21 Warga Sidoarjo Tewas Akibat DB

Karikatur dbdSidoarjo, Bhirawa
Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo mencatat, mulai Bulan Januari sampai Juli 2015 ini, ditemukan ada 171 kasus Demam Berdarah (BD). Sedangkan warga yang meninggal dunia akibat penyakit dari gigitan nyamuk Aides Aigypty ini, sampai Bulan Agustus tercatat ada 21 orang.
Menurut Kasi Penanggulangan Penyakit Menular, Bidang P2PL Dinkes Sidoarjo, Sri Yuliwati SKM, obat yang paling manjur dalam menangani penyakit DB adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur ditempat-tempat yang ada genangan airnya. Baik di rumah maupun di sekitar rumah.
”Kebiasan ini sangat bagus untuk pencegahan demam berdarah,” kata Yuli, Selasa ( 25/8) kemarin, saat memberikan pengarahan pada petugas Puskesmas di Kab Sidoarjo terkait Monitoring dan Evaluasi (Monev) Demam berdarah, di aula Dinkes Sidoarjo.
Yuli menjelaskan, puncak perkembangan DB biasanya pada Bulan Maret dan April.  Ia meminta agar kasus kematian karena DB supaya ditekan. Bertepatan dengan Bulan Bhkati PSN pada Bulan September depan, ia meminta kepada petugas Puskesmas agar semakin memotivasi warga agar rajin melakukan PSN di rumah dan lingkungan sekitarnya. ”Agar daerah kita tak masuk dalam siklus 5 tahunan DB, yang katanya rawan terjadinya Kondisi Luar Biasa (KLB),” katanya.
Dari laporan yang didapat dari petugas Puskesmas, di Sidoarjo ada delapan desa yang dianggap sebagai tempat endemis DB. Diantaranya Desa wonoayu, Desa Waru, Desa Wedoro, Desa Dukuhsari, Kel Porong, Desa Buduran, Desa Lebo, Kel Pucang, Desa Bluru Kidul, Kel Sidokare, Kel Magersari dan Desa Bungurasih. Dalam Monev DB, kemarin, petugas Puskesmas juga ditunjukkan cara kerja alat penyemprotan nyamuk Aides Aigypty oleh petugas teknisi dari Dinkes Jatim.
Alat yang namanya Ultra Low Volume (ULV) ini, kata Sumantri, teknisi dari Dinkes Jatim, sangat cocok bila dipakai pada saat ada KLB atau di tempat-tempat yang termasuk endemi DB. Sebab, katanya, penyemprotannya lebih luas dan cepat karena tak  perlu harus masuk gang-gang sempit.
”Petugas hanya menyemprotkannya hanya di jalan desa, asapnya akan kemana-mana, untuk menggunakan alat ini harus menggunakan mobil,” ujarnya.
Menurutnya, cara ULV merupakan salah satu cara menggunakan alat dengan metode pengembunan. Metode pengembunan,  sangat efektif  diaplikasikan pada area indoor/outdoor, karena menghasilkan residu yang  dapat mematikan serangga pengganggu di lingkungan, seperti nyamuk,  kecoa, semut dan lalat.
Dari hasil uji coba  alat ini lebih maksimal bila dibanding cara penyemprotan dengan cara swanfog. Hasil ini pernah dicoba di Ciloto, Jawa Barat. Dengan cara ULV  ini, obat yang dipakai menggunakan obatan murni, seperti maladation. Sedangkan kalau dengan cara swanfog biasanya harus dicampuri dengan solar. [kus]

Rate this article!
Tags: