15 Bacalon Bersaing Rebut Rektor Unair

Fisip UnairUnair Surabaya, Bhirawa
Persaingan dalam pemilihan rektor Universitas Airlangga (Unair) bakal berlangsung ketat. Betapa tidak, hanya sepekan dibuka pendaftaran, sudah ada 15 nama yang kini tengah siap-siap bererbut posisi rektor.  Mereka adalah orang-orang yang selama ini memiliki pengaruh kuat dalam pengembangan dan penelitian di Unair.
Dari 15 bakal calon rektor tersebut, calon dari Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) paling mendominasi. Diantaranya ialah Prof Dr Nasronudin, Prof Djoko Santoso, Prof Dr Soetojo dan Prof Dr Agung Pranoto. Keempatnya merupakan calon dari FK. Sedangkan dari FKH antara lain Prof Dr M Lazuardi, Prof Dr Fedik Abdul Rantam, Muchammad Yunus, PhD dan Prof Dr CA Nidom.
Selain dua fakultas tersebut, calon lain dari Fakultas Ekonomi Bisnis ada Dr M Nafik Hadi Ryandono dan Prof Dr H Mohammad Nasi. Dari Fakultas Farmasi terdapat Prof Dr Sukardiman, Prof Dr Djoko Agus Purwanto dan Dr Umi Athiyah. Selain itu ada pula calon dari FISIP yakni Prof Dr Budi Prasetyo dan Tjitjik Srie Tjahjandarie PhD dari Fakultas Sains dan Teknologi.
Muchammad Yunus, Prof CA Nidom dan Tjietjiek Srie Tjahjandari merupakan tiga pendaftar yang paling buncit.  Dalam pencalonannya, Yunus  berkomitmen akan meneruskan kebijakan yang telah digariskan pimpinan sebelumnya, meningkatkan jejaring internasional dan memperkuat ikatan antar alumni.
Sebagai Doktor ‘produk’ asli Unair, ia mengaku memiliki tanggungjawab untuk ikut melakukan perbaikan Unair. “Kita akan tingkatkan publikasi dan riset yang kredibel untuk mengangkat harkat universitas,” ujarnya menegaskan bahwa riset dan publikasi adalah hal penting yang harus menjadi perhatian UNAIR ke depan.
Usai Yunus, Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekular FKH UNAIR Prof Dr CA Nidom menyusul mengambil formulir. Profesor yang juga Ketua Avian Influenza Research Center (AIRC) UNAIR ini berkomitmen meneguhkan posisi UNAIR sebagai National Health Sciences Center. UNAIR diharapkan memiliki kekhususan dalam kajian ilmu kesehatan di Indonesia.
“Fakultas seperti FK, FKM kan jelas berkaitan dengan ilmu kesehatan. Fakultas seperti FH, FISIP, FEB bisa mengembangkan kajian seperti hukum kesehatan, politik kesehatan, dan anggaran kesehatan,” ujarnya sambil menegaskan bahwa hal tersebut tetap berangkat dari disiplin keilmuan masing-masing fakultas.
Menurut pakar Flu Burung kaliber internasional ini, pengembangan Unair harus merujuk pada tiga hal pokok, yakni kemanfaatan, karakter dan wibawa Unair di mata masyarakat. “Saya melihat apa yang dicapai Prof Fasich (Rektor UNAIR) fundamentalnya sudah bagus. Tantangan moral kami para juniornya lebih berat,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan tujuan itu, Nidom berencana akan mendirikan berbagai pusat kajian di Unair. Sementara untuk mewujudkan transparansi di Unait, pihaknya akan melelang jabatan wakil rektor, direktur, dan para dekan fakultas.
Menjelang menit-menit terakhir penutupan pendaftaran, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Unair Tjitjik Srie TjahjandariePhD tiba-tiba muncul untuk ikut dalam bursa calon rektor. Ditanya perihal visi misinya, Tjitjik berjanji akan membangun Unair lebih baik dengan menggerakkan seluruh komponen yang ada di lingkungan Unair.
Langkah konkret yang akan diambil oleh dosen pada Departemen Kimia FST ini adalah mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yang ada. “SDM kita masih belum memenuhi standar internasional. S3 saja masih 24%. Padahal untuk memenuhi itu harus ada minimal 50%.  Oleh karena itu, semua komponen perlu diintregasikan bersama-sama untuk mewujudkan cita-cita Unair” pungkas dia. [tam]

Tags: