengan lurah dan Dinkes (Dinas Kesehatan) untuk melakukan tracing. Mereka semua sekarang disiolasi di RS Haji Surabaya,” imbuhnya.
Sementara untuk jenjang SD, Supomo menjabarkan akan dilakukan secara bertahap. Dalam masa pandemi, pihaknya tidak memaksa sekolah untuk melakukan PTM. ”Jadi sekarang disiapkan SMP, untuk siswa SD proses pendataan kemudian swab dan melakukan koordinsi dengan petugas Covid 19. Dengan demikian harapan kami awal Januari SD melakukan PTM,” tandasnya. [ina.iib]

Tags: