2017, Prevelensi Kusta Jatim Turun

3-kustaSurabaya, Bhirawa
Kendati kasus kusta Jatim tinggi (4500 kasus, red) tidak menyurutkan Dinkes Jatim menurunkan jumlah kasusnya. Rencananya tahun 2017 jumlah kasus baru di Jatim angkanya kurang dari 1 persen.
“Tahun 2010, prevalensi kusta Jatim 1,48 persen. Terus menurun hingga tahun 2014 lalu mencapai 1,05 persen. Target hingga tahun 2017 kurang dari 1 persen,” kata Kepala Dinkes Jatim Harsono.
Harsono mengaku, dari hasil pendataan yang dirilis Kementerian Kesehatan tahun 2012 lalu jumlah temuan penderita kusta baru di Jatim mencapai 4.807 penderita dan disusul Provinsi Jawa Barat mencapai 2.345 penderita. Namun, ada tren menurun penderita penyakit yang bisa menyebabkan cacat tetap itu. “Sekarang sudah ada tren menurun. Hingga tahun  2014 lalu, tercatat ada 3.153 temuan pasien baru,” katanya.
Ia menyebutkan, sejak tahun 1994 hingga 2014 telah ada 132.021 penderita kusta yang berhasil disembuhkan. Ada beberapa kantong wilayah kusta. Jumlah penyumbang kusta terbesar berasal dari Kabupaten Sampang, Madura. Di daerah ini menurutnya ada salah satu pulau pernah dijadikan tempat pengasingan penderita kusta pada zaman penjajahan Belanda. Jumlah penderita terbesar memang di Pulau Madura. Pulau ini menyumbang 35% penderita kusta di Jatim. Selain Kabupaten Sampang, juga ada Kabupaten Sumenep.
Sementara dari Kabupaten Sampang terdapat 386 pasien dan Kabupaten Bangkalan 249 pasien. Tiga wilayah itu merupakan penyumbang terbesar penderita kusta baru di Jatim.”Di Kabupaten Sampang dan Sumenep, langkah pencegahan dan pengobatan kami intensifkan. Seluruh puskesmas serta rumah sakit pemerintah daerah di Jatim bisa melakukan pengobatan dengan multidrug theraphy (MDT). Itu upaya kami,” ujarnya.
Selain Pulau Madura, penyebaran kusta juga banyak ditemui di wilayah pantura, yakni Kabupaten Tuban, Lamongan, dan Lumajang. Daerah yang disebut adalah lima besar penderita kusta di Jatim. ”Kita berharap dengan diketahui kantong-kantong kusta, Dinkes akan lebih mudah dalam memberikan pelayanan dan sosialisasi kesehatan,” ucapnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono mengungkapkan, agar kasusnya tidak bertambah Dinkes Jatim mulai melakukan pendeteksian dini khususnya kepada kalangan pelajar di Jatim. Hal ini penting dilakukan agar pasien yang punya riwayat menderita penyakit kusta awal bisa diobati agar tidak sampai cacat permanen. “Semoga dengan upaya ini kami justru bisa menemukan kasus baru yang masih tersembunyi atau case detection rate. Kami proaktif pada sekolahan-sekolahan untuk mengadakan pemeriksaan di seluruh kabupaten/kota di Jatim,” katanya.
Sebelumnya Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Sigit Priohutomo menyatakan Kemenkes menargetkan eliminasi kusta pada semua provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia pada 2019 mendatang. Namun, hingga kini 14 provinsi di Indonesia belum capai tahap eliminasi kusta. “Kami sebut tahap eliminasi apabila jumlah kasus barunya sangat rendah,” katanya.
Sigit mengaku saat Indonesia telah berada di tahap eliminasi kusta sejak tahun 2000 silam. Namun, untuk mencapai tahap eliminasi di semua kabupaten dan kota di Indonesia diperlukan jangka waktu yang panjang. Berdasarkan data dari Kemenkes, 14 provinsi yang masih tinggi prevalensi kasus penyakit kustanya diantaranya Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. [dna]

Rate this article!
Tags: