2017, Perbankan Berupaya Turunkan NPL

Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan BI Perwakilan Jatim, Taufik Saleh saat memaparkan perkembangan terkini perbankan Jatim dalam Media Group Discussion Forum Jurnalis Ekonomi Bisnis Surabaya denga tema 'Penguatan Kredit Guna Pembangunan Ekonomi Bangsa', Rabu (28/12) kemarin. [achmad tauriq]

Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan BI Perwakilan Jatim, Taufik Saleh saat memaparkan perkembangan terkini perbankan Jatim dalam Media Group Discussion Forum Jurnalis Ekonomi Bisnis Surabaya denga tema ‘Penguatan Kredit Guna Pembangunan Ekonomi Bangsa’, Rabu (28/12) kemarin. [achmad tauriq]

Surabaya, Bhirawa
Kinerja perbankan di bulan Oktober dan November 2016 secara umum mengalami peningkatan, dimana aset terakselerasi tumbuh 5,8% di triwulan III menjadi 8,1% (yoy) di bulan November. Bahkan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terakselerasi tumbuh 6,8% (yoy) menjadi 10,3% (yoy), terutama didorong akselerasi giro dan deposito.
Namun untuk Non Performing Loan (NPL) yang masih tinggi khususnya di sektor konstruksi yang mencapai hingga 5% dibandingkan dengan sektor pertanian dua tahun lalu mencapai NPL sebesar 7-8%, namun kini turun menjadi 2,8%.
Menurut Direktur Operasional PT Bank Pembangunan Daerah Jatim. Tbk, Rudie Hardiono saat pemaparan rencana bisnis Bank Jatim tahun 2017 di Media Group Discussion Forum Jurnalis Ekonomi Bisnis Surabaya denga tema ‘Penguatan Kredit Guna Pembangunan Ekonomi Bangsa’, Rabu (28/12) kemarin di Hotel Aria Centra Surabaya mengungkapkan untuk saat ini NPL di Bank Jatim agak tinggi dan kedepannya NPL akan segera diturunkan.
“Untuk mengantisipasi terjadi NPL yang tinggi, kami akan membentuk satgas atau tim ad hoc untuk meminimalisir kredit yang bermasalah, sehingga nantinya bisa mengetahui kredit mana yang sering bermasalah,” jelasnya.
Rudie menambahkan, apabila dengan adanya satgas ini tetap tidak bisa memimalisir NPL maka pihaknya akan melakukan tindakan pelelangan hingga penyampean kepailitan kepada debitur.
Sementara untuk rencana bisnis Bank Jatim 2017 diharapkan semua sektor bisa meningkat seperti total aset di 2016 mencapai 5,00%-7,00% di 2017 diharapkan bisa mencapai 6,50%-7,50%. Kredit di 2016, 2,00%-3,00%, tahun 2017 tercapai 8,00%-9,00%. Dan DPK tahun 2016 sebesar 5,00%-8,00%, tahun 2017 ditarget 8,00%-9,00%.
Menurut Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan BI Perwakilan Jatim, Taufik Saleh, telah terjadi peningkatan pertumbuhan kredit di beberapa sektor utama Jatim di bulan November 2016. “Khususnya penyaluran kredit sektor industri pengolahan mencapai 28%, sektor perdagangan 27% sedikit melambat, sektor konstruksi 4%, real estate, usaha persewaan, transportasi maupun pertanian masing-masing 3%,” pungkasnya.
Sedangkan secara umum, risiko kredit dan risiko likuiditas perbankan di Jatim masih relatif aman. “Dibandingkan dengan Triwulan III mencapai 3,4%, sektor pertanian mengalami penurunan NPL di bulan November hanya 2,8%,” katanya.
Selain itu perubahan suku bunga kebijakan bank sentral turut mempengaruhi suku bunga deposito dan kredit perbankan Jatim. “Suku bunga deposito lebih sensitif terhadap penurunan suku bunga kebijakan, sementara terjadi rigiditas penurunan suku bunga kredit. Di bulan November 2016, rata-rata tertimbang suku bunga kredit 11,65%, deposito 6,23%, BI7DRR 4,75%,” terangnya. [riq]

Rate this article!
Tags: