2017, Pembangunan Bendungan Bendo di Ponorogo Ditargetkan Tuntas

Maket pembangunan Bendungan Bendo Ponorogo. Jika pembebasan lahan tuntas, pembangunan  bendungan di Desa Ngindeng Kecamatan Sawo ini ditarget tuntas 2017.

Maket pembangunan Bendungan Bendo Ponorogo. Jika pembebasan lahan tuntas, pembangunan bendungan di Desa Ngindeng Kecamatan Sawo ini ditarget tuntas 2017.

Ponorogo, Bhirawa
Pembangunan Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo ditargetkan akhir 2017 tuntas. Target tersebut terpenuhi jika pembebasan lahan hutan yang dikelola Perum Perhutani lancar dan sesuai dengan harapan. Saat ini, untuk progres konstruksi memasuki tahun ketiga masih mencapai 20 persen, karena terkendala pembebasan lahan dari Perhutani yang memiliki 99 persen lahan keseluruhan bendungan.
Dengan dukungan PP 104 dan 105 di mana status lahan dari TMKH (Tukar Menukar Kawasan Hutan)menjadi IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan), diharapkan target pembangunan bisa dikebut. “Kalau ada perubahan status lahan, maka diusahakan pembangunan konstruksi bisa dikebut dengan target rampung pada akhir 2017,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan-Solo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yudhi Pratondo, Senin (29/8).
Dikatakannya, Bendungan Bendo yang didanai APBN Rp 651 miliar (multi years contract/MYC) tersebut, saat ini sedang dalam pekerjaan pembetonan terowong, galian bangunan pelimpah, dan galian bangunan pengambilan. Untuk pekerjaan terowongan sepanjang 453 meter sudah dimulai sejak 17 Oktober 2015 dan sudah tembus pada 13 Mei 2016 lalu.
Pembangunan Bendungan Bendo merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan daerah Kabupaten Ponorogo yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya air guna memenuhi berbagai keperluan masyarakat. Di antaranya seperti penyediaan air irigasi, air baku domestik dan industri serta pengendalian banjir dan pariwisata. “Waduk ini berfungsi sebagai tadah air,sehingga diharapkan dengan adanya waduk ini dapat mengatasi kebutuhan air untuk irigasi saat musim kemarau,” kata Yudhi.
Saat ini baru 30 persen masyarakat Ponorogo yang menikmati air baku. Bila bendungan ini sudah beroperasi maka semua masyarakat bisa menikmati air baku yang baik. Air bendungan ini tidak saja mengairi 60 persen sawah di Ponorogo, tapi juga 40 persen sawah di Madiun.
Waduk ini terletak di Dukuh Bendo, Desa Ngindeng, Kecamatan Sawo yang berjarak sekitar 15 km ke arah Tenggara dari Kota Ponorogo. Rencananya, waduk ini membutuhkan total lahan seluas  sekitar 295 hektare dan akan menenggelamkan satu desa dengan memindahkan 67 KK.
Waduk Bendo ini berlokasi di Kali Ngindeng, anak Kali Madiun yang merupakan terusan dari sungai Bengawan Solo. Adanya waduk ini dimaksudkan juga sebagai pengendali banjir mengingat pada 2006 silam Ponorogo pernah mengalami banjir besar akibat luapan anak kali Bengawan Solo yang melewati Ponorogo.
Pembangunan waduk ini disambut baik oleh warga sekitar. Dengan dibangunnya waduk, warga bersyukur karena akses jalan menjadi lebih baik dan juga membuka kesempatan usaha bagi warga sekitar. Pasalnya, di sini telah berdiri warung-warung kecil milik warga yang bisa digunakan pendatang duduk santai sambil menikmati panorama pegunungan area pembangunan Waduk Bendo.
Sebelumnya, Komisi V DPR RI meninjau Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo pada 22-23 Juli lalu. Selama kegiatan kunker, rombongan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi V DPR RI Yudi Widiana Adia tersebut didampingi oleh Direktur Irigasi dan Rawa Adang Saf Ahmad, Kepala BBWS Bengawan-Solo Yudhi Pratondo, Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni dan juga mitra Komisi V dari kementerian/lembaga lain. [rac,ins]

Tags: