20 Persen Bayi Surabaya Lahir Kurang Garam

Bayi Lahir Kurang GaramSurabaya, Bhirawa
Di Surabaya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) menunjukkan angka yang cukup tinggi. Padahal, bayi yang terlahir dengan berat badan rendah berisiko lima kali lebih tinggi mengalami kematian ketimbang bayi yang lahir dengan berat normal. Salah satunya di RSIA Kendangsari Surabaya. Di rumah sakit khusus ibu dan anak itu, angka BBLR dalam setahun terakhir mencapai 27 dari 287 kelahiran. Artinya, hampir 20 persen bayi lahir dalam keadaan kurang dari 2.500 gram.
Spesialias kandungan RSIA Kendangsari dr Muhammad Fachry Sp OG menjelaskan meningkatnya angka bayi dengan BBLR rendah ini cukup mengkhawatirkan. Karena seharusnya, di jaman yang sudah modern seperti ini sudah banyak calon ibu yang melek dengan keadaan janinnya. Terlebih peralatan deteksi dini seperti USG 4D dan lainnya. Informasi seputar gizi ibu hamilpun juga sudah banyak dipublikasikan.
“Namun, ternyata semua fasilitas yang ada tersebut tidak bisa mengurangi BBLR. Justru masih ada bayi dengan BBLR,” kata Fahmi.
Fahmi memaparkan banyak factor yang bisa menyebabkan BBLR, misalnya risiko medis, risiko demografik, risiko fasilitas kesehatan, serta risiko perilaku dan lingkungan. “Untuk penyebab di kota besar seperti Surabaya ini umumnya karena lingkungan,” katanya. Pada umunya, bayi BBLR ini tidak hanya karena kurang bulan. Artinya, lahir kurang dari 37 minggu. Namun, juga karena pertumbuhan janin terlambat (PJT) karena gangguan pada pertumbuhan janin hingga berat janin di bawah presentil 10.
Faktor risiko medis meliputi kehamilan multipel yang disebabkan teknik bayi tabung hingga menghasilkan bayi kembar lebih dari dua, jarak kehamilan yang terlalu pendek dari kehamilan sebelumnya, tidak optimalnya kenaikan berat badan ibu, hipertensi, hipotensi, pendarahan pada trimester pertama atau kedua, adanya bakteri dalam urin, atau cairan ketuban yang terlalu banyak atau sedikit.
Faktor risiko demografik bisa dipengaruhi oleh usia ibu yang terlalu muda yakni kurang dari 16 tahun atau usianya terlalu tua, lebih dari 35 tahun. Faktor risiko perilaku dan lingkungan dipengaruhi pada saat masa kehamilan terpapar asap rokok, ibu mengonsumsi alkohol, asupan nutrisi yang buruk. Bahkan, kegiatan ibu yang terlalu sibuk bekerja menyebabkan mereka melahirkan bayi BBLR. “Sebagian sih banyak ibu kerja terlalu lelah. Kalau terlalu lelah kan tidak memperhatikan perkembangan janinnya, jadinya ya BBRL. [dna]

Tags: