200 Ton Sampah Limbah Medis Covid-19 di Sidoarjo

Masyarakat diminta tidak asal membuang sampah. Harus dipilah sampah biasa dan sampah limbah medis. [alikus]

Sidoarjo, Bhirawa
Limbah medis Covid-19 yang dihasilkan dari rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 yang ada di Kabupaten Sidoarjo, dari catatan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo tahun 2020 lalu, volumenya mencapai 200 ton.
Menurut Kepala Dinas LHK Kab Sidoarjo, Ir Sigit Setyawan, potensi yang besar itu selain karena RS rujukan Covid yang jumlahnya banyak, yakni ada 19, juga ditambah pasien Covid-19 yang sedang dirawat, jumlahnya juga banyak. “Itu yang membuat potensi volume limbah medis dari penanganan Covid di Kab Sidoarjo menjadi banyak,” jelas Sigit Setyawan, Rabu (4/8) kemarin.
Meski sampah, menurut Sigit, tapi harus dipilah-pilah karena itu merupakan limbah medis yang masuk dalam kategori limbah B3, yakni bahan berbahaya dan beracun.
Apa saja yang termasuk limbah medis dari Covid-19 itu? Disebutkan Sigit, diantaranya masker-masker bekas yang sudah dipakai oleh para pasien Covid, jarum suntik maupun makanan sisa dari pasien Covid-19.
Disampaikan Sigit, di Kabupaten Sidoarjo yang punya alat khusus penghancur sampah limbah medis ini hanyalah RSUD Sidoarjo. RS lain masih belum punya sendiri. Namun demikian, mereka sudah bekerja sama dengan pihak ke-3 dalam mengelola limbah medis ini. “Kami sebagai pembina pengelolaan limbah medis rumah sakit di Sidoarjo, akan berusaha membantu apabila masih ada RS yang masih sulit mencari pihak ke-3,” ujarnya.
Dikatakan Sigit, pengelolaan limbah medis dari RS yang ada di Sidoarjo selama ini dianggap masih sesuai dengan SOP yang ada.
Meski demikian, pihaknya terus mengingatkan para pengelola RS, supaya setiap enam bulan sekali memberikan laporannya, berapa volume limbah medis yang dihasilkan. Dari laporan limbah medis di rumah sakit itu, akan diteruskan kepada pihak Kementerian LH dan Kementerian Kesehatan.
Saat munculnya pandemi Covid-19 ini, menurut Sigit, DLHK Sidoarjo telah memfungsikan satu kendaraan khusus untuk mengambil masker-masker bekas yang berada di TPST ( Tempat penampungan sampah terpadu ).
Diakuinya, memang belum bisa menjangkau 100% TPST yang ada. Tetapi paling tidak sudah memperkecil penularan dari limbah medis ini. “Mohon masyarakat ikut membantu dengan memilah-memilah sampahnya. Kalau masker jangan dicampur dengan sampah lainnya,” kata Sigit. [kus]

Tags: