16 Ruang ICU Bertekanan Negatif Siap Beroperasi di RSKI

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Prof M Nuh meninjau kesiapan ICU bertekanan negatif di RSKI.

Surabaya, Bhirawa
Persiapan untuk mengoperasikan layanan ICU di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) terus dikebut. Tak kurang dari 16 bed ruang ICU telah rampung dipersiapkan dengan kelengkapan negative preasure. Untuk melihat kesiapan layanan tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melakukan peninjauan secara langsung RS Infeksi di RS Universitas Airlangga (RSUA), Kamis (16/4).
Dijelaskan Khofifah, dari jumlah pasien yang telah dinyatakan positif di Jatim, mereka berharap mendapat layanan pada RS rujukan utama seperti dalam SK Menteri Kesehatan. Salah satunya adalah RSUA, RSUD dr Soetomo dan RS Saiful Anwar.
“Beberapa kali pasien di RSUA lebih memilih dilayani di UGD dari pada ke RS lain. Artinya, kalau misalnya terjadi gangguan nafas maka pasien merasa di RSUA terdapat garansi percepatan pertolongan. Sama seperti di Soetomo, pasien juga memilih stay di UGD sampai ada ruang perawatan yang bisa digunakan untuk mereka,” tutur Khofifah.
Tingkat kepercayaan dan sugesti pasien untuk mendapat pertolongan yang untuk dapat sembuh sangat penting. Di sisi lain, RS ini memang disiapkan menjadi RS infeksi. Oleh karena itu, kata Khofifah, berbagai pendekatan bencana alam maupun non alam selalu pentahelix. Unsur pemerintah, akademisi, swasta, social entrepreneur, dan kerelawanan. Ini menjadi bagian yang saling melengkapi.
“Hari ini, kita berharap supaya dicicil secara bertahap dengan 16 bed untuk ICU. Nanti akan dikembangkan HCU (Higt Care Unit). Harapannya pencegahan tetap prioritaskan meski layanan kuratif terus ditambah sebagai kesiap-siagaan,” tegas Khofifah.
Mantan Menteri Sosial RI tersebut juga mengakui, peningkatan kasus di Surabaya telah mencapai angka yang tinggi. Sehingga, jika mereka membutuhkan pertolongan rawat inap di RS maka harus siap bagi mereka yg positif maupun PDP. “Kita sudah dalam posisi tersedia, bed dengan kelengkapan yang dibutuhkan. Tidak hanya didedikasikan untuk infeksi covid tapi juga untuk infeksi-infekai lainnya,” ungkap Khofifah.
Sementara itu, Prof M Nuh sebagai relawan covid-19 menjelaskan, persiapan akhir dari 16 bed ICU telah komplit dengan ventilator. Targetnya, RS tersebut akan memiliki 20 bed ICU yang diharapkan minggu depan sudah rampung. “Dari 20 ini memungkinkan untuk diekspan lagi menjadi 40 bed ICU. Di samping ICU, ada 134 bed HCU yang juga bisa diekspan menjadi 140 HCU. Kalau ditambah lagi masih dimungkinkan hingga 174 bed,” ungkap Prof Nuh.
Mantan Menteri Pendidikan tersebut menjelaskan, jika itu semua layanan itu bisa direalisasikan, maka RS Khusus Infeksi di RSUA ini akan menjadi RS yang permanen serta paling besar dan paling komplit.
Pengembangan ICU dan HCU, lanjut dia, karena orang yang telah dites positif, mau tidak mau harus masuk RS. “Dan RS yang bisa menangani secara khsusus harus memenuhi persyaratan isolasi. Termasuk di dalamnya, semua penangkal negativ. Bukan sekadar ruang kemudian ditarik menggunakan exhouse. Semua harus terukur, di antaranya dengan adanya negativ preasure. Termasuk sterilisasi peralatan dasar,” tutur Prof M Nuh yang juga Ketua Dewan Pers tersebut. [tam]

Tags: