16 Titik di Sembilan Kecamatan Jember Rawan Kekeringan

foto ilustrasi

Kab.Jember, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab Jember memetakan ada 16 titik di sembilan kecamatan yang berpotesi mengalami kekeringan. Hal ini disampaikan Heru Widagdo, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember kemarin.
Heru mengakui berdasarkan laporan dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika memang sejak agustus 2017 kemarin, curah hujan di sejumlah wilayah di Jatim memang cukup rendah atau bahkan tidak ada sama sekali.
”Curah hujan sejak Agustus hingga sekarang sekitar 0-20 mm saja. Artinya curah hujan sedikit bahkan tidak ada hujan. Kejadian ini terpantau hampir di seluruh Jatim. Kami hanya mendapatkan laporan yang terlihat ada sedikit curah hujan terjadi di Banyuwangi. Itupun juga tidak seberapa,” ungkapnya.
Hal ini berarti sudah selama dua bulan terakhir tidak ada hujan yang mengguyur Jember sehingga menyebabkan debit air di masyarakat pun menurun. ”Tapi sejauh ini masih belum ada laporan kekeringan. Termasuk masyarakat juga belum ada yang mengeluhkan kehabisan air bersih untuk kehidupan sehari-hari,” katanya.
Namun bukan berarti aman. Pasalnya, pihaknya mendapatkan laporan debit air di sejumlah penyimpanan air masyarakat juga menurun drastis. Bahkan, pihaknya sudah melakukan pemetaan terhadap daerah yang rawan kekurangan air bersih ini. Dari hasil pemetaan pihaknya dengan mengacu tahun-tahun sebelumnya dan juga pantauan pihaknya ada sekitar sembilan kecamatan dengan 16 titik menyebar yang rawan potensi mengalami kekeringan.
”16 titik itu yakni Jumerto dan Patrang yang ada di Kecamatan Patrang. Juga ada Gelang, Karangbayat dan Jatiroto Lor (Sumberbaru), Pakis dan Kemiri (Panti), Panduman dan Sucopangepok (Jelbuk) serta Desa Kertosari, Pakusari (Pakusari),” terangnya pula.
Sementara itu, di sisi timur ada dua desa di Kec Silo yang perlu diantisipasi yakni Desa Silo Dusun Sumberpakem dan Desa Harjomulyo. Selain itu juga Desa/Kecamatan Arjasa, Tempurejo dan Sumbersari. Pihak BPBD sendiri terus melakukan pantauan rutin terhadap berbagai daerah itu untuk mengantisipasi jika ada laporan kekeringan.
”Apalagi, diprediksi ancaman kekeringan ini mungkin saja terjadi. Bahkan, daerah rawan ini bisa saja bertambah jika cuaca terus panas seperti kemarin,” jelasnya.
Namun Heru belum mendapatkan laporan dari BMKG, terkait informasi sampai kapan kondisi ini berlangsung. Kabarnya hingga akhir Oktober 2017. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada masyarakat untuk bijak dalam melakukan penggunaan air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
”Sehingga kejadian kekurangan air bersih ini tidak sampai meluas ke daerah lain yang masih sangat rawan kekurangan air,” harapnya.
Untuk mengantisipasi ini, BPDB Jember sudah menyiapkan langkah antisipatif jika ancaman kekeringan. ”Kami sudah bekerja sama dengan PDAM Jember. Sehingga jika sewaktu-waktu mendapatkan laporan dari masyarakat yang membutuhkan air bersih bisa langsung teratasi,” pungkasnya. [efi]

Tags: