22 Daerah Bahas Nasib Pertanian Organik

7-FOTO OPEN nas-1022 Seminar Organik (7)Batu, Bhirawa
Pemerintah Kota (Pemkot) Batu tak ingin jika pertanian organik hanya menjadi slogan pembangunan di kota wisata ini. Karena itu pelaku pertanian organik dari 22 daerah di Indonesia bersama pelaku pertanian organik dari Jerman menggelar seminar internasional bertempat di Agro Kusuma Hotel Kota Batu, Rabu (22/10). Melalui seminar itu diharapkan akan muncul terobosan baru untuk memajukan pertanian organik sekaligus menyejahterakan petaninya.
Diketahui, para peserta dari 22 daerah yang ikut dalam seminar ini merupakan pelaku pertanian organic yang telah sukses menerapkan pertanian organic di daerahnya. Mereka membentuk forum Aliansi Organis Indoenesia (AOI) untuk bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman dalam menggeluti pertanian organic. Termasuk bertukar pengalaman dengan pelaku pertanian organik dari Jerman, Karsten Riedel.
“Kita ingin masyarakat lebih tahu, bahwa produk yang dihasilkan dari system pertanian organik ini jauh lebih bagus dan lebih sehat dibandingkan produk dari pertanian konvensional. Untuk itu, pangsa pasar untuk menampung hasil dari pertanian organic ini juga terbuka lebar,” ujar Presiden AOI, Wahyudi.
Saat ini, kata Wahyudi, produk dari pertanian organik ini banyak diinginkan atau ditampung oleh kota-kota besar di Indonesia. Karena produk ini banyak diminati/ dibutuhkan oleh hotel-hotel berbintang, restoran mewah, dan rumah sakit. Rumah sakit banyak menginginkan produk pertanian organik karena mempertimbangkan kualitas kesehatan produk organic yang sangat baik.
Sebagai presiden AOI, Wahyudi juga menyampaikan apresiasi terhadap kebijakan Pemkot Batu dalam membantu pengembangan pertanian organik. Dimana untuk mempermudah pemasaran produk organik, pemkot telah menyediakan anggaran sebanyak Rp 3 miliar.
Anggaran sebesar ini disiapkan agar para petani organic di Kota Batu tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil panennya. Baik itu kepada hotel, restoran, ataupun pemasaran ke luar kota dan luar negeri. “Saat ini hanya Kota Batu yang berani mengalokasikan anggaran cukup besar untuk pemasaran produk pertanian organiknya. Di daerah lain belum ada pemda yang membuat kebijakan seperti itu,” tambah Wahyudi.
Sementera, Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso mengatakan bahwa pelaksanaan seminar internasional tentang pertanian organik ini sebagai wujud kesiapan dan keinginan Kota Batu dalam mewujudkan pertanian organic berbasis pariwisata internasional yang telah menjadi visi misi Pemerintahan Eddy Rumpoko-Punjul Santoso.
Untuk itu, kata Punjul, pihaknya sengaja mengundang Aliansi Organik Indonesia (AOI) yang sedang berkongres di Lawang, Kabupaten Malang. Dengan pengadaan seminar internasional ini, maka para petanik organic Kota Batu diharapkan bisa mendapatkan masukan-masukan, dan belajar dari pengalaman para pelaku organik dari 22 daerah.
“Pemerintah Kota Batu merupakan satu-satunya pemerintah kota yang memasukan pertanian organic sebagai visi-misinya. Untuk itu, pihaknya telah meminta timgar timgar untuk merancang penambahan anggaran untuk mengembangkan pertanian organik di Kota Batu,” ujar Punjul.
Saat ini, kata dia, telah ada ada kajian di Bappeda tentang rencana induk pertanian organik dan rencana induk pariwisata daerah. Diharapkan, di tahun 2015  kedua rencana induk itu sudah bisa menjadi Peraturan daerah (Perda) Kota Batu. Yaitu, mewujudkan pertanian organik berbasis pariwisata internasional. [nas]

Keterangan Foto1:
Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso, saat membuka dan memberikan cindera mata pada peserta Seminar Internasional Pertanian Organik di Agro Kusuma Batu.

Tags: