22 Ponpes di Jatim Dukung AHWA

Muktamar+NU+33+2015PWNU Jatim, Bhirawa
Sebanyak 22 pengasuh ponpes di Jatim dan Jateng merapatkan barisan di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar Surabaya, Kamis (30/7). Mereka menyerukan kepada seluruh muktamirin agar senantiasa menjaga persatuan dan mengedepankan musyawarah mufakat (Ahlul Halli Wal Aqdi/AHWA) pada pemilihan kepemimpinan NU dalam Muktamar NU ke-33 pada 1-5 Agustus 2015 di Jombang.
“Ahlul Halli Wal ‘Aqdi menyesuaikan dengan hasil Munas Alim Ulama NU pada 2 November 2014 di Jakarta beberapa waktu lalu.  AHWA dipandang akan lebih maslahah (kebaikan) dan mengurangi mafasid (keburukan) dalam pemilihan,” tegas KH Anwar Iskandar pimpinan rapat yang didampingi Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar kepada wartawan, Kamis (30/7).
Alasan mereka mendukung AHWA dalam pemilihan Rois Aam PBNU dibandingkan voting karena menjaga martabat ulama sebagai pemegang amanat tertinggi NU dan tidak bertentangan AD/ART.
“Pemilihan khulafaurrasyidin pada masa lalu adalah dipilih dan diangkat oleh AHWA atau musyawarah mufakat. Itu selalu dilakukan pada masa awal NU berdiri dan Muktamar NU di Situbondo pada 1984,” klaimnya.
Mereka yang hadir dalam rapat adalah KH Maimoen Zubair (Rembang, Jateng) dan yang dari Jatim adalah KH Anwar Manshur, KH Abdullah Kafabihi Machrus, KH Zainuddin Djazuli, KH Mas Mansur Thalhah, KH Miftachul Akhyar, KH Nurul Huda Djazuli, KH Idris Hamid, KH Mujib Imron, KH Mas Ahmad Subadar, KH Masbuchin Faqih, KH Jakfar Yusuf, KH Syafiuddin Wahid, KH Mahrus Malik, KH Syafrudin Syarif, KH Suyuti Thoha, KH Nasiruddin, KH Romadhon Khatib, KH Abdullah, KH Anwar Iskandar, KH Abdul Qadir Syamsul Arifin dan KH Cholil As’ad Syamsul Arifin.
Diberitakan sebelumnya, PWNU Jatim belum menyatakan sikapnya apakah akan mendukung sistem pemilihan Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) atau voting dalam menentukan Rais Aam PBNU.
“Saya dukung suksesnya muktamar, karena PWNU Jatim akan menjadi tuan rumah yang baik. Untuk itu tidak dukung AHWA atau voting,” tegas Ketua PWNU Jatim KH Mutawakil Alallah kepada wartawan sebelumnya.
Pihaknya menyerahkan keputusan AHWA atau voting kepada muktamirin atau peserta muktamar yang akan membahas masalah tersebut pada sidang pleno soal tata tertib (tatib) muktamar.
“Memang ada keinginan dari para tokoh-tokoh NU untuk kembali pada pola ideal, memilih Rais Aam yang pertama pola musyawarah mufakat (AHWA), ada juga yang berkeinginan voting,” katanya.
Secara mekanisme, sesuai tahapan organisasi yang ada di struktur NU, memang Munas dan Konbes NU memutuskan menggunakan AHWA dalam pemilihan Rais Aam, tapi masih ada yang menentang sistem itu.
Kiai Mutawakil juga menegaskan untuk menyikapi masalah pro kontra ini, PWNU Jatim akan bersikap netral.
Disinggung pernyataan Kiai Mutawakil itu, Kiai Miftachul Akhyar yang sama-sama pimpinan PWNU Jatim membantahnya. “Saya sudah tanya ke beliau, penyampaian Kiai Mutawakil mengaku dipelintir media. Saya tegaskan ulama NU Jatim telah sepakat AHWA. Ini bukan diarahkan, dalam agama, akidah, AHWA itu sesuatu yang benar. Pernyataan mendukung AHWA tidak ada maksud menjegal kandidat Rois Aam PBNU lain. Saya ngomong ini sudah ambil alih keputusan PCNU se-Jatim, karena saya Rois Syuriah PWNU Jatim. Mereka harus patuh dan wajib taat,” pungkasnya. [cty]

Rate this article!
Tags: