2000 Lowongan Kerja Diserbu Pencaker

Sekretaris Disnakertrans Jatim Umar Hasan sedang mengunjungi stan yang akan diserbu pencari kerja.

Pemprov, Bhirawa
Menghadapi bonus demografi, Pemprov Jatim melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) melangsungkan kegiatan Job Market Fair (JMF) dengan melibatkan 50 perusahan dan menyediakan sebanyak 2.000 lowongan kerja (loker), Rabu (26/7), dan langsung diserbu para pencari kerja (Pencaker).
Kegiatan JMF ini merupakan upaya Pemprov Jatim untuk mendorong lebih banyak penyerapan angkatan kerja di berbagai sektor usaha, selain mengurangi angka pengangguran. “Sinergi Kelapa UPT Pelatihan Kerja, Kepala Disnaker kabupaten/kota dan perusahaan patut diapresiasi sehingga job fair hari ini berjalan sukses. Kami berharap seluruh loker yang disediakan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para pencari kerja,” kata Setiajit usai membuka Job Fair.
Setiajit menjelaskan, kegiatan job fair merupakan pertemuan pencari kerja dengan penyedia lowongan kerja dalam hal ini perusahaan, sehingga dalam hal ini pemerintah sebagai jembatan. Job Fair yang dilaksanakan Pemprov Jatim menjadi komitmen keberpihakan pemerintah untuk memberikan pelayanan penempatan kerja.
Terkait angka pengangguran Jatim dalam database BPS yang mencapai 855.750 orang per bulan Februari 2017, ia menegaskan pihaknya mengandalkan Balai Latihan Kerja (BLK). Salah satu terobosan yang dilakukan adalah membuat program pelatihan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Beberapa perusahaan sudah melakukan kerjasama agar tenaga kerja yang telah lulus dari BLK dapat langsung diterima
Dikatakannya, Disnakertrans Jatim juga mendorong siswa SMKberproses di Balai Latihan Kerja (BLK) agar angkatan kerja Jawa Timur memiliki empat kompetensi. “Jadi,empat kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, perilaku dan sosial, semuanya harus dimiliki angkatan kerja kita. Itu modal utama untuk bersaing sekaligus menjadi pemenang. Selain itu lulusan SMU yang mau bekerja harus mengikuti pelatihan di BLK dan baru melamar pekerjaan, karena memasuki dunia kerja harus dibekali kompetensi,” papar Setiajit
Ia menjelaskan,kompetensi pengetahuan merupakan pengusaan secara teoritis terhadap bidang keahlian tertentu. Jika saat di sekolah porsi belajar 70 persen teori dan 30 persen praktik, maka di BLK berubah drastis menjadi 80 persen praktik dan 20 persen teori. “Meski tidak terlalu banyak namun pengetahuan harus tetap ada,” ujarnya.
Kompetensi keterampilan, lanjutnya, menjadi bagian sangat dominan selama mengikuti pelatihan di BLK. Para instruktur harus memastikan siswa paham dan mampu menguasai keahlian. “Seluruh instruktur melatih tidak hanya memberikan pelatihan sesuai jam pelajaran tetapi memberikan pelatihan sampai bisa,” jelas Setiajit.
Menurutnya, instuktur tidak hanya melatih,namun juga memiliki kemampuan traininganalisis, memilik job analisis, kemampuan bersinergi dengan perusahaan, ilmu-ilmu supervisor di perusahaan dan bertanggung jawab.
Lebih lanjut, dua kompetensi lain yaitu kompetensi perilaku merujuk pada kedisiplinan sedangkan kompetensi sosial kemampuan berinteraksi dengan orang lain seperti menguasai bahasa asing. “Orang yang menguasai kompetensi sosial itu pasti mudah bergaul, bergaul dengan atasan maupun dengan sesama pekerja,” katanya. [rac]

Rate this article!
Tags: