23 Anak di Jatim Meninggal Akibat Pneumonia

Polusi udara menjadi salah satu penyebab terjadinya pneumonia

Polusi udara menjadi salah satu penyebab terjadinya pneumonia

Surabaya, Bhirawa
23 anak di Jatim meninggal akibat penyakit pneumonia atau radang paru-paru di tahun 2014 lalu. Data yang dihimpun di Dinkes Jatim menyebutkan saat ini ada 301.312 anak di Jatim menderita penyakit yang salah satuny disebabkan oleh polusi udara itu.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono menyatakan, banyaknya penyakit pneumonia dan Infeksi Pernafasan Saluran Akut (ISPA) pada anak disebabkan karana beberapa faktor diantaranya adalah polusi udara, jeleknya sanitasi, gizi buruk dan anak tidak imunisasi secara lengkap.
Kebanyakan kasus anak terkena pneumonia disebabkan karena belum imunisasi secara lengkap dan gizi buruk. ”Untuk sanitasi memang tidak banyak berpengaruh tapi dapat menjadi pemicu terjadinya pneumonia dan ISPA,” ucapnya.
Setyo menyatakan, saat ini yang menjadi fokus garap Dinkes Jatim dan Dinkes kabupaten/kota adalah menemukan anak yang menderita pneumonia untuk segera diobati. Menurutnya, berdasarkan pengalaman, baru 104.609 anak yang ditemukan menderita pneumonia, sisanya 200 ribu masih dalam proses pendataan.  ”Kita berupaya terus untuk menemukan, tujuannya agar penderita dapat segera diobati,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, belum maksimalnya petugas kesehatan dalam menemukan kasus pneumonia disebabkan karena banyak dari penderita tidak melaporkan kembali kepada petugas kesehatan setelah periksa dari rumah sakit atau Puskesmas. Selain itu minimnya sarana dan SDM terlatih untuk  mencari penderita pneumonia menjadi faktor utama tidak berhasilnya menemukan semua kasus pneumonia di Jatim.
”Banyak dari tenaga kesehatan yang mencari penderita pneumonia pindah bagian dan tugas, sedangkan untuk tenaga yang pindah tidak segera digantikan dengan orang yang tepat. Jika ini terus dilakukan maka jumlah penderita pneumonia akan sulit ditemukan,” paparnya.
Ke depan Setyo berharap dengan diperkuatkannya kordinasi dan kerjasama antara Dinkes Jatim dan Dinkes kabupaten/kota dapat mempercepat penemuan pneumonia. Jika dinilai ada tiga daerah yang masih banyak kasus pneumonianya yaitu Gresik, Bojonegoro dan Sidoarjo. Untuk jumlah penderita pneumonia Gresik sebanyak 11.439 anak, Bojonegoro sebanyak 8.801 anak dan Sidoarjo sebanyak 8.429 anak.
”Tiga daerah ini yang menjadi bidang gara uyama disamping daerah-daerah lain yang masih rawan penularan kasus pneumonia,” jelasnya.
Perlu diketahui penyakit pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita (Depkes RI, 2002), terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia (baik Pneumonia maupun brokopneumonia) disebut pneumonia saja.
Sementara menurut WHO, pneumonia merupakan bentuk peradangan dari jaringan paru yang ditandai dengan gejala batuk dan sesak nafas atau nafas cepat. Selanjutnya digunakan oleh Departemen Kesehatan dalam Program penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut (P2-ISPA) secara Nasional. Berdasarkan buku pedoman P2-ISPA  (Depkes, 2000) pneumonia diklasifikasikan sebagai bukan pneumonia, pneumonia dan pneumonia berat. [dna]

Tags: