15 Ikan Paus Mati Dikubur Massal di Probolinggo

Ikan paus yang mati terdampar di Probolinggo dikubur secara massal

Ikan paus yang mati terdampar di Probolinggo dikubur secara massal

(Warga Gelar Tahlilan untuk para Paus)
Probolinggo, Bhirawa
Setelah usai dikuburkannya masal 12 paus yang mati TNI dan nelayan kembali melakukan penyisiran pada perairan hutan bakau, baik di muara sungai maupun pantai utara. Dengan menggunakan kapal motor nelayan, hasilnya ditemukan lagi 3 bangkai paus di tengah hutan bakau. Dengan begitu maka kini sudah 15 paus yang mati dan dikuburkan secara masal, 50 meter dari bibir pantai, dilakukan dengan alat berat di desa Pesisir Kecamatan Gending kabupaten Probolinggo.
Pencarian dilakukan karena diduga kuat, sejumlah bangkai paus masih terdampar didalam hutan bakau,  mengingat bau tidak sedap bangkai mamalia dilindungi  ini sangat kuat. Air laut yang tengah pasang, dimanfaatkan untuk menyisir perairan. Namun, hingga beberapa jam melakukan penyisiran hingga 100 meter dari bibir pantai. Alhasil, TNI dan nelayan menemukan 1 bangkai paus berukuran besar, yang sudah terseret ke tengah hutan bakau.
Beberapa jam sebelumnya, dua bangkai paus dievakuasi oleh nelayan ke tepi muara.  Dua bangkai ditemukan karena mengeluarkan bau busuk, sehingga terdeteksi warga.
Sersan Gimon, Babinsa Gending,Minggu 19/6 mengungkapkan pihaknya terus berbaur dengan warga untuk melakukan pencarian bangkai paus, karena sejak kemarin pasca pemakaman massal belasan paus, warga masih mengeluh dengan bau bangkai menyengat di sekitar bibir pantai hingga ke pemukiman warga.
“Kami lakukan penyisiran dari hutan bakau muara sungai hingga ke laut dibantu oleh Satkamla Pos Kamdu Probolinggo, beserta warga. Hasilnya kami menemukan 1 bangkai paus, dan dini hari tadi juga ditemukan 2 bangkai paus. Jadi saat ini ada 3 bangkai paus yang kami temukan,”jelas Gimon.
Hingga kini, terdapat 14 ekor paus mati dari 32 ekor yang sebelumnya dilaporkan terdampar. 12 ekor telah dikubur pada Jumat siang kemarin. Sementara warga setempat berharap kepada pemerintah untuk segera melakukan penanganan, dan secepatnya mengubur bangkai paus, agar tidak mengganggu aktifitas warga Pesisir.
Penguburan tersebut dilakukan tim dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo, menggunakan excavator untuk menggali kuburan paus secara masal, dengan kedalaman sekitar 2 meter, dan 5×15 meter persegi. 15 paus dikubur dengan posisi berjejer, dilengkapi dengan kain kafan.
Saat penguburan paus dilakukan, sempat memantik perhatian warga setempat dan warga luar yang menyaksikan. Bahkan, aparat dan warga sempat melakukan tabur bunga atas keprihatianan kematian 12 paus tersebut.
Sanemo, selaku kepala Desa Pesisir, Minggu 19/6 mengungkapkan penguburan paus secara masal oleh warga Pesisir tidak di biarkan begitu saja. Dengan mengikuti tradisi warga Pesisir, paus ketika mati lalau dikubur, oleh warga Pesisir di selameti layaknya manusia.
“Sudah menjadi tradisi warga disini, hewan mamalia yang terlindungi seperti hiu dan paus tetap kami lakukan ritual selametan, itu sudah dari nenek moyang kami. Warga di sini kompak, biasanya kalau ada paus mati dikubur di sini, diselameti hingga 7 hari, dan dilakukan tahlilan,”kata Sanemo.
Sementara itu, Dedy Isfandi, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Kabupaten Probolinggo, mengkau memeng ada 15 paus yang mati terdampar dan saat ini telah dilakukana penguburan secara masal di  lokasi terdampar.
Sampai saat ini lokasi terdamparnya paus masih di padati oleh warga setempat dan warga luar. Mereka melihat kuburan paus yang dikubur secara massal.
Lebih lanjut dikatakannya, sebelum dikubur masal, paus-paus ini sempat diteliti oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mereka melakukan penelitian ilmiah cek Nekropsi pembedahan pos mortem dan antem mortem.
Penelitian ini untuk mengetahui genetik kesamaan dan karakter ikan paus yang terdampar di Probolinggo ini, dengan paus yang ada di negara lain. Secara terpisah Sekar Mira, tim peneliti dari LIPI mengaku sulit mengambil sampel dari jenis biota laut ini. “Sulit mengambil sampel dari biota ini,” akunya.
Menurutnya, dua lembaga tim penyelamat satwa dari Jakarta, animal aid networks dan LIPI bahwa selat pantai utara merupakan alur lintasan migrasi paus ke selat Australia. Migrasi paus terjadi bulan Juli hingga Agustus dan kembali melintas bulan Februari hingga Maret. [wap]

Tags: