2017 Dinkes Jatim Targetkan Eliminasi Kusta

Kepala Dinkes Jatim dr Kohar Hari Santoso memberikan informasi terkait kasus kusta di Jatim

Surabaya, Bhirawa
Kendati jumlah penderita kusta di Jatim turun, tidak menyurutkan niat Dinkes Jatim untuk menjadikan Jatim sebagai provinsi eliminasi kusta. Berbagai upaya dilakukan Dinkes agar Jatim dapat mewujudkan eliminasi kusta yaitu dengan cara menemukan kasus baru secara cepat, peningkatan kapasitas petugas kesehatan, rehabilitasi medis, pemberdayaan masyarakat OYPMK, sosialisasi pada masyarakat dan pengobatan sub klinis.
“Untuk target nasional, eliminasi kusta tahun 2019 akantetapi Jatim mempunyai target eliminasi kusta tahun 2017 dan ini merupakan PR bagi kita bersama,” kata Kepala Dinkes Jatim Dr Kohar Hari Santoso saat peringatan Hari Kusta Sedunia tahun 2017.
Menurut Kohar, jika dilihat jumlah kasus penderita kusta baru di Jatim pada tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun 2015. Pada tahun lalu jajaran Dinkes kabupaten/kota menemukan 3.520 kasus lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya sebesar 4.013 kasus. ”Kami akan terus mencari penderita kusta di setiap daerah yang menjadi kantung-kantung kusta, mereka nanti akan kita obati,” katanya.
Dijelaskannya, sejak 1994 sampai saat ini jumlah penderita kusta di Jatim terus menurun, ini bisa dilihat dari angka prevalensi dari 3,6/10.000 penduduk pada tahun 1994 menjadi 1,26/10.000 penduduk pada tahun 2016 (dari 30.928 penderita menjadi 4.897 penderita). Rinciannya penderita baru sebanyak 3.520 kasus, proporsi cacat tingkat II 10% atau 347 kasus, proporsi anakĀ  9% atau 304 kasus, penderita diobati 4.897. sedangka yang Release From Treatment (RFT) sebesar 91,6%.
Beberapa indikator penanganan kasus kusta juga mengalami penurunan yakni menurunnya jumlah kabupaten/kota yang endemis (angka kesakitannya lebih besar 1 per 10.000 penduduk) dari 13 daerah pada 2015 menjadi 11 daerah pada 2016. Menurunnya angka keterlambatan penemuan kasus baru yaitu proporsi cacat 2, dari 12% pada 2015 menjadi 10% pada 2016.
“Kemajuan penanganan kasus kusta ini menunjukkan tren positif meski indikator tersebut masih jauh dari target, misalnya proporsi kasus anak dan cacat II seharus lebih kecil dari 5%,”katanya.
Kohar berharap masyarakat membantu pemerintah menemukan pendrita cacat baru atau yang sudah lama dengan cara ikut mengawasi orang-orang ada di sekitarnya terutama daerah yang endemis kusta yakni Sampang, Pamekasan, Sumenep, Bangkalan, Lumajang, Situbondo, Probolinggo, Tuban, Lamongan, Pasuruan, dan Jember.
“Jika hanya berjabat tangan atau berhubungan tidak intensif, maka kita tidak akan tertular, karena itu saya minta masyarakat jangan mengucilkan atau mengasingkan pendrita kusta, karena penyakit ini bisa sembuhkan,” tuturnya.
Upaya penanggulangan penyakit kusta bisa diawali dengan penemuan bercak putih atau merah pada kulit seseorang. Jika mendapati gejala itu pada seseorang, masyarakat segera melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau Polindes. “Jika masyarakat kompak membantu pemerintah, kami yakin Jatim bisa bebas kusta,” ungkapnya. [dna]

Tags: